Anggota DPRD : "Pelican Crossing" tambah kemacetan Jakarta
25 Juli 2018 20:40 WIB
Arsip: Pejalan kaki melintas di atas jembatan penyeberangan orang (JPO) Bundaran HI di Jakarta, Selasa (24/7/2018). Pemprov DKI Jakarta berencana membongkar JPO tersebut karena dianggap menghalangi pandangan ke arah Patung Selamat Datang dan tidak ramah disabilitas sehingga akan diganti dengan pelican crossing atau lampu lalu lintas untuk penyeberangan. (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)
Jakarta (ANTARA News) - Rencana pembangunan "Pedestrian Light Control Crossing" (Pelican Crossing) dinilai takan menambah kemacetan di sekitar Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta, terutama pada jam sibuk, kata anggota DPRD DKI Jakarta dari Partai Hanura Veri Yonnevil, Rabu.
"Pelican Crossing pasti akan menambah kemacetan, terutama di jam sibuk, seperti pagi dan sore hari," ujarnya.
Veri beranggapan seharusnya gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta berpikir secara komplek sebelum mengambil kebijakan untuk merobohkan Jembatan Penyeberangan Orang (JPO).
Baginya, kebijakan gubernur malah akan menambah kemacetan.
Kemacetan dipicu dengan perlambatan arus kendaraan, dengan Pelican Crossing hal tersebut akan menimbulkan kemacetan karena setiap saat orang akan menekan tombol di lampu lalu lintas untuk menyeberang.
"Sampai Blok M nanti pasti akan macet total," tambah Veri.
Sebelumnya, diberitakan bahwa Gubernur Anies Baswedan sedang mempersiapkan fasilitas Pelican crossing sebagai pengganti sementara JPO di Bundaran HI.
Dibongkarnya JPO karena fasilitas itu menutupi Patung Selamat Datang di Bundaran HI yang berfungsi menyambut peserta Asian Games 2018.
Agar pejalan kaki dapat menyeberangi jalan MH Thamrin yang padat tersebut, Anies mencanangkan fasilitas Pelican crossing.
Pelican crossing merupakan salah satu metode penyeberangan untuk para pejalan kaki. Metode pelican crossing ini memanfaatkan lampu lalu lintas yang berada di kedua sisi jalan.
Caranya cukup dengan menekan tombol untuk menyeberang, maka lampu merah akan menyala dan pejalan kaki dapat menyeberang sesuai waktu yang ditentukan.
Fasiitas ini sudah diterapkan di beberapa negara, seperti di Jepang.
"Pelican Crossing pasti akan menambah kemacetan, terutama di jam sibuk, seperti pagi dan sore hari," ujarnya.
Veri beranggapan seharusnya gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta berpikir secara komplek sebelum mengambil kebijakan untuk merobohkan Jembatan Penyeberangan Orang (JPO).
Baginya, kebijakan gubernur malah akan menambah kemacetan.
Kemacetan dipicu dengan perlambatan arus kendaraan, dengan Pelican Crossing hal tersebut akan menimbulkan kemacetan karena setiap saat orang akan menekan tombol di lampu lalu lintas untuk menyeberang.
"Sampai Blok M nanti pasti akan macet total," tambah Veri.
Sebelumnya, diberitakan bahwa Gubernur Anies Baswedan sedang mempersiapkan fasilitas Pelican crossing sebagai pengganti sementara JPO di Bundaran HI.
Dibongkarnya JPO karena fasilitas itu menutupi Patung Selamat Datang di Bundaran HI yang berfungsi menyambut peserta Asian Games 2018.
Agar pejalan kaki dapat menyeberangi jalan MH Thamrin yang padat tersebut, Anies mencanangkan fasilitas Pelican crossing.
Pelican crossing merupakan salah satu metode penyeberangan untuk para pejalan kaki. Metode pelican crossing ini memanfaatkan lampu lalu lintas yang berada di kedua sisi jalan.
Caranya cukup dengan menekan tombol untuk menyeberang, maka lampu merah akan menyala dan pejalan kaki dapat menyeberang sesuai waktu yang ditentukan.
Fasiitas ini sudah diterapkan di beberapa negara, seperti di Jepang.
Pewarta: Tessa Qurrata Aini
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018
Tags: