Jakarta (ANTARA News) - Peneliti LSI Denny JA, Ardian Sopa mengatakan Joko Widodo membutuhkan figur calon wakil presiden yang bisa merangkul semua pihak dan menjaga keberagaman, terkait survei lembaga tersebut bahwa jumlah warga yang pro terhadap NKRI dan Pancasila terus menurun hingga 10 persen sejak 2005.

"Di tahun 2005 publik yang Pro-Pancasila masih 85,2 persen, di tahun 2018 ini angkanya 75,3 persen persen. Meskipun masih mayoritas, akan tetapi penurunan 10 persen perlu menjadi perhatian. Publik berharap capres/cawapres 2019 lebih banyak mewacanakan isu kebangsaan dan kebersamaan," kata Ardian dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.

Dia menilai kalah isu Pancasila itu dinilai kuat, maka bisa saja Mahfud MD dipilih menjadi cawapres secara personal memiliki kelebihan dan pengalaman sebagai menteri, sebagai anggota DPR, dan sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi (MK).

Selain itu menurut dia, Mahfud juga dinilai mampu merangkul kelompok Islam untuk meningkatkan elektabilitas Jokowi sehingga secara figur sudah bagus.

"Kalau Mahfud MD secara figur sudah bagus. Ditambah isu yang kuat maka bisa mendapat perhatian di pemerintahan dan masyarakat jika Mahfud yang dipilih jadi pendamping Jokowi," ujarnya.

LSI Denny JA merilis hasil survei yang memprihatinkan bahwa jumlah warga yang pro terhadap NKRI dan Pancasila terus menurun hingga 10 persen sejak 2005. Penurunan itu berimbas pada naiknya dukungan terhadap NKRI syariah mencapai 9 persen.

Berdasarkan hasil survei LSI Denny JA, persentase warga responden yang pro Pancasila hanya 75,3 persen, padahal pada 2005 angkanya masih berkisar 85,2 persen.

Ardian Sopa menyampaikan penurunan dukungan terhadap Pancasila ini harus disikapi serius oleh Presiden Joko Widodo.

Menurut dia Jokowi sudah membentuk Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dan selanjutnya harus mencari figur calon wakil presiden seorang negawaran yang bisa merangkul semua pihak, dan menjaga keberagaman.

Ardian mengatakan ada beberapa pemicu menurunnya dukungan pada NKRI dan Pancasila, di antaranya adalah isu ekonomi dan munculnya paham alternatif yang menyebar intensif melalui kelompok diskusi, organisasi, dan media sosial.

Survei LSI Denny JA itu dilakukan pada 28 Juni-5 Juli 2018 dan melibatkan 1.200 responden dengan wawancara tatap muka menggunakan metode "multistage random sampling" dan margin of error sebesar +/- 2,9 persen.