Seniman Indonesia-Prancis siap gelar seni jalanan
20 Juli 2018 16:20 WIB
Pengunjung berjalan di atas karya seni jalanan 3 dimensi karya seniman Perancis Francois Abelanet dalam sebuah acara yang digelar oleh Renault Trucks di Place Bellecour, Lyon, Perancis, Sabtu (6/7). Karya seni 3 dimensi berukuran 4.000 meter persegi itu juga diharapkan dapat memecahkan rekor dunia Guinness Book of Records untuk kategori seni jalanan terbesar. (REUTERS/Robert Pratta )
Jakarta (ANTARA News) - Seniman Indonesia Olderplus alias Oldy Jurakli akan berkolaborasi dengan seniman Prancis Mademoiselle Maurice menggelar pentas seni jalanan di arena hari bebas kendaraan atau car free day (CFD) Jakarta, pada Minggu, 22 Juli 2018.
Dalam keterangan tertulis dari Institut Prancis di Indonesia (IFI) di Jakarta, Jumat disebutkan penampilan "live street art" antara seniman Indonesia dan Prancis di ajang CFD itu mengusung tema semboyan "Liberte Egalite" (Kebebasan dan Kesetaraan) yang akan dilanjutkan bincang seni pada Selasa 24 Juli di Auditorium IFI.
Mengenai kolaborasinya dengan Mademoiselle Maurice pada Minggu mendatang, Olderplus mengatakan, secara konsep mereka akan mengangkat spirit yang terkandung dalam semboyan "liberte egalite" yang berarti kebebasan dan kesetaraan.
"Dalam setiap proyek kolaborasi, saya berharap akan muncul sesuatu yang baru," kata seniman yang menggemari karya-karya musisi Shawn Stussy dan Keith Haring itu.
Olderplus telah berpartisipasi dalam beberapa proyek kolaborasi seni antara lain; Jakarta x Berlin Sister Project 2011, Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Mural Festival 2017, Street Dealin bersama komunitas GarduHouse serta Off Da Wall yang digelar Yello Hotel Bandung.
Dia merupakan salah satu dari delapan seniman Indonesia yang berkolaborasi dalam pembuatan "Wall of Connectivity". Karya seni mural gabungan tersebut dipajang di atrium utama gedung kantor IMF dan Bank Dunia pada 17-22 April 2018 dalam rangka Spring Meeting IMF-World Bank.
Sementara Mademoiselle Maurice turut menampilkan instalasi seni pada perhelatan We The Fest (20-22 Juli) di JIExpo Kemayoran dan melakukan tur ke Bandung, Bali dan Malang untuk kolaborasi kreasi instalasi seni, workshop dan diskusi bersama seniman setempat.
Mengenai kreasinya di We The Fest dan kolaborasi graffiti bersama Olderplus, Maurice yang lahir dan besar di Savoy serta menempuh pendidikan arsitektur di Lyon dan kini menetap di kota Marseille, Prancis itu mengatakan, dia mengusung tema kasih sayang.
"Instalasi yang saya buat untuk We The Fest bertuliskan `Je T`aime`. Pada intinya saya ingin berbagi mengenai kebebasan, kesetaraan, sukacita dan kebahagiaan. Di beberapa kota lainnya saya ingin mengangkat tema pentingnya daur ulang!," katanya.
Bahan utama yang ia pakai dalam karyanya sangat sederhana yaitu kertas dan benang namun ia membuatnya sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah karya yang penuh kompleksitas. Menggunakan medium kertas, cat, logam dan campuran media lainnya termasuk barang-barang daur ulang, ia memberi nafas baru pada hasil kreasinya.
"Di dalam setiap karya, saya sebetulnya menyisipkan satu pesan kuat yaitu kesadaran akan lingkungan hidup. Elemen-elemen yang saya pakai dalam instalasi seni menunjukkan interaksi antara berbagai elemen di alam raya. Kita bisa lihat kekuatan mereka sekaligus ketidakberdayaannya," katanya.
Baca juga: Masalah ibukota dalam Dinding Berpuisi
Dalam keterangan tertulis dari Institut Prancis di Indonesia (IFI) di Jakarta, Jumat disebutkan penampilan "live street art" antara seniman Indonesia dan Prancis di ajang CFD itu mengusung tema semboyan "Liberte Egalite" (Kebebasan dan Kesetaraan) yang akan dilanjutkan bincang seni pada Selasa 24 Juli di Auditorium IFI.
Mengenai kolaborasinya dengan Mademoiselle Maurice pada Minggu mendatang, Olderplus mengatakan, secara konsep mereka akan mengangkat spirit yang terkandung dalam semboyan "liberte egalite" yang berarti kebebasan dan kesetaraan.
"Dalam setiap proyek kolaborasi, saya berharap akan muncul sesuatu yang baru," kata seniman yang menggemari karya-karya musisi Shawn Stussy dan Keith Haring itu.
Olderplus telah berpartisipasi dalam beberapa proyek kolaborasi seni antara lain; Jakarta x Berlin Sister Project 2011, Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Mural Festival 2017, Street Dealin bersama komunitas GarduHouse serta Off Da Wall yang digelar Yello Hotel Bandung.
Dia merupakan salah satu dari delapan seniman Indonesia yang berkolaborasi dalam pembuatan "Wall of Connectivity". Karya seni mural gabungan tersebut dipajang di atrium utama gedung kantor IMF dan Bank Dunia pada 17-22 April 2018 dalam rangka Spring Meeting IMF-World Bank.
Sementara Mademoiselle Maurice turut menampilkan instalasi seni pada perhelatan We The Fest (20-22 Juli) di JIExpo Kemayoran dan melakukan tur ke Bandung, Bali dan Malang untuk kolaborasi kreasi instalasi seni, workshop dan diskusi bersama seniman setempat.
Mengenai kreasinya di We The Fest dan kolaborasi graffiti bersama Olderplus, Maurice yang lahir dan besar di Savoy serta menempuh pendidikan arsitektur di Lyon dan kini menetap di kota Marseille, Prancis itu mengatakan, dia mengusung tema kasih sayang.
"Instalasi yang saya buat untuk We The Fest bertuliskan `Je T`aime`. Pada intinya saya ingin berbagi mengenai kebebasan, kesetaraan, sukacita dan kebahagiaan. Di beberapa kota lainnya saya ingin mengangkat tema pentingnya daur ulang!," katanya.
Bahan utama yang ia pakai dalam karyanya sangat sederhana yaitu kertas dan benang namun ia membuatnya sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah karya yang penuh kompleksitas. Menggunakan medium kertas, cat, logam dan campuran media lainnya termasuk barang-barang daur ulang, ia memberi nafas baru pada hasil kreasinya.
"Di dalam setiap karya, saya sebetulnya menyisipkan satu pesan kuat yaitu kesadaran akan lingkungan hidup. Elemen-elemen yang saya pakai dalam instalasi seni menunjukkan interaksi antara berbagai elemen di alam raya. Kita bisa lihat kekuatan mereka sekaligus ketidakberdayaannya," katanya.
Baca juga: Masalah ibukota dalam Dinding Berpuisi
Pewarta: Subagyo
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2018
Tags: