Yahya partner Sony yang ingin tembus pelatnas
26 Juli 2018 19:35 WIB
Nur Yahya Adi Felani bertekad menembus pelatnas bulu tangkis setelah dua kali merebut medali emas tunggal putra pada ASEAN School Games 2018. Salah satu batu loncatan yang ditunggu adalah menjuarai Kejurnas 2018. (ANTARA/Bayu Kuncahyo)
Selangor, Malaysia (ANTARA News) - Nama Nur Yahya Adi Felani menjadi buah bibir setelah mampu menumbangkan wakil tuan rumah Jacky Kok Jing Hong pada final tunggal putra bulu tangkis ASEAN School Games (ASG) 2018 di Juara Stadium Bukit Kiara, Malaysia, Rabu (25/7).
Betapa tidak, dengan meraih emas atlet berusia 18 tahun itu sukses mempertahankan posisi tertinggi yang sebelumnya didapat di ASG 2017 Singapura. Untuk meraih kemenangan dengan skor 2-1 (21-12, 20-22, 21-19) juga tidak mudah karena sang lawan bermain ulet dan mendapatkan dukungan penuh dari suporter.
Namun, pemain binaan klub Pratama Kenjeran, Surabaya, Jawa Timur ini memiliki semangat pantang menyerah. Usut punya usut, pemain murah senyum ini sebelum turun di ASG 2018 mendapatkan tempaan khusus dari salah satu pemain tunggal terbaik yang pernah dimiliki Indonesia yaitu Sony Dwi Kuncoro.
"Saya memang sering menjadi teman sparring mas Sony. Ini adalah pengalaman yang tidak banyak didapat oleh pemain dari klub kecil seperti saya. Banyak hal yang saya dapat sehingga bisa saya aplikasikan saat bertanding," kata atlet yang akrab dipanggil Yahya itu.
Atlet asal Sukoharjo Jawa Tengah ini memang bermain dengan tenang meski dalam kondisi tertekan. Bermain dengan reli-reli panjang dan diakhiri dengan smes keras dilakukan. Pertahanannyapun juga kuat. Meski ditekan oleh pemain kidal saat bertanding dipartai puncak, Yahya juga bisa bertahan dengan baik.
Dengan mempertahankan emas ASG, pelajar SMU Admawidya Surabaya berharap hasil tersebut mampu membuat pijakan untuk level yang lebih tinggi. Sasaran utamanya adalah menembus satu slot di pemusatan latihan nasional (pelatnas) Cipayung, Jakarta itu.
Namun, Yahya menyadari jika usahanya tidak mudah karena persaingan untuk masuk pelatnas akan berat mengingat banyak atlet dari tim-tim besar yang kenyang dengan turun di kejuaraan internasional juga akan memperebutkan peluang tersebut.
"Saya beberapa kali diminta oleh klub besar seperti Candra Wijaya untuk gabung. Tapi oleh klub saya tidak diizinkan," kata atlet yang sudah cukup lama bergabung dengan klub Pratama itu.
Meski demikian, Yahya mempunyai semangat yang kuat untuk menembus pelatnas. Salah atau bidikannya akan menjadi juara pada Kejurnas 2018 karena dengan menjadi yang terbaik secara otomatis bakal menghuni salah satu slot di kawah candradimuka bulu tangkis Indonesia itu.
Betapa tidak, dengan meraih emas atlet berusia 18 tahun itu sukses mempertahankan posisi tertinggi yang sebelumnya didapat di ASG 2017 Singapura. Untuk meraih kemenangan dengan skor 2-1 (21-12, 20-22, 21-19) juga tidak mudah karena sang lawan bermain ulet dan mendapatkan dukungan penuh dari suporter.
Namun, pemain binaan klub Pratama Kenjeran, Surabaya, Jawa Timur ini memiliki semangat pantang menyerah. Usut punya usut, pemain murah senyum ini sebelum turun di ASG 2018 mendapatkan tempaan khusus dari salah satu pemain tunggal terbaik yang pernah dimiliki Indonesia yaitu Sony Dwi Kuncoro.
"Saya memang sering menjadi teman sparring mas Sony. Ini adalah pengalaman yang tidak banyak didapat oleh pemain dari klub kecil seperti saya. Banyak hal yang saya dapat sehingga bisa saya aplikasikan saat bertanding," kata atlet yang akrab dipanggil Yahya itu.
Atlet asal Sukoharjo Jawa Tengah ini memang bermain dengan tenang meski dalam kondisi tertekan. Bermain dengan reli-reli panjang dan diakhiri dengan smes keras dilakukan. Pertahanannyapun juga kuat. Meski ditekan oleh pemain kidal saat bertanding dipartai puncak, Yahya juga bisa bertahan dengan baik.
Dengan mempertahankan emas ASG, pelajar SMU Admawidya Surabaya berharap hasil tersebut mampu membuat pijakan untuk level yang lebih tinggi. Sasaran utamanya adalah menembus satu slot di pemusatan latihan nasional (pelatnas) Cipayung, Jakarta itu.
Namun, Yahya menyadari jika usahanya tidak mudah karena persaingan untuk masuk pelatnas akan berat mengingat banyak atlet dari tim-tim besar yang kenyang dengan turun di kejuaraan internasional juga akan memperebutkan peluang tersebut.
"Saya beberapa kali diminta oleh klub besar seperti Candra Wijaya untuk gabung. Tapi oleh klub saya tidak diizinkan," kata atlet yang sudah cukup lama bergabung dengan klub Pratama itu.
Meski demikian, Yahya mempunyai semangat yang kuat untuk menembus pelatnas. Salah atau bidikannya akan menjadi juara pada Kejurnas 2018 karena dengan menjadi yang terbaik secara otomatis bakal menghuni salah satu slot di kawah candradimuka bulu tangkis Indonesia itu.
Pewarta: Bayu Kuncahyo
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018
Tags: