Jakarta, (ANTARA News) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mendata telah terjadi 31 kali gempa susulan pascagempa berkekuatan magnitudo 6,4 yang mengguncang Lombok, Bali dan Sumbawa pada Minggu, 29 Juli 2018, pukul 05.47 WIB.

Informasi dari Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono di Jakarta, Minggu, menyebutkan, gempa bumi susulan (aftershock) yang paling kuat dengan magnitudo 5,7.

"Masyarakat diimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Gempa bumi yang terjadi tidak menimbulkan tsunami," katanya.

Hasil analisis BMKG menunjukkan episenter gempa bumi terletak pada koordinat 8,4 LS dan 116,5 BT, atau tepatnya berlokasi di darat pada jarak 47 km arah timur laut Kota Mataram, Propinsi Nusa Tenggara Barat pada kedalaman 24 km.

Baca juga: Satu orang meninggal akibat gempa bumi NTB
Baca juga: Gempa tektonik Lombok-Sumbawa akibat sesar naik Flores

Dengan memperhatikan lokasi episenter, kedalaman hiposenter, dan mekanisme sumbernya maka gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas Sesar Naik Flores (Flores Back Arc Thrust).

Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan gempa tersebut dibangkitkan oleh deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan naik (thrust fault).

Guncangan gempa dilaporkan telah dirasakan di daerah Lombok Utara, Lombok Barat, Lombok Timur, Mataram, Lombok Tengah, Sumbawa Barat dan Sumbawa Besar pada skala intensitas II SIG-BMKG (IV MMI), Denpasar, Kuta, Nusa Dua, Karangasem, Singaraja dan Gianyar II SIG-BMKG (III-IV MMI).

Sementara di Bima dan Tuban II SIG-BMKG (III MMI), Singaraja pada skala II SIG-BMKG atau III MMI dan Mataram pada skala II SIG-BMKG atau III MMI.

Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa bumi tersebut.