10 negara ASEAN belajar pengurangan losses produk pertanian di BB Pascapanen
26 Juli 2018 19:33 WIB
10 negara ASEAN mempelajar pengurangan losses produk pertanian di Balai Besar Litbang Pertanian Bogor pada 24-26 Juli 2018. (ANTARA News/HO)
Jakarta (ANTARA News) - Sepuluh negara yang tergabung dalam ASEAN berkumpul di Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian Bogor untuk mengikuti Training For Postharvest Losses Reduction Policy and Teknologi Application yang berlangsung selama 24 – 26 Juli 2018.
Training ini merupakan rangkaian kegiatan dari ASEAN Postharvest- Losses Reduction Project yang sudah dimulai sejak Oktober 2017.
Training diikuti oleh 30 peserta dari 10 negara ASEAN, yang masing masing diwakili oleh 3 orang peserta yang berasal dari pemerintahan, akademisi dan dari dunia usaha.
Training ini menjadi salah satu wadah untuk saling berbagi ilmu diantara negara-negara ASEAN khususnya dalam bidang pertanian terutama dalam hal upaya-upaya mengurangi losses pada produk pertanian yang dinilai masih cukup tinggi.
Acara training dibuka oleh Direktur Sayuran dan Tanaman Obat yang dalam hal ini mewakili Dirjen Hortikultura. Dalam sambutannya, Dr Prihasto Setyanto, mengatakan kehilangan hasil produk pertanian di Indonesia terbesar pada komoditas hortikultura yang mencapai 20 -30%.
Di sisi lain, permintaan konsumen terhadap produk hortikultura terus meningkat sejalan dengan meningkatnya pola hidup sehat di masyarakat. Anton berharap agar melalui pelatihan Teknologi Pascapanen yang baik, tidak saja mampu mengurangi losses tetapi juga mampu meningkatkan daya saing dan nilai tambah produk hortikultura.
Materi training yang disampaikan antara lain Fundamental of Postharvest Technology, PHL Estimation Measurement, PHL Reduction, PHL Reduction Policy, Small Area Estimation dan Ozone Technology.
Selain itu juga disampaikan hasil kegiatan pilot pengurangan losses di 3 negara yaitu Indonesia untuk komoditas cabai, Thailand untuk komoditas nanas dan Vietnam untuk komoditas padi.
Selanjutnya para peserta juga diajak berkeliling kawasan Taman sains dan Teknologi Pertanian di Cimanggu dengan mengunjungi Bangsal Pascapanen, Agro Sinema, serta Rumah Jamu.
Melalui materi training yang disampaikan oleh para narasumber, diharapkan para peserta akan memiliki kapasitas serta pengetahuan yang lebih kuat serta mendalam tentang teknologi pengurangan losses pascapanen, meningkatkan kapasitas serta kesadaran dari para pemangku kebijakan di masing-masing negara ASEAN untuk segera melakukan upaya penekanan losses bagi produk pertanian di masing masing negara.
Baca juga: Lembaga Balitbangtan raih penghargaan dari Perpustakaan Nasional
Selain itu juga disepakati perlunya ada metode pengukuran losses produk pertanian yang standar yang menjadi acuan bagi semua anggota ASEAN sehingga nagka losses di tiap negara bisa dibandingkan.
Kegiatan training ini akan dilanjutkan kembali melalui kegiatan Workshop Regional yang akan diadakan di Bali pada tanggal 26-29 Agustus 2018. Workshop ini juga akan menjadi penutup rangkaian ASEAN Cooperation Project on Reduction of Postharvest Losses for Agricultural Products in ASEAN Region yang pendanaannya dari ASEAN Sekertariat bekerjasama dengan Japan Asean Integration Fund (JAIF).
Baca juga: Balitbangtan bagikan 102 ton benih kentang ke tujuh kabupaten Jateng
Training ini merupakan rangkaian kegiatan dari ASEAN Postharvest- Losses Reduction Project yang sudah dimulai sejak Oktober 2017.
Training diikuti oleh 30 peserta dari 10 negara ASEAN, yang masing masing diwakili oleh 3 orang peserta yang berasal dari pemerintahan, akademisi dan dari dunia usaha.
Training ini menjadi salah satu wadah untuk saling berbagi ilmu diantara negara-negara ASEAN khususnya dalam bidang pertanian terutama dalam hal upaya-upaya mengurangi losses pada produk pertanian yang dinilai masih cukup tinggi.
Acara training dibuka oleh Direktur Sayuran dan Tanaman Obat yang dalam hal ini mewakili Dirjen Hortikultura. Dalam sambutannya, Dr Prihasto Setyanto, mengatakan kehilangan hasil produk pertanian di Indonesia terbesar pada komoditas hortikultura yang mencapai 20 -30%.
Di sisi lain, permintaan konsumen terhadap produk hortikultura terus meningkat sejalan dengan meningkatnya pola hidup sehat di masyarakat. Anton berharap agar melalui pelatihan Teknologi Pascapanen yang baik, tidak saja mampu mengurangi losses tetapi juga mampu meningkatkan daya saing dan nilai tambah produk hortikultura.
Materi training yang disampaikan antara lain Fundamental of Postharvest Technology, PHL Estimation Measurement, PHL Reduction, PHL Reduction Policy, Small Area Estimation dan Ozone Technology.
Selain itu juga disampaikan hasil kegiatan pilot pengurangan losses di 3 negara yaitu Indonesia untuk komoditas cabai, Thailand untuk komoditas nanas dan Vietnam untuk komoditas padi.
Selanjutnya para peserta juga diajak berkeliling kawasan Taman sains dan Teknologi Pertanian di Cimanggu dengan mengunjungi Bangsal Pascapanen, Agro Sinema, serta Rumah Jamu.
Melalui materi training yang disampaikan oleh para narasumber, diharapkan para peserta akan memiliki kapasitas serta pengetahuan yang lebih kuat serta mendalam tentang teknologi pengurangan losses pascapanen, meningkatkan kapasitas serta kesadaran dari para pemangku kebijakan di masing-masing negara ASEAN untuk segera melakukan upaya penekanan losses bagi produk pertanian di masing masing negara.
Baca juga: Lembaga Balitbangtan raih penghargaan dari Perpustakaan Nasional
Selain itu juga disepakati perlunya ada metode pengukuran losses produk pertanian yang standar yang menjadi acuan bagi semua anggota ASEAN sehingga nagka losses di tiap negara bisa dibandingkan.
Kegiatan training ini akan dilanjutkan kembali melalui kegiatan Workshop Regional yang akan diadakan di Bali pada tanggal 26-29 Agustus 2018. Workshop ini juga akan menjadi penutup rangkaian ASEAN Cooperation Project on Reduction of Postharvest Losses for Agricultural Products in ASEAN Region yang pendanaannya dari ASEAN Sekertariat bekerjasama dengan Japan Asean Integration Fund (JAIF).
Baca juga: Balitbangtan bagikan 102 ton benih kentang ke tujuh kabupaten Jateng
Pewarta: Suryanto
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018
Tags: