Tim Kemensos tinjau krisis pangan di Seram
24 Juli 2018 14:48 WIB
Alih Fungsi Lahan Pertanian Foto udara, kawasan lahan sawah yang mulai beralih fungsi menjadi pemukiman penduduk dan pabrik di Deli Serdang, Sumatera Utara, Sabtu (28/11). Alih fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman penduduk, pembangunan infrastruktur publik serta sarana industri di Indonesia cukup mengkhawatirkan hingga 100 ribu hektar setiap tahun sehingga akan berdampak terhadap krisis pangan secara nasional bila tidak ditangani secara serius. (ANTARA FOTO/Irwansyah Putra)
Ambon (ANTARA News) - Tim dari Direktorat Komunitas Adat Terpencil pada Kementerian Sosial segera meninjau daerah krisis pangan di pedalaman hutan Seram, di gunung Morkele, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku, yang mengakibatkan tiga warga meninggal dunia.
Kepala Dinas Sosial Maluku, Sartono Piring saat dikonfirmasi, Selasa, membenarkan, tim Kemensos dipimpin Direktur Komunitas Adat Terpencil (KAT) Marsali dijadwalkan tiba di Ambon dengan empat personel guna menuju ke Seram pada 25 Juli 2018.
"Kehadiran tim Kemensos merupakan hasil koordinasi, menindaklanjuti laporan dari Dinas Sosial Kabupaten Maluku Tengah bahwa bencana sosial itu mengakibakan seorang lansia dan dua balita meninggal dunia akibat krisis pangan," ujarnya.
Tim Kemensos nantinya bersama sejumlah personil Taruna Siaga Bencana (Tagana) akan menyalurkan bantuan dan mendata permasalahan yang sebenarnya terjadi di sana untuk penaganan lanjutan.
"Tim terpadu dengan melibatkan BNPB akan mengungkapkan penyebab terjadinya krisis pangan yang dialami sebanyak 45 Kepala Keluarga (KK) atau 170 jiwa warga di negeri Maneo Rendah, kecamatan Seram Utara Timur Kobi, kabupaten Maluku Tengah," kata Sartono.
Bantuan yang disiapkan untuk disalurkan antara lain satu ton beras , matras sebanyak 100 lembar, selimut 180 lembar, 35 paket kid ware dan 60 paket kebutuhan lansia.
Sedangkan bantuan lainnya dari stok penyangga Dinas Sosial Kabupaten Maluku Tengah antara lain sayur lodeh dan opor ayam 90 kaleng, panci masak dan wajan masing-masing 45 buah, piring 270 buah, gelas melamin 135 buah, selimut wol dan tenda gulung masing-masing 45 lembar dan matras 90 lembar.
Lokasi tinggal warga suku terasing itu berada di Dusun Maneo yang jarak tempuhnya tiga jam dengan kendaraan dari Wahai atau delapan jam dari Masohi, Ibu Kota Maluku Tengah lalu dilanjutkan berjalan kaki delapan jam ke desa terdekat.
Sedangkan, lokasi titik kumpul terdekat ke masyarakat terasing adalah di Kali Toahaku dengan rute perjalanan dari Polsek Seram Utara, rumah singgah jalan dusun Soahari. Kali Touhaku dapat ditempuh dengan kendaraan dari Wahai selama tiga jam atau delapan dari Masohi.
Sebelumnya, Kabid Humas Polda Maluku Kombes Pol Muhammad Roem Ohoirat menyatakan, pihaknya telah mengambil sikap cepat untuk menangani persoalan suku terasing di daerah pedalaman hutan Seram itu.
"Menindaklanjuti informasi tentang adanya bencana sosial pada warga suku terasing Mausu Ane, Polda segera merespon dengan mengambil langkah-langah kepolisian dan mengidentifikasikan berbagai persoalan secepatnya," katanya.
"Mereka suku nomaden, berpindah-pindah tempat dan hanya dapat ditemui dengan perantaraan Raja Maneo," katanya.
Saat ini telah dilakukan koordinasi dengan kades atau raja Maneo, Nikolas Boiratan untuk mendiskusikan kebutuhan dan tekhnis penyerahan bantuan termasuk membahas bantuan yang dibutuhkan masyarakat.
Penyerahan bantuan sesuai usul kades akan dilaksanakan di Desa Soahari pada Kamis, 26 Juli 2018 sekitar pukul 12.00 WIT.
Tekhnis penyerahan dari Polda Maluku melalui Kapolres Maluku Tengah bersama Satbrimob akan berangkat hari Rabu, (25/7) dan bertemu kades Maneo di Waymuse selanjutnya bersama-sama ke lokasi untuk melakukan penyerahan bantuan.
Polda Maluku akan menyalurkan bantuan sumbangan berupa satu ton beras, makanan siap saji seperti mie instan 200 dos, gula pasir 100 Kg, dan obat-obatan, termasuk memberangkatkan tenaga medis.
Baca juga: Kemensos kirimkan bantuan krisis pangan di Maluku
Kepala Dinas Sosial Maluku, Sartono Piring saat dikonfirmasi, Selasa, membenarkan, tim Kemensos dipimpin Direktur Komunitas Adat Terpencil (KAT) Marsali dijadwalkan tiba di Ambon dengan empat personel guna menuju ke Seram pada 25 Juli 2018.
"Kehadiran tim Kemensos merupakan hasil koordinasi, menindaklanjuti laporan dari Dinas Sosial Kabupaten Maluku Tengah bahwa bencana sosial itu mengakibakan seorang lansia dan dua balita meninggal dunia akibat krisis pangan," ujarnya.
Tim Kemensos nantinya bersama sejumlah personil Taruna Siaga Bencana (Tagana) akan menyalurkan bantuan dan mendata permasalahan yang sebenarnya terjadi di sana untuk penaganan lanjutan.
"Tim terpadu dengan melibatkan BNPB akan mengungkapkan penyebab terjadinya krisis pangan yang dialami sebanyak 45 Kepala Keluarga (KK) atau 170 jiwa warga di negeri Maneo Rendah, kecamatan Seram Utara Timur Kobi, kabupaten Maluku Tengah," kata Sartono.
Bantuan yang disiapkan untuk disalurkan antara lain satu ton beras , matras sebanyak 100 lembar, selimut 180 lembar, 35 paket kid ware dan 60 paket kebutuhan lansia.
Sedangkan bantuan lainnya dari stok penyangga Dinas Sosial Kabupaten Maluku Tengah antara lain sayur lodeh dan opor ayam 90 kaleng, panci masak dan wajan masing-masing 45 buah, piring 270 buah, gelas melamin 135 buah, selimut wol dan tenda gulung masing-masing 45 lembar dan matras 90 lembar.
Lokasi tinggal warga suku terasing itu berada di Dusun Maneo yang jarak tempuhnya tiga jam dengan kendaraan dari Wahai atau delapan jam dari Masohi, Ibu Kota Maluku Tengah lalu dilanjutkan berjalan kaki delapan jam ke desa terdekat.
Sedangkan, lokasi titik kumpul terdekat ke masyarakat terasing adalah di Kali Toahaku dengan rute perjalanan dari Polsek Seram Utara, rumah singgah jalan dusun Soahari. Kali Touhaku dapat ditempuh dengan kendaraan dari Wahai selama tiga jam atau delapan dari Masohi.
Sebelumnya, Kabid Humas Polda Maluku Kombes Pol Muhammad Roem Ohoirat menyatakan, pihaknya telah mengambil sikap cepat untuk menangani persoalan suku terasing di daerah pedalaman hutan Seram itu.
"Menindaklanjuti informasi tentang adanya bencana sosial pada warga suku terasing Mausu Ane, Polda segera merespon dengan mengambil langkah-langah kepolisian dan mengidentifikasikan berbagai persoalan secepatnya," katanya.
"Mereka suku nomaden, berpindah-pindah tempat dan hanya dapat ditemui dengan perantaraan Raja Maneo," katanya.
Saat ini telah dilakukan koordinasi dengan kades atau raja Maneo, Nikolas Boiratan untuk mendiskusikan kebutuhan dan tekhnis penyerahan bantuan termasuk membahas bantuan yang dibutuhkan masyarakat.
Penyerahan bantuan sesuai usul kades akan dilaksanakan di Desa Soahari pada Kamis, 26 Juli 2018 sekitar pukul 12.00 WIT.
Tekhnis penyerahan dari Polda Maluku melalui Kapolres Maluku Tengah bersama Satbrimob akan berangkat hari Rabu, (25/7) dan bertemu kades Maneo di Waymuse selanjutnya bersama-sama ke lokasi untuk melakukan penyerahan bantuan.
Polda Maluku akan menyalurkan bantuan sumbangan berupa satu ton beras, makanan siap saji seperti mie instan 200 dos, gula pasir 100 Kg, dan obat-obatan, termasuk memberangkatkan tenaga medis.
Baca juga: Kemensos kirimkan bantuan krisis pangan di Maluku
Pewarta: Alex Sariwating
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2018
Tags: