Banyuwangi-Lombok jadi bandara LCC tarik wisatawan mancanegara
24 Juli 2018 19:16 WIB
Alternatif Penerbangan Dampak Erupsi Gunung Agung . Sejumlah penumpang turun dari pesawat di Bandar Udara Banyuwangi, Jawa Timur, Selasa (28/11/2017). Bandara Banyuwangi menjadi salah satu alternatif transportasi penumpang yang akan menuju Bali dan sebaliknya akibat penutupan aktivitas penerbangan di Bandara Ngurah Rai Bali sebagai dampak erupsi Gunung Agung. (ANTARA /Budi Candra Setya)
Tangerang (ANTARA News) - Bandara Banyuwangi dan Lombok akan difokuskan untuk menjadi bandara khusus penerbangan berbiaya murah (LCC) sebagai penghubung ke Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali untuk lebih menarik minat wisatawan mancanegara.
Direktur Utama PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin usai "Coffee Morning dan Breakfast Meeting" di Tangerang, Selasa, menjelaskan konsep awal Bandara Blimbingsari Banyuwangi sebagai bandara LCC adalah kebutuhan bandara penunjang Bandara Bali yang sudah sangat padat kapasitasnya.
"Karena Bu Menteri BUMN merencanakan daerah penunjang Bali, yaitu Banyuwangi dan Lombok, Bali sudah cukup padat karena ada persoalan kapasitas, sehingga harus mereduksi itu dengan cara yang pas," katanya.
Nantinya kedua bandara tersebut akan menjaring wisman yang akan ke Bali dengan menawarkan paket wisata murah, namun melingkupi semua.
Dia mencontohkan wisman akan memilih paket wisata ke Lombok dan Banyuwangi dengan pesawat LCC, kemudian berlayar ke Bali menggunakan kapal pesiar dengan perbandingan harga yang lebih rendah daripada harus langsung ke Bali.
Baca juga: Kemenhub dorong pembangunan terminal dan bandara "lcc"
"Bali tetap jadi magnet, sekarang kalau naik ke Bali biaya murah dengan satu malam di Banyuwangi terus dapat fasilitas dengan `cruise` menyeberang ke Bali, orang akan mikir untuk memilih ini untuk wisata, jadi memang harus dirancang seperti itu," katanya.
Selain itu, lanjut dia, dengan demikian pesawat-pesawat yang bermalam di Bali (RON) akan berkurang karena teralihkan ke Bandara Banyuwangi dan Lombok.
Awaluddin menambahkan pesawat yang terparkir di Bandara Bali juga akan diseleksi untuk meningkatkan kapasitas muat pesawat.
"Sekarang kan semua masuk Bali, pesawat kecil masuk, nanti itu diatur, Bali hanya ditata untuk pesawat berbadan sedang dan besar, itu lah kenapa Banyuwangi dan Lombok harus bersiap-siap untuk fokus jadi bandara LCC," katanya.
Dia menuturkan upaya tersebut juga dicapai melalui kerja sama dengan PT Angkasa Pura I sebagai operaroe Bandara Lombok.
"Nanti AP I memindahkan pesawat baling-baling yang selama ini parkir di Ngurah Rai nanti nginapnya di Banyuwangi atau Lombok," katanya.
Selain itu, lanjut dia, bandara LCC juga harus dirancang dari segi layanan, operasi dan komersialnya.
Dari segi operasionalnya, yaitu memudahkan penumpang dalam berkegiatan di bandara (seamless) mulai dari lapor diri, pindah terminal maupun pindah moda, untuk layanannya tidak banyak melibatkan tenaga manusia serta komersialnya, memberikan harga murah tetapi masih tetap untung dan tidak ada yang berbeda dari segi fasilitas.
"Contoh paling sederhana, arus penumpangnya harus `seamless`," katanya.
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Agus Santoso mengatakan faktor keselamatan tetap tidak berbeda dan tidak ada toleransi.
