Wisatawan naik helikopter akibat gelombang tinggi
21 Juli 2018 23:16 WIB
Wisatawan asing turun dari helikopter Air Bali yang ditumpangi di Benoa Heliport Complex, Denpasar, Bali, Sabtu (21/7/2018). Permintaan jasa transportasi helikopter meningkat tajam terutama bagi turis yang akan menuju kawasan wisata lainnya seperti Pulau Nusa Penida, Nusa Lembongan dan Gili Trawangan, akibat berhentinya operasi kapal cepat akibat cuaca buruk dan gelombang tinggi di wilayah perairan selatan Bali. (ANTARA FOTO/Fikri Yusuf) (Fikri Yusuf)
Denpasar (ANTARA News) - Sejumlah wisatawan mancanegara menggunakan helikopter karena kapal cepat ke sejumlah pulau berhenti beroperasi akibat gelombang tinggi pada beberapa hari terakhir di wilayah perairan selatan Pulau Bali.
"Semua kapal cepat dibatalkan perjalanannya dan kapal feri juga berbahaya. Jadi kami memilih naik helikopter," ujar wisatawan asal Australia, Marry di Benoa Heliport Complex, Denpasar, Bali, Sabtu.
Marry yang sebelumnya berwisata di Pulau Gili Trawangan, Lombok, NTB, sudah memesan tiket kapal cepat ke Pulau Bali. Namun karena gelombang laut masih berbahaya, ia memilih menggunakan jasa angkutan helikopter dan membatalkan tiket kapal cepat. Dia harus mengejar waktu keberangkatan pesawat ke Australia dari Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali.
"Helikopter adalah solusi terbaik, jauh lebih cepat dan nyaman. Tiga hari lagi kami harus kembali ke Australia dan pesawatnya berangkat dari Bali, jadi saya harus pergi ke Bali secepat mungkin," katanya.
Baca juga: BMKG: waspadai gelombang tinggi pada 20-26 juni
Sales and Marketing Manager Air Bali, Feni Sofiani mengatakan, pihaknya sejak sekitar tiga hari yang lalu mendapatkan banyak pesanan mendadak dari wisatawan yang sebagian besar akan kembali ke Pulau Bali karena ditutupnya operasional seluruh kapal cepat dari dan menuju sejumlah pulau seperti Nusa Penida, Nusa Lembongan an Gili Trawangan.
"Mungkin wisatawan sedikit panik karena kapal cepat mereka dibatalkan dan akhirnya memesan jasa angkutan helikopter kami. Sebagian besar dari mereka mengaku harus mengejar pesawat kembali ke negara asal yang berangkat dari Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai. Jadi mereka menggunakan helikopter sebagai alternatif untuk mempercepat jalan mereka" katanya.
Ditutupnya operasional kapal cepat tersebut membuat pengguna jasa helikopter Air Bali meningkat sekitar 50 persen.
"Pada hari biasa, helikopter kami melayani maksimal 4-5 kali trip paket 'tour' dan transfer dalam sehari. Namun saat ini kami menambah lagi lima kali trip transfer untuk Pulau Nusa Lembongan dan Nusa Penida. Untuk penumpangnya, meningkat jadi sekitar 100 orang penumpang dari hari normal 5 hingga 15 orang penumpang perhari untuk transfer," ujarnya.
Untuk sekali perjalanan menuju atau dari Pulau Nusa Penida dan Lembongan, wisatawan dikenakan tarif 450 dolar AS per orang. Sedangkan untuk tujuan atau keberangkatan Pulau Gili, Lombok, wisatawan dikenakan tarif 600 dolar AS perorang.
Dengan menaiki helikoper Air Bali, penumpang membutuhkan waktu sekitar 10-15 menit untuk ke Nusa Lembongan dan Nusa Penida, sedangkan penerbangan Gili Trawangan membutuhkan sekitar 40 menit.
Baca juga: Gelombang selat Bali-Lombok 2,5-4m, kapal kecil diimbau tidak melaut
Peringatan BMKG waspadai gelombang tinggi
"Semua kapal cepat dibatalkan perjalanannya dan kapal feri juga berbahaya. Jadi kami memilih naik helikopter," ujar wisatawan asal Australia, Marry di Benoa Heliport Complex, Denpasar, Bali, Sabtu.
Marry yang sebelumnya berwisata di Pulau Gili Trawangan, Lombok, NTB, sudah memesan tiket kapal cepat ke Pulau Bali. Namun karena gelombang laut masih berbahaya, ia memilih menggunakan jasa angkutan helikopter dan membatalkan tiket kapal cepat. Dia harus mengejar waktu keberangkatan pesawat ke Australia dari Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali.
"Helikopter adalah solusi terbaik, jauh lebih cepat dan nyaman. Tiga hari lagi kami harus kembali ke Australia dan pesawatnya berangkat dari Bali, jadi saya harus pergi ke Bali secepat mungkin," katanya.
Baca juga: BMKG: waspadai gelombang tinggi pada 20-26 juni
Sales and Marketing Manager Air Bali, Feni Sofiani mengatakan, pihaknya sejak sekitar tiga hari yang lalu mendapatkan banyak pesanan mendadak dari wisatawan yang sebagian besar akan kembali ke Pulau Bali karena ditutupnya operasional seluruh kapal cepat dari dan menuju sejumlah pulau seperti Nusa Penida, Nusa Lembongan an Gili Trawangan.
"Mungkin wisatawan sedikit panik karena kapal cepat mereka dibatalkan dan akhirnya memesan jasa angkutan helikopter kami. Sebagian besar dari mereka mengaku harus mengejar pesawat kembali ke negara asal yang berangkat dari Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai. Jadi mereka menggunakan helikopter sebagai alternatif untuk mempercepat jalan mereka" katanya.
Ditutupnya operasional kapal cepat tersebut membuat pengguna jasa helikopter Air Bali meningkat sekitar 50 persen.
"Pada hari biasa, helikopter kami melayani maksimal 4-5 kali trip paket 'tour' dan transfer dalam sehari. Namun saat ini kami menambah lagi lima kali trip transfer untuk Pulau Nusa Lembongan dan Nusa Penida. Untuk penumpangnya, meningkat jadi sekitar 100 orang penumpang dari hari normal 5 hingga 15 orang penumpang perhari untuk transfer," ujarnya.
Untuk sekali perjalanan menuju atau dari Pulau Nusa Penida dan Lembongan, wisatawan dikenakan tarif 450 dolar AS per orang. Sedangkan untuk tujuan atau keberangkatan Pulau Gili, Lombok, wisatawan dikenakan tarif 600 dolar AS perorang.
Dengan menaiki helikoper Air Bali, penumpang membutuhkan waktu sekitar 10-15 menit untuk ke Nusa Lembongan dan Nusa Penida, sedangkan penerbangan Gili Trawangan membutuhkan sekitar 40 menit.
Baca juga: Gelombang selat Bali-Lombok 2,5-4m, kapal kecil diimbau tidak melaut
Peringatan BMKG waspadai gelombang tinggi
Pewarta: Naufal Fikri Yusuf
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2018
Tags: