Instruktur pilot AH-64E Apache Guardian TNI AD sedang disiapkan
20 Juli 2018 20:53 WIB
Helikopter AH-64E Apache Guardian dalam demonstrasi udara, di Pangkalan Udara TNI AD Ahmad Yani, Semarang, Jawa Tengah, Rabu (16/5/2018). Kementerian Pertahanan secara resmi menyerahkan delapan unit helikopter AH-64E Apache Guardian kepada panglima TNI untuk memperkuat alat utama sistem pertahanan yang menjadi bagian dari skuadron Pusat Penerbangan TNI AD. (ANTARA FOTO/R Rekotomo)
Semarang (ANTARA News) - Pusat Pendidikan Penerbangan TNI AD, di Semarang, sedang menyiapkan para instruktur untuk mendidik penerbang helikoter serang Boeing AH-64E Apache Guardian, yang baru dibeli dari Amerika Serikat.
"Karena instrukturnya belum siap, mereka harus punya jam terbang khusus. Dan Apache ada ketentuannya. Kalau sudah dinilai cocok menjadi instruktur, baru kami terapkan," kata Komandan Satuan Latihan Terbang Pendidikan Pusat Pendidikan Penerbangan TNI AD, Letnan Kolonel CPN Dwi Budiarto, di Semarang, Jumat.
Pusat Penerbangan TNI AD yang bermotto Wira Amur ini sudah memiliki 10 penerbang heli AH-64E Apache Guardian, yang sudah menempuh pendidikan di Amerika Serikat. Sementara 10 penerbang lain, masih menempuh pendidikan di Amerika Serikat.
"Pilot-pilot yang baru datang dari Amerika ini nanti akan sekolah lagi di Amerika sebagai instruktur. Baru kami bisa buka pendidikan khusus Apache. Saat ini mereka belum ada kewenangan untuk mengajar," ujarnya. Bersama dengan kolega-koleganya, merekalah pengawak "kavaleri udara" TNI AD itu.
Kesiapan khusus pengajar untuk helikopter AH-64E Apache Guardian, kata dia, dikarenakan helikopter serang itu memiliki spesifikasi khusus. Selain kebutuhan terbang, heli itu juga dilengkapi persenjataan serta peralatan yang canggih dan modern.
Walau begitu, jajaran AH-64E Apache Guardian sudah dimasukkan ke dalam Skuadron Serbu 11 Pusat Penerbangan TNI AD, Semarang. Sambil menunggu kesiapan SDM pengajar, Pusat Pendidikan Penerbangan TNI AD menyiapkan laboratorium khusus berbahasa Inggris serta sarana prasarana pendukung. Simulator heli itu pun sudah dikirim berikut suku cadangnya.
"Target kami, perkiraan dua tahun lagi mungkin sudah bisa dibuka untuk pendidikan heli Apache," ujar dia.
Dalam kesempatan yang sama, Komandan Pusat Pendidikan Penerbangan TNI AD, Kolonel CPN Catur Santoso, mengatakan, sampai sekarang, amat sulit mendapatkan calon siswa di Pusat Penerbangan TNI AD yang memenuhi kualifikasi calon penerbang TNI AD karena dalam setahun, maksimal hanya didapat 10 siswa saja.
"Siswa paling lolos kualifikasi 2-4 orang, karena ini kualifikasi tidak semua memiliki kemampuan. Kami paling banyak dapat 10 orang," kata Santoso.
Ia menyebut, "Dari pendidikan dasar, pangkat sersan satu sampai sersan kepala, kami dapat paling banyak 30 orang. Dari Akademi Militer paling banyak 20 orang. Karena memang sulit mendapat siswa sesuai kualifikasi."
Secara tidak resmi di depan publik, kehadiran AH-64 Apache Guardian di udara Indonesia terjadi pada peragaan seusai upacara HUT ke 72 TNI di Cilegon, Banten.
Kepada publik dan para undangan, dua unit AH-64E Apache Guardian berkelir hijau oliv saat itu terbang membentuk formasi serang darat, mendemonstrasikan bebera teknik manufer dasar yang bisa dilakukan, dan meluncurkan roket-roket (tanpa hulu ledak) FFAR ke simulasi sasaran.
"Karena instrukturnya belum siap, mereka harus punya jam terbang khusus. Dan Apache ada ketentuannya. Kalau sudah dinilai cocok menjadi instruktur, baru kami terapkan," kata Komandan Satuan Latihan Terbang Pendidikan Pusat Pendidikan Penerbangan TNI AD, Letnan Kolonel CPN Dwi Budiarto, di Semarang, Jumat.
Pusat Penerbangan TNI AD yang bermotto Wira Amur ini sudah memiliki 10 penerbang heli AH-64E Apache Guardian, yang sudah menempuh pendidikan di Amerika Serikat. Sementara 10 penerbang lain, masih menempuh pendidikan di Amerika Serikat.
"Pilot-pilot yang baru datang dari Amerika ini nanti akan sekolah lagi di Amerika sebagai instruktur. Baru kami bisa buka pendidikan khusus Apache. Saat ini mereka belum ada kewenangan untuk mengajar," ujarnya. Bersama dengan kolega-koleganya, merekalah pengawak "kavaleri udara" TNI AD itu.
Kesiapan khusus pengajar untuk helikopter AH-64E Apache Guardian, kata dia, dikarenakan helikopter serang itu memiliki spesifikasi khusus. Selain kebutuhan terbang, heli itu juga dilengkapi persenjataan serta peralatan yang canggih dan modern.
Walau begitu, jajaran AH-64E Apache Guardian sudah dimasukkan ke dalam Skuadron Serbu 11 Pusat Penerbangan TNI AD, Semarang. Sambil menunggu kesiapan SDM pengajar, Pusat Pendidikan Penerbangan TNI AD menyiapkan laboratorium khusus berbahasa Inggris serta sarana prasarana pendukung. Simulator heli itu pun sudah dikirim berikut suku cadangnya.
"Target kami, perkiraan dua tahun lagi mungkin sudah bisa dibuka untuk pendidikan heli Apache," ujar dia.
Dalam kesempatan yang sama, Komandan Pusat Pendidikan Penerbangan TNI AD, Kolonel CPN Catur Santoso, mengatakan, sampai sekarang, amat sulit mendapatkan calon siswa di Pusat Penerbangan TNI AD yang memenuhi kualifikasi calon penerbang TNI AD karena dalam setahun, maksimal hanya didapat 10 siswa saja.
"Siswa paling lolos kualifikasi 2-4 orang, karena ini kualifikasi tidak semua memiliki kemampuan. Kami paling banyak dapat 10 orang," kata Santoso.
Ia menyebut, "Dari pendidikan dasar, pangkat sersan satu sampai sersan kepala, kami dapat paling banyak 30 orang. Dari Akademi Militer paling banyak 20 orang. Karena memang sulit mendapat siswa sesuai kualifikasi."
Secara tidak resmi di depan publik, kehadiran AH-64 Apache Guardian di udara Indonesia terjadi pada peragaan seusai upacara HUT ke 72 TNI di Cilegon, Banten.
Kepada publik dan para undangan, dua unit AH-64E Apache Guardian berkelir hijau oliv saat itu terbang membentuk formasi serang darat, mendemonstrasikan bebera teknik manufer dasar yang bisa dilakukan, dan meluncurkan roket-roket (tanpa hulu ledak) FFAR ke simulasi sasaran.
Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018
Tags: