LDNU: kelompok moderat harus kembali kendalikan masjid
20 Juli 2018 21:49 WIB
Foto dokumen: Umat Muslim melaksanakan sholat Id di Masjid Istiqlal, Jakarta pada Idulfitri 1 Syawal 1439 H, Jumat (15/6/2018). (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)
Jakarta (ANTARA News) - Ketua Lembaga Dakwah PBNU KH Maman Imanulhaq mengatakan kelompok moderat harus kembali mengendalikan masjid agar tidak disalahgunakan untuk menyebarkan radikalisme dan kebencian.
"Saya mengajak agar kelompok moderat bangkit, kita kembalikan masjid sebagai tempat untuk mencerdaskan, memberdayakan, dan menguatkan ukhuwah, baik itu islamiyah maupun wathoniyah (persaudaraan kebangsaan)," kata Maman di Jakarta, Jumat.
Menurut Maman, banyaknya masjid yang ditengarai menyebarkan kebencian bisa jadi karena dikuasai oleh kelompok garis keras, yang memang berusaha menguasai berbagai saluran komunikasi untuk memengaruhi orang sebanyak mungkin, termasuk menguasai media sosial.
"Sebenarnya mayoritas umat Islam di Indonesia masih moderat dan toleran. Namun, kelemahannya mereka lebih memilih diam, sementara kelompok radikal yang jumlahnya sedikit bisa masuk secara masif dan militan," katanya.
Menurut pengasuh Pondok Pesantren Al Mizan, Majalengka, Jawa Barat, itu perlu ada gerakan untuk mengembalikan masjid sesuai fungsi utamanya, yaitu mendekatkan diri pada Sang Mahakuasa dan mempererat hubungan sesama manusia.
Baca juga: Muhammadiyah imbau masjid tak dijadikan pusat politik praktis
Untuk itu, kata Maman, ada beberapa langkah yang harus dilakukan, di antaranya masyarakat harus terus diberikan edukasi tentang fungsi rumah ibadah.
"Edukasi ini sangat penting. Kalau masyarat sudah tercerahkan maka mereka sendiri yang akan menghentikan bila ada oknum atau pemimpin agama yang menjadikan tempat ibadah untuk ujaran kebencian, kedengkian, permusuhan," katanya.
Selanjutnya perlu perbaikan manajemen masjid. Menurut Maman, langkah Itu sudah dilakukan oleh Dewan Masjid Indonesia (DMI) dan beberapa ormas dengan menjadikan masjid sebagai tempat ibadah sekaligus sarana pemberdayaan masyarakat.
Selain itu, menurut mantan anggota DPR RI ini, perlu dirumuskan kembali tema dalam khotbah agar berisi muatan agama yang menjadi spirit transformasi dan perdamaian.
"Isi khotbah harus dirumuskan bersama agar betul-betul berisi nilai keagamaan yang substansional, yaitu tentang nilai kasih sayang, gotong royong, menghargai sesama, dan bagaimana menjadikan agama untuk mendorong manusia menjadi maju, bukan mundur dengan menyuarakan kebencian, apalagi peperangan," ujarnya.
Baca juga: MUI belum terima laporan penelitian 41 masjid radikal
"Saya mengajak agar kelompok moderat bangkit, kita kembalikan masjid sebagai tempat untuk mencerdaskan, memberdayakan, dan menguatkan ukhuwah, baik itu islamiyah maupun wathoniyah (persaudaraan kebangsaan)," kata Maman di Jakarta, Jumat.
Menurut Maman, banyaknya masjid yang ditengarai menyebarkan kebencian bisa jadi karena dikuasai oleh kelompok garis keras, yang memang berusaha menguasai berbagai saluran komunikasi untuk memengaruhi orang sebanyak mungkin, termasuk menguasai media sosial.
"Sebenarnya mayoritas umat Islam di Indonesia masih moderat dan toleran. Namun, kelemahannya mereka lebih memilih diam, sementara kelompok radikal yang jumlahnya sedikit bisa masuk secara masif dan militan," katanya.
Menurut pengasuh Pondok Pesantren Al Mizan, Majalengka, Jawa Barat, itu perlu ada gerakan untuk mengembalikan masjid sesuai fungsi utamanya, yaitu mendekatkan diri pada Sang Mahakuasa dan mempererat hubungan sesama manusia.
Baca juga: Muhammadiyah imbau masjid tak dijadikan pusat politik praktis
Untuk itu, kata Maman, ada beberapa langkah yang harus dilakukan, di antaranya masyarakat harus terus diberikan edukasi tentang fungsi rumah ibadah.
"Edukasi ini sangat penting. Kalau masyarat sudah tercerahkan maka mereka sendiri yang akan menghentikan bila ada oknum atau pemimpin agama yang menjadikan tempat ibadah untuk ujaran kebencian, kedengkian, permusuhan," katanya.
Selanjutnya perlu perbaikan manajemen masjid. Menurut Maman, langkah Itu sudah dilakukan oleh Dewan Masjid Indonesia (DMI) dan beberapa ormas dengan menjadikan masjid sebagai tempat ibadah sekaligus sarana pemberdayaan masyarakat.
Selain itu, menurut mantan anggota DPR RI ini, perlu dirumuskan kembali tema dalam khotbah agar berisi muatan agama yang menjadi spirit transformasi dan perdamaian.
"Isi khotbah harus dirumuskan bersama agar betul-betul berisi nilai keagamaan yang substansional, yaitu tentang nilai kasih sayang, gotong royong, menghargai sesama, dan bagaimana menjadikan agama untuk mendorong manusia menjadi maju, bukan mundur dengan menyuarakan kebencian, apalagi peperangan," ujarnya.
Baca juga: MUI belum terima laporan penelitian 41 masjid radikal
Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018
Tags: