Laskar Hijau kembangkan pengolahan sampah dengan cacing
16 Juli 2018 06:33 WIB
Ilustrasi - Pekerja mengolah sampah kering untuk dijadikan kompos di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Pelita Grogol Selatan, Jakarta, Jumat (15/4/2016). Sampah yang diolah tersebut merupakan sampah organik, seperti sisa sayuran, buah, dan dedaunan, dari Pasar Kebayoran Lama, Jakarta. (ANTARA FOTO/Reno Esnir)
Muntok (ANTARA News) - Kelompok Swadaya Masyarakat Laskar Hijau Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung melakukan ujicoba pengolahan sampah organik menggunakan bantuan cacing pengurai.
"Ujicoba sudah dilakukan beberapa bulan terakhir dan hasilnya cukup menggembirakan. Kami berharap ke depan pola ramah lingkungan ini bisa dikembangkan warga dan kelompok lain agar sampah organik bisa dikendalikan bersama-sama," kata penggerak Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Laskar Hijau, Arie Kurniadi di Muntok, Minggu.
Menurut dia, pola penguraian sampah organik menggunakan cacing pengurai sudah dilakukan di beberapa lokasi di Pulau Jawa, dan sudah terbukti mampu mengendalikan penumpukan sampah rumah tangga.
Selain mampu mengurai sampah organik dengan cepat, kotoran cacing yang dihasilkan juga memiliki nilai ekonomi tinggi karena dimanfaatkan sebagai kompos organik.
"Kami akan coba kembangkan dalam skala lebih besar dalam pengolahan sampah organik yang berasal dari anggota KSM Laskar Hijau yang saat ini berjumlah sekitar 350 rumah tangga," kata Arie.
Dari 350 rumah tangga yang terdaftar, KSM Laskar Hijau berhasil mengendalikan kurang lebih 0,6 ton sampah rumah tangga per hari.
Pada awalnya gerakan yang swadaya yang berdiri pada awal 10 Januari 2018 tersebut beranggotakan sekitar 100 rumah tangga di wilayah Kelurahan Sungaidaeng, Muntok, namun saat ini terus berkembang hingga 350 anggota yang tersebar di Kelurahan Sungaidaeng, Sungaibaru, Tanjung, Airbelo dan Belolaut.
Ia optimistis dengan pola pengendalian sampah yang dikembangkan akan membawa dampak dalam pelestarian lingkungan sekaligus memberi manfaat positif bagi kesejahteraan masyarakat.
"Kami menargetkan selain bisa mengendalikan sampah secara mandiri, ke depan juga bisa memberi andil dalam pengembangan agrowisata yang edukatif dan sehat," katanya.
"Ujicoba sudah dilakukan beberapa bulan terakhir dan hasilnya cukup menggembirakan. Kami berharap ke depan pola ramah lingkungan ini bisa dikembangkan warga dan kelompok lain agar sampah organik bisa dikendalikan bersama-sama," kata penggerak Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Laskar Hijau, Arie Kurniadi di Muntok, Minggu.
Menurut dia, pola penguraian sampah organik menggunakan cacing pengurai sudah dilakukan di beberapa lokasi di Pulau Jawa, dan sudah terbukti mampu mengendalikan penumpukan sampah rumah tangga.
Selain mampu mengurai sampah organik dengan cepat, kotoran cacing yang dihasilkan juga memiliki nilai ekonomi tinggi karena dimanfaatkan sebagai kompos organik.
"Kami akan coba kembangkan dalam skala lebih besar dalam pengolahan sampah organik yang berasal dari anggota KSM Laskar Hijau yang saat ini berjumlah sekitar 350 rumah tangga," kata Arie.
Dari 350 rumah tangga yang terdaftar, KSM Laskar Hijau berhasil mengendalikan kurang lebih 0,6 ton sampah rumah tangga per hari.
Pada awalnya gerakan yang swadaya yang berdiri pada awal 10 Januari 2018 tersebut beranggotakan sekitar 100 rumah tangga di wilayah Kelurahan Sungaidaeng, Muntok, namun saat ini terus berkembang hingga 350 anggota yang tersebar di Kelurahan Sungaidaeng, Sungaibaru, Tanjung, Airbelo dan Belolaut.
Ia optimistis dengan pola pengendalian sampah yang dikembangkan akan membawa dampak dalam pelestarian lingkungan sekaligus memberi manfaat positif bagi kesejahteraan masyarakat.
"Kami menargetkan selain bisa mengendalikan sampah secara mandiri, ke depan juga bisa memberi andil dalam pengembangan agrowisata yang edukatif dan sehat," katanya.
Pewarta: Donatus Dasapurna Putranta
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018
Tags: