Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia mengatakan reaktivasi lelang Sertifikat Bank Indonesia (SBI) bertenor 9 dan 12 bulan pada Senin ini tidak digelar secara "mendadak" untuk mejaga suplai likuiditas demi mengendalikan nilai tukar rupiah.

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah saat dihubungi di Jakarta, Senin, mengatakan penerbitan SBI untuk menggantikan Sertifikat Deposito Bank Indonesia (SDBI) pada Senin ini sudah didiskusikan dengan perbankan, dan memang sesuai jadwal untuk diterbitkan hari ini.

"Tidak mendadak untuk diterapkan hari ini, sudah didiskusikan lama dan ini sesuai jadwal," kata Nanang.

Per Senin ini, BI melelang SBI bertenor 9 dan 12 bulan, serta SBI Syariah (SBIS) dengan tenor yang sama. Lelang SBI ini menggantikan SDBI yang dijadwalkan juga untuk dilelang hari ini.

Setelah penutupan lelang, mengutip laman resmi BI, untuk lelang SBI tenor 9 bulan, BI memperoleh Rp4,1 triliun dan tenor 12 bulan sebesar Rp1,7 triliun. Sedangkan untuk SBIS bertenor 9 bulan, BI memperoleh Rp375 miliar dan tenor 12 bulan sebesar Rp510 miliar.

Nanang mengatakan masa tunggu (holding period) untuk SBI dan SBIS ini adalah tujuh hari.

"Lelang hari ini hanya reaktivasi karena tidak ada perubahan ketentuan dari sebelumnya," ujar dia.

Pada Kamis (19/7) lalu, saat mempertahankan suku bunga acuan 7-Day Reverse Repo Rate di 5,25 persen, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan Bank Sentral masih mengkaji untuk mengreaktivasi SBI guna menambah portofolio investasi asing bagi investor.

Pada Jumat (20/7), karena tekanan dari ekspetasi kenaikan suku bunga AS, nilai rupiah sempat jatuh ke Rp14.520 per dolar AS, atau menurun 102 poin dibanding acuan Kamis (19/7) yang sebesar Rp.14.418 per dolar AS, menurut kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dolar AS Rate (Jisdor)

Pada Senin ini, kurs acuan Jisdor yang diumumkan BI mencatat rupiah menguat ke Rp14.454 per dolar AS. Hingga Senin pukul 14.30 WIB, rupiah di pasar spot diperdagangkan di kisaran Rp14.475 per dolar AS.

Baca juga: BI lelang SBI untuk tarik dana asing