"Tetap keamanan dan keselamatannya dijaga, jadi kemurahan-kemurahan ini bisa difokuskan ke arah pelayanan minimalis tapi tetap menjaga keselamatan dan LCC itu bisa berupa maskapai, terminal bahkan bandara," katanya.
Baca juga: Bandara Banyuwangi target layani penerbangan internasional pada 2019
Baca juga: Jumlah penumpang di Bandara Lombok meningkat
Direktur Utama PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin usai "Coffee Morning dan Breakfast Meeting" di Tangerang, Selasa, menjelaskan konsep awal Bandara Blimbingsari Banyuwangi sebagai bandara LCC adalah kebutuhan bandara penunjang Bandara Bali yang sudah sangat padat kapasitasnya.
"Karena Bu Menteri BUMN merencanakan daerah penunjang Bali, yaitu Banyuwangi dan Lombok, Bali sudah cukup padat karena ada persoalan kapasitas, sehingga harus mereduksi itu dengan cara yang pas," katanya.
Nantinya kedua bandara tersebut akan menjaring wisman yang akan ke Bali dengan menawarkan paket wisata murah, namun melingkupi semua.
Dia mencontohkan wisman akan memilih paket wisata ke Lombok dan Banyuwangi dengan pesawat LCC, kemudian berlayar ke Bali menggunakan kapal pesiar dengan perbandingan harga yang lebih rendah daripada harus langsung ke Bali.
Baca juga: Kemenhub dorong pembangunan terminal dan bandara "lcc"
"Bali tetap jadi magnet, sekarang kalau naik ke Bali biaya murah dengan satu malam di Banyuwangi terus dapat fasilitas dengan `cruise` menyeberang ke Bali, orang akan mikir untuk memilih ini untuk wisata, jadi memang harus dirancang seperti itu," katanya.
Selain itu, lanjut dia, dengan demikian pesawat-pesawat yang bermalam di Bali (RON) akan berkurang karena teralihkan ke Bandara Banyuwangi dan Lombok.
Awaluddin menambahkan pesawat yang terparkir di Bandara Bali juga akan diseleksi untuk meningkatkan kapasitas muat pesawat.
"Sekarang kan semua masuk Bali, pesawat kecil masuk, nanti itu diatur, Bali hanya ditata untuk pesawat berbadan sedang dan besar, itu lah kenapa Banyuwangi dan Lombok harus bersiap-siap untuk fokus jadi bandara LCC," katanya.
Dia menuturkan upaya tersebut juga dicapai melalui kerja sama dengan PT Angkasa Pura I sebagai operaroe Bandara Lombok.
"Nanti AP I memindahkan pesawat baling-baling yang selama ini parkir di Ngurah Rai nanti nginapnya di Banyuwangi atau Lombok," katanya.
Selain itu, lanjut dia, bandara LCC juga harus dirancang dari segi layanan, operasi dan komersialnya.
Dari segi operasionalnya, yaitu memudahkan penumpang dalam berkegiatan di bandara (seamless) mulai dari lapor diri, pindah terminal maupun pindah moda, untuk layanannya tidak banyak melibatkan tenaga manusia serta komersialnya, memberikan harga murah tetapi masih tetap untung dan tidak ada yang berbeda dari segi fasilitas.
"Contoh paling sederhana, arus penumpangnya harus `seamless`," katanya.
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Agus Santoso mengatakan faktor keselamatan tetap tidak berbeda dan tidak ada toleransi.
"Tetap keamanan dan keselamatannya dijaga, jadi kemurahan-kemurahan ini bisa difokuskan ke arah pelayanan minimalis tapi tetap menjaga keselamatan dan LCC itu bisa berupa maskapai, terminal bahkan bandara," katanya.
Baca juga: Bandara Banyuwangi target layani penerbangan internasional pada 2019
Baca juga: Jumlah penumpang di Bandara Lombok meningkat
Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2018
Tags: