Seoul (ANTARA News) - Tentara-tentara Korea Utara (Korut) dan Korea Selatan (Korsel), Senin, terlibat baku tembak di perbatasan mereka yang dijaga ketat dalam insiden pertama seperti itu selama setahun, kata kementerian pertahanan Korsel. Korut memulai baku tembak itu dengan menembakkan peluru senapan mesin, katanya. Pasukan Korut melepaskan tembakan-tembakan. Untuk menanggapi itu, tentara Korsel melepaskan 10 tembakan peringatan senapan mesin. Tida ada korban dari baku tembak itu," kata seorang jurubicara kementerian itu. "Setelah baku tembak itu, pihak kami mengeluarkan satu peringatan melalui pengeras suara dan menuntut mereka meminta maaf. Tapi tidak ada tanggapan dari tentara Korut," kata seorang jurubicara Gabungan Kepala-Kepala Staf (JCS) Korsel secara terpisah. "Tidak segera diketahui apakah pasukan Korut melepaskan tembakan akibat kesalahan atau dengan sengaja," katanya. Insiden penembakan di lintas perbatasan jarang terjadi sejak KTT antara Korea yang bersejarah tahun 2000. Terakhir adalah 31 Juli tahun lalu ketika tentara Korut menembak ke arah sebuah pos penjagaan Korsel. Tidak ada yang cedera. Baku tembak Senin itu terjadi sekitar pukul 13:30 waktu setempat dekat Inje, 165km timurlaut Seoul. Kedua Korea dipisahkan Zona Demiliterasi (DMZ) sepanjang 240km dan lebar empat kilometer sejak akhir perang 1950-1953. Di zona itu ada ranjau dan pagar kawat berduri. "Setelah baku tembak itu, tidak ada gerakan khusus dari pihak Korut di sepanjang DMZ," kata jurubicara JCS. Ia mengatakan Korsel akan meminta Komisi Gencatan Senjata Militer Komando PBB untuk mengusut kasus itu. Para pejabat PBB dari negara-negara netral memantau gencatan senjata yang mengakiri perang itu. "Akan tetapi kegiatan para pejabat PBB, terbatas karena mereka tidak dapat memeriksa di dalam perbatasan Korut," katanya. Perundingan militer tingkat pejabat tinggi antara kedua Korea berakhir akhir Juli tanpa ada kemajuan karena kebuntuan menyangkut perbatasan laut yang disengketakan. Korut menolak mengakui garis perbatasan yang ditetapkan secara sepihak oleh Komando PBB setengah abad lalu.(*)