Dubes: Presiden Botswana kagumi kebhinnekaan Indonesia
15 Juli 2018 14:05 WIB
Duta Besar Indonesia untuk Afrika Selatan merangkap Kerajaan Lesotho, Kerajaan Swaziland, dan Republik Botswana Salman Al Farisi sebelum dilantik oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, Rabu (2/5/2018). (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)
Jakarta (ANTARA News) - Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh RI di Botswana, Salman Al Farisi, mengatakan bahwa Presiden Republik Botswana Mokgweetsi Masisi, mengagumi Indonesia dengan kemajemukan dan kebhinnekaannya.
Hal itu disampaikan saat Dubes Salman menyerahkan Surat Kepercayaan kepada Presiden Masisi di Kantor Kepresidenan Gabarone, Botswana, pada 12 Juli 2018.
"Presiden Masisi sangat kagum dengan Indonesia yang meskipun berpenduduk mayoritas muslim akan tetapi tetap menjaga kemajemukan dan memiliki dinamika demokrasi yang baik," kata Dubes Salman melalui keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Minggu.
Pada kesempatan tersebut, Dubes Salman menyampaikan salam hangat Presiden Joko Widodo kepada Presiden Masisi dan rakyat Botswana. Ia juga menegaskan komitmen Presiden Joko Widodo untuk terus meningkatkan kerjasama bilateral yang lebih produktif antara Indonesia dan Botswana.
Dubes Salman menyampaikan bahwa Presiden Masisi mengagumi Indonesia yang mampu menjaga pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen di tengah situasi global yang tidak menentu.
Presiden Masisi juga berharap agar Indonesia dapat berperan aktif dalam upaya Botswana memperkuat pembangunan yang berkelanjutan. Ia mengutarakan bahwa tantangan yang dihadapi negaranya saat ini adalah mengatasi pengangguran, terutama pengangguran pemuda dan diversifikasi ekonomi.
Usai menyampaikan surat kepercayaan secara resmi, Dubes Salman mendapat kesempatan untuk berbincang dengan Presiden Masisi.
Kepada Presiden Botswana itu, Dubes Salman menyatakan kesiapannya untuk bekerja dengan kalangan pemerintah, swasta, dan masyarakat madani Botswana guna lebih memperkuat kerja sama di semua bidang, terutama dengan meningkatkan kinerja diplomasi ekonomi.
Saat ini hubungan dagang kedua negara masih jauh dari memadai, hanya berkisar 350 ribu dolar AS. Ekonomi Botswana bertumpu pada pariwisata, peternakan dan hasil pertambangan, terutama berlian.
Namun Botswana juga merupakan negara pelintasan bagi arus perdagangan ke negara-negara Afrika lainnya, seperti Zambia dan Republik Demokratik Kongo, hingga Afrika Tengah yang kaya dengan sumber daya alam dan beragam komoditas pertanian. Dengan demikian, pembangunan infrastuktur ekonomi menjadi perhatian besar Pemerintah Botswana.
Dubes Salman lebih lanjut menyampaikan bahwa Indonesia memiliki pengalaman dan kemampuan dalam pembangunan infrastuktur, termasuk dry-port, bandara, dan pembangkit listrik yang sangat diperlukan Botswana.
Indonesia pun berharap agar Botswana dapat berpartisipasi terkait rencana pemerintah menyelenggarakan Indonesia Africa Infrastructure Dialogue pada tahun 2019.
Pada kunjungan kerja ke Gaborone, Botswana kali ini Dubes Salman, yang didampingi oleh Atase Pertahanan RI Pretoria, Kepala Indonesian Trade Promotion Centre (ITPC) Johannesburg, serta Fungsi Protokol dan Konsuler KBRI Pretoria, juga melaksanakan sejumlah agenda kegiatan yaitu, pertemuan dengan komunitas bisnis dan pengusaha Botswana dalam rangka promosi perdagangan dan diplomasi ekonomi, serta pertemuan dengan masyarakat Indonesia di Botswana.
Dubes Salman bersama delegasi bertemu dengan komunitas bisnis Botswana, di antaranya dengan President Business Botswana (BB), Gobusamang Keebine dan CEO BB Norman Molele, serta mengadakan temu bisnis dengan sekitar 25 pengusaha Botswana.
Ia menyampaikan harapan dan upaya peningkatan kerja sama perdagangan dan investasi RI-Botswana serta membuka peluang kerja sama di bidang infrastruktur, seperti pembangunan dry port.
Botswana juga diharapkan untuk hadir pada Pameran Trade Expo Indonesia (TEI) ke-33 di Jakarta pada tanggal 22-24 Oktober 2018. Banyak pengusaha Botswana yang hadir menyatakan berminat untuk datang pada TEI 2018 dan menjajaki peluang kemitraan.
Hal itu disampaikan saat Dubes Salman menyerahkan Surat Kepercayaan kepada Presiden Masisi di Kantor Kepresidenan Gabarone, Botswana, pada 12 Juli 2018.
"Presiden Masisi sangat kagum dengan Indonesia yang meskipun berpenduduk mayoritas muslim akan tetapi tetap menjaga kemajemukan dan memiliki dinamika demokrasi yang baik," kata Dubes Salman melalui keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Minggