Yogyakarta (ANTARA News) - Tiga mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) menjuarai kompetisi internasional inovasi teknologi yang diadakan di London, Inggris, dengan mengusung gagasan pengembangan mobil pintar yang mampu mengolah limbah plastik menjadi bahan bakar alternatif.

Tiga mahasiswa Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik UGM yang tergabung dalam Tim Smart Car MCS yang mengadakan jumpa pers di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Senin, adalah Herman Amrullah, Sholahuddin Alayyubi, dan Thya Laurencia Benedita Araujo.

“Ide kami berawal dari keinginan untuk mengatasi permasalahan limbah plastik serta mengatasi emisi dari kendaraan," kata Herman Amrullah selaku manajer tim.

Menurut Herman, dalam kompetisi "Shell Ideas 360" pada 5 Juli 2018 itu, timnya mampu meraih dua kategori juara sekaligus yakni "Judges Choise" dan Audiences Voice". Dalam kompetisi itu mereka melawan 3.336 tim mahasiswa berbagai universitas dari 140 negara.

Gagasan inovasi teknologi yang mereka lombakan, jelas Herman, adalah merancang sebuah mobil yang mampu mengolah sampah plastik menjadi bahan bakar dengan memanfaatkan gas buang mobil.

"Plastik kan merupakan salah satu produk turunan dari minyak bumi. Maka kami konversi untuk menjadi minyak bumi kembali," kata dia.

Menurut dia, meski sampah plastik dapat diubah menjadi bahan bakar, tetapi untuk mengonversi menjadi bahan bakar membutuhkan energi yang tidak sedikit.

Selanjutnya, Herman bersama tim-nya memiliki ide untuk memanfaatkan panas dari gas knalpot mobil untuk mengonversi limbah plastik menjadi bahan bakar. Alasannya, panas knalpot mobil bisa mencapai 500-800 derajat celcius sehingga memungkinkan untuk proses pirolisis atau pemanasan untuk mengubah plastik menjadi bahan bakar.

"Jenis limbah plastik apa saja bisa digunakan tetapi kami tidak menyarankan plastik PVC karena bisa merusak lingkungan dan mesin. Satu kilogram plastik kami perkirakan bisa menghasilkan 1,1 liter bahan bakar," kata dia.

Selain itu, mobil yang dirancang tersebut juga dilengkapi dengan teknologi Microalgae Cultivation Support (MCS) yang mampu mengurangi jumlah CO2 gas buang kendaraan.

“Tetapi lomba ini masih sebatas ide, ke depan kami ingin mengaplikasikan langsung pada mobil," kata dia.

Dosen Pembimbing Juruan Teknik Kimia Fakultas Teknik UGM Aswati Mindaryani mengatakan dibutuhkan kerja sama dengan berbagai pihak baik swasta maupun pemerintah untuk menindaklanjuti ide tiga mahasiwa tersebut agar betul-betul bisa diaplikasikan sebagai bahan bakar mobil.

Menurut Aswati, hasil pengolahan limbah plastik itu masih berbentuk minyak mentah (crude oil). Agar bisa diolah menjadi bensin, pertamax, atau produk bahan bakar lainnya dibutuhkan kerja sama dengan pihak lain.

“Atau bisa juga dengan memodifikasi mesin mobil agar bisa sesuai dengan bahan bakar yang dihasilkan dari pengolahan limbah plastik itu," kata dia.