Kairo (ANTARA News) - ISIS mengatakan, Minggu, seorang pengebom bunuh diri dari pihak mereka mengincar Wakil Presiden Afghanistan di dekat bandar udara Kabul, menurut laporan Amaq, kantor berita milik kelompok itu.

Amaq mengatakan bahwa pengebom itu meledakkan jaket bunuh dirinya di sebuah perayaan yang diselenggarakan untuk menyambut Wakil Presiden Abdul Rashid Dostum.

Kantor berita tersebut tidak memberikan keterangan lebih lanjut.

Sebelumnya, Abdul Rashid Dostum dilaporkan nyaris terkena serangan, yang diduga sebagai pengeboman bunuh diri, di bandar udara Kabul ketika ia kembali dari pengasingan.

Dostum kembali ke tanah airnya pada Minggu setelah lebih dari satu tahun berada di Turki.

Ia meninggalkan Afghanistan pada tahun lalu di tengah dugaan melakukan penyiksaan dan pelecehan terhadap seorang lawan politiknya.

Dostum dan rombongannya meninggalkan bandar udara itu hanya beberapa menit sebelum ledakan terjadi.

Sejumlah pejabat mengatakan ledakan itu tampaknya disebabkan seorang pengebom bunuh diri.

Sebanyak 10 orang tewas dan terluka dalam ledakan itu, kata juru bicara Kementerian Dalam Negeri Najib Danish.

Juru bicara kepolisian Kabul Hashmat Stanekzai mengatakan ledakan terjadi di dekat pintu masuk utama bandara, tempat para pendukung Dostum menunggu untuk menyambutnya ketika iring-iringan kendaraannya melintas menuju pusat kota.

"Jumlah korban kemungkinan bertambah. Ledakan itu terjadi hanya beberapa saat setelah iring-iringan Dostum meninggalkan bandar udara," kata Stanekzai.

Dostum tidak terluka. Ia menyambut sorak-sorai para pendukung yang berkumpul di kompleks kantornya.

Banyak daerah di sekitar istana kepresidenan ditutup terkait kedatangan Dostum sementara pasukan keamanan bersenjata berat terlihat berjaga-jaga di jalan. Pemandangan itu menggambarkan betapa keadaan politik di Kabul sedang semakin rentan.

Dostum menghadapi kemarahan dari negara-negara donor Barat, termasuk Amerika Serikat, setelah laporan-laporan muncul pada 2016 bahwa para pengawalnya telah menahan saingan politiknya, Ahmad Eshchi, serta membuatnya menjadi korban pemukulan, penyiksaan dan kekerasan seksual.

Dostum membantah tuduhan Eshchi itu. Tapi, di tengah tuntutan dunia internasional agar ia diadili, Dostum pada Mei tahun lalu pergi meninggalkan Afghanistan dengan dalih berobat di Turki, demikian Reuters.
(Uu.T008)