Selangor, Malaysia (ANTARA News) - Tim bola voli putri Indonesia harus puas sebagai runnr-up setelah pada final ASEAN School Games (ASG) 2018 menyerah kepada Thailand 2-3 (25-19, 18-25, 25-22, 17-25, 11-25) di MBSA Hall Selangor, Malaysia, Rabu.

Kekalahan Rastri Wulandari dan kawan-kawan di final kejuaraan khusus untuk pelajar ini disesalkan, karena pada ASG 2018 Indonesia bermaterikan pemain yang sudah merasakan ketatnya kompetisi Proliga. Lawan ternyata tampil lebih solid meski tertekan.

Indonesia sebenarnya mengawali perlombaan dengan baik dan mampu mengambil set pertama. Permainan yang diperagakan cukup solid seperti saat penyisihan maupun semifinal. Namun, kondisi berubah pada set kedua karena permainan susah berkembang. Kejadian berulang pada dua set berikutnya.

Saat kedudukan sama kuat 2-2, pertandingan harus diselesaikan pada set kelima. Indonesia terlihat cukup tenang dan membuat pertandingan imbang. Kondisi berubah saat Nurlailikusuma dan kawan-kawan tertinggal dua poin.

Permainan pun berubah dan pemain kehilangan konsentrasi sehingga banyak melakukan kesalahan dan menguntungkan lawan. Indonesia akhirnya menyerah 11-15 (2-3). Emas yang diharapkan akhirnya melayang.

Pelatih tim putri Indonesia, Eko Waluyo mengaku permainan anak asuhnya memang tidak berkembang sesuai harapan. Beberapa upaya yang dilakukan oleh pemain banyak yang tidak memenuhi harapan. Kondisi ini membuat pemain sedikit kehilangan sentuhan.

"Beberapa jump serve Rasti mampu ditahan. Itu membuat dia sedikit frustasi. Saya sudah meminta mencoba untuk mengarahkan ke posisi lain. Tapi tenaganya sudah berkurang. Kondisi itu bisa dimanfaatkan dengan baik oleh lawan," katanya.

Untuk menghadapi pertandingan final, Eko Waluyo sebenarnya sudah mempelajari permainan calon lawan. Namun, kondisi di lapangan berbeda. Permainan yang diharapkan kurang bisa berjalan sesuai harapan. Ia mengakui jika lawan tampil lebih solid.

"Thailand bermain solid terutama di poin-poin krusial. Anak-anak juga sudah berusaha. Tapi hasilnya memang belum maksimal," kata mantan pelatih tim Proliga Popsivo Polwan itu.

Kekalahan di partai puncak memang membuat kecewa. Pemain pun banyak yang menangis seolah tidak percaya dengan kekalahan yang baru saja diterima. Ofisial pun harus turun tangan untuk menenangkan mereka, termasuk komandan kontingen Bambang Siswanto.

Dengan kekalahan ini kontingen Indonesia harus puas dengan medali perak dan emas untuk Thailand. Sedangkan untuk medali perunggu direbut tuan rumah Malaysia setelah sebelumnya mengalahkan Singapura.

Baca juga: Indonesia bertekad hentikan dominasi Thailand di ASG