Jakarta (ANTARA News) - Badan Litbang Pertanian kembali menyelenggarakan Bimbingan Teknis (Bimtek) dengan topik “Aplikasi Fosfat Alam Reaktif di Lahan Masam untuk Jagung”

Kegiatan ini dilaksanakan di Aula Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra), Banjarbaru, Kalsel, Rabu (18/7).

Kegiatan bimtek tersebut merupakan rangkaian kegiatan dalam kaitannya dengan persiapan demplot farm (denfarm) di lahan masam khususnya di Kalimantan Selatan, baik di lahan kering maupun di lahan basah.

Sementara itu Kepala Balai Penelitian Rawa Pertanian (Balittra), Ir. Hendri Sosiawan, CESA, dalam kesempatan terpisah mengungkapkan kegiatan denfarm akan digelar pada lahan rawa seluas 100 ha, masing-masing 90 ha di Kabupaten Batola, dan 10 ha di lahan gelar teknologi (geltek) Taman Sains Pertanian (TSP) Banjarbaru. Sedangkan di lahan kering dilaksanakan di Kab. Pleihari seluas 150 ha, dan 50 ha di Kab. Tanahbumbu. Penanaman jagung akan dimulai pada akhir September 2018 menjelang musim hujan.

Pada kesempatan pembukaan Bimtek, Kepala Badan Litbang Pertanian, Dr. Muhamad Syakir menyampaikan pentingnya acara tersebut. Syakir menekankan kerjasama kemitraan perlu terus dijaga dan ditingkatkan baik antara petani dengan pemerintah maupun petani dengan lembaga penelitian.

Terdapat dua tipologi lahan yang belum optimal dikelola yakni lahan tadah hujan dan lahan rawa. Kementerian Pertanian berfokus pada pengelolaan dua tipe lahan tersebut. Keduanya memiliki tantangan pengelolaan sendiri.

Masalah utama lahan rawa masalah adalah tata air, kemasam tanah (pH) yang rendah, juga kandungan Aluminium (Al) yang tinggi. Sementara pada lahan kering masalahnya adalah kekeringan atau kekurangan air, pH tanah dan kesuburan tanah yang rendah.

Syakir yakin masalah-masalah tanah tersebut dapat dicari solusinya oleh para peneliti Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP) antara lain melalui penerapan fosfat alam reaktif.

Pembangunan pertanian menurut Syakir, tidak semata pada peningkatan produktifitas, pada hakekatnya pemerintah mendorong bagaimana meningkatkan kesejahteraan petani.

“Pemupukan yang baik, termasuk penggunaan fosfat alam merupakan langkah strategis dalam melakukan efisiensi dan efektifitas pemupukan,” lanjut Syakir.

Produktifitas yang tinggi harus dibarengi dengan efisiensi dan efektifitas yang tinggi pula. Pupuk yang menguap, terbawa oleh air, tidak efektif dalam penerapan dapat mencapai 50%, lanjut Syakir.

Jagung merupakan salah satu komoditas unggulan strategis nasional, karenanya pemerintah terus mendorong produksi dan produktifitas jagung nasional melalui berbagai upaya antara lain inovasi teknologi pemupukan.

Kepala Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP), Prof. Dedi Nursyamsi, M. Agr dalam kesempatan yang sama menuturkan, pemberian batuan fosfat alam memasok unsur hara P yang kurang tersedia di tanah masam di Indonesia.

Di Indonesia terdapat lebih dari dua pertiga tanah bereaksi masam dan memiliki kadar C-organik rendah sehingga ketersedian unsur hara N P, K, Ca, dan Mg pada tanah tersebut rendah.

"Batuan fosfat mengandung P, Ca, dan Mg tinggi serta dapat meningkatkan pH. Selain itu fosfat alam tidak perlu diolah di pabrik sehingga harga lebih murah," ujar Dedi.

Sejalan dengan Dedi, Kepala Balai Penelitian Tanah (Balittanah), Dr. Husnain menguraikan aspek efisiensi dan efektifitas penggunaan rock fosfat.

Rock phosphate dapat langsung digunakan. Tidak perlu diolah di pabrik terlebih dahulu. Memiliki sifat lepas lambat (slow release), efek residu dapat bertahan 4-5 musim tanam,” pungkas Husnain.

Budiono, salah seorang petani jagung sukses asal Pleihari berbagi pengalaman cara budidaya jagung.

Menurutnya pengolahan atau penyiapan lahan sangat berperan penting untuk pertumbuhan tanaman yang baik.

Budiono berpesan agar menggunakan benih yang baik, pupuk organik yang cukup, menrapkan pola zig-zag, melakukan penyiangan (dangir) dan pembubunan, merawat tanaman dari gulma dan hama penyakit.

“Pastikan benih yang kita tanam tumbuh, beri makan sesuai dengan kebutuhan,” papar Budiono.

Petani asal Kabupaten Tanah Laut, Fikri dan Hendri menyatakan bimtek ini sangat sesuai dengan kebutuhan mereka.

“Bimtek hari ini sangat pas dengan kebutuhan kami, karena di kami terdapat lahan masam yang terdiri dari lahan basah juga lahan kering,” ujar Fikri bersemangat. Mereka berharap penerapan Rock Phospate dapat meningkatkan produksi tanaman jagung mereka.

Bimtek menghadirkan narasumber Dr. Nuning Agrosubekti (Puslitbangtan), Dr. M. Azrai (Balitsereal), Dr. Husnain (Balittanah), Ir. Hendri Sosiawan CESA (Balittra), Dr. Sri Rochayati (Balittanah), dan Budiono, S.Pd. (petani jagung sukses)

Acara bimtek terbilang sukses, sesi teori, diskusi, maupun praktek di lapangan diikuti peserta secara antusias dibarengi dengan berbagai pertanyaan kritis. Dihadiri oleh 59 orang petani dari Kabupaten Barito Kuala, Pleihari, dan Tanah Laut, penyuluh pertanian lapang, dan para peneliti Balittra, Balittanah, dan BBSDLP.

(Saefoel Bachri)

Baca juga: Balingtan pacu generasi muda hasilkan inovasi ramah lingkungan