Golkar pernah ajak Demokrat gabung koalisi Jokowi
25 Juli 2018 16:03 WIB
Presiden Joko Widodo (tengah) melakukan pertemuan dan jamuan makan malam dengan dengan ketua umum partai politik koalisi (kiri ke kanan) Ketua Umum Partai Keadilan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh, Ketua Umum Hanura Oesman Sapta Odang, dan Ketua Umum PPP Romahurmuziy di Istana Bogor, Bogor, Jawa Barat, Senin (23/7/2018). (ANTARA /Biropers/Rusman Djony)
Jakarta (ANTARA News) - Ketua DPP Golkar, Ace Hasan Syadzily mengungkapkan partainya pernah mencoba beberapa kali untuk berkomunikasi dengan Partai Demokrat agar dapat bersama-sama berkoalisi di dalam pemerintahan, namun tidak berhasil.
"Namun karena Demokrat memiliki tawaran tentu kami hormati. Namun karena Demokrat sendiri memiliki tawaran yang tentu kita harus hormati, dan buat kami, Gerindra dan PD berkoalisi tentu harus kita hormati pilihan dan langkah politik tersebut," kata Ace di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu.
Namun Ace tidak merinci tawaran apa yang disampaikan Demokrat kepada koalisi Jokowi yang pada akhirnya membuat Demokrat tidak jadi gabung dalam koalisi Jokowi.
Dia mengatakan semakin cepat partai lain untuk mendeklarasikan dukungan pasangan di Pilpres 2019, maka semakin bagus.
"Kenapa saya katakan lebih cepat lebih bagus karena teka-teki soal konfigurasi pilpres 2019 semakin terlihat, sehingga langkah-langkah politik kamipun ke depan akan semakin kuat menghadapi Pilpres 2019," ujarnya.
Dia menegaskan bahwa enam parpol koalisi pendukung Jokowi sangat solid karena itu mereka tinggal melihat apa manuver yang akan dilakukan partai yang ada di koalisi lain.
Ace menilai tidak mudah bagi Demokrat dan Gerindra untuk menentukan pasangan yang tepat, karena masing-masing di antara parpol tersebut menawarkan kader-kadernya.
"Misalnya Gerindra mengusung Prabowo dan Demokrat mengusung AHY sebagai cawapres, tentu pertanyaannya bagaimana dengan PKS karena selama ini selalu konsisten ingin mendorong kadernya untuk menjadi cawapres Prabowo," katanya.
Baca juga: SBY siratkan tutup pintu koalisi dengan Jokowi
Baca juga: SBY: Jabatan presiden/wapres dua periode roh reformasi
Sebelumnya, Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto mengadakan pertemuan di Kediaman SBY, di Kuningan, Jakarta, Selasa (24/7) malam.
SBY mengatakan jalan koalisi antara partainya dengan Gerindra terbuka lebar terutama setelah dirinya dan Prabowo sepakat atas apa yang menjadi persoalan bangsa lima tahun kedepan, sepakat atas apa yang diharapkan rakyat hingga tingkat akar rumput.
Baca juga: Prabowo sebut PKS dan PAN sambut dialognya dengan SBY
Baca juga: Zulkifli akui bertemu Jokowi di Bogor
Baca juga: Jokowi akan umumkan cawapresnya awal Agustus
"Namun karena Demokrat memiliki tawaran tentu kami hormati. Namun karena Demokrat sendiri memiliki tawaran yang tentu kita harus hormati, dan buat kami, Gerindra dan PD berkoalisi tentu harus kita hormati pilihan dan langkah politik tersebut," kata Ace di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu.
Namun Ace tidak merinci tawaran apa yang disampaikan Demokrat kepada koalisi Jokowi yang pada akhirnya membuat Demokrat tidak jadi gabung dalam koalisi Jokowi.
Dia mengatakan semakin cepat partai lain untuk mendeklarasikan dukungan pasangan di Pilpres 2019, maka semakin bagus.
"Kenapa saya katakan lebih cepat lebih bagus karena teka-teki soal konfigurasi pilpres 2019 semakin terlihat, sehingga langkah-langkah politik kamipun ke depan akan semakin kuat menghadapi Pilpres 2019," ujarnya.
Dia menegaskan bahwa enam parpol koalisi pendukung Jokowi sangat solid karena itu mereka tinggal melihat apa manuver yang akan dilakukan partai yang ada di koalisi lain.
Ace menilai tidak mudah bagi Demokrat dan Gerindra untuk menentukan pasangan yang tepat, karena masing-masing di antara parpol tersebut menawarkan kader-kadernya.
"Misalnya Gerindra mengusung Prabowo dan Demokrat mengusung AHY sebagai cawapres, tentu pertanyaannya bagaimana dengan PKS karena selama ini selalu konsisten ingin mendorong kadernya untuk menjadi cawapres Prabowo," katanya.
Baca juga: SBY siratkan tutup pintu koalisi dengan Jokowi
Baca juga: SBY: Jabatan presiden/wapres dua periode roh reformasi
Sebelumnya, Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto mengadakan pertemuan di Kediaman SBY, di Kuningan, Jakarta, Selasa (24/7) malam.
SBY mengatakan jalan koalisi antara partainya dengan Gerindra terbuka lebar terutama setelah dirinya dan Prabowo sepakat atas apa yang menjadi persoalan bangsa lima tahun kedepan, sepakat atas apa yang diharapkan rakyat hingga tingkat akar rumput.
Baca juga: Prabowo sebut PKS dan PAN sambut dialognya dengan SBY
Baca juga: Zulkifli akui bertemu Jokowi di Bogor
Baca juga: Jokowi akan umumkan cawapresnya awal Agustus
Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2018
Tags: