Wonosobo (ANTARA News) - Harga sayur kol (kobis) yang sangat rendah pada musim panen kali ini membuat para petani di lereng Gunung Sindoro, Wonosobo, Jateng, merugi. Sejumlah petani di Wonosobo, Minggu, menyebutkan bahwa harga kol di tingkat petani anjlok menjadi Rp300,00 per kilogram. Padahal pada musim panen sebelumnya mencapai Rp1.000,00/kg. "Kami sangat rugi dengan kondisi harga sekarang karena harganya tidak bisa menutup biaya produksi," kata Iswandi, petani asal Dusun Madukoro, Desa Candimulyo, Kecamatan Kertek, Wonosobo. Menurut dia, biaya tanam hingga panen setiap biji kol memerlukan dana sekitar Rp350,00/biji. Padahal saat ini harganya hanya Rp300,00/kg. Satu biji kol kurang lebih beratnya 1 kg lebih sedikit. "Dengan perhitungan tersebut, kami rugi hampir Rp50,00/biji, padahal kami mempunyai sekitar 6.000 tanaman sehingga total kerugian sekitar Rp300 ribu," katanya. Seorang tengkulak, Supriyanti asal Desa candimulyo, Kertek mengatakan, turunnya harga kol karena produksinya melimpah. "Saat ini, hampir semua daerah penghasil kol sedang panen. Untuk Wonosobo sendiri produksinya cukup banyak sehingga harganya anjlok," katanya. Ia mengatakan, hasil pembelian kol di Wonosobo dijual ke Semarang karena harganya masih lumayan dibandingkan dengan harga di Wonosobo. Selain petani kol, turunnya harga sayuran juga dikeluhkan petani sayur sawi karena harganya juga turun drastis. Kalau pada panen sebelumnya harga sawi bisa mencapai Rp1.000,00/kg, kini hanya laku Rp200,00/kg. Seorang petani asal Desa Tegalombo, Kecamatan Kalikajar, Wonosobo, Ny.Suratno mengatakan, para petani yang menanam sawi pada musim ini harus menanggung rugi karena harga turun hampir 80 persen. Menurut dia, untuk menanam sawi telah mengeluarkan biaya sekitar Rp1 juta untuk biaya menanam, perawatan, membeli pupuk, dan obat-obatan. Namun, pada saat panen sawi hanya mendapat uang Rp700 ribu.(*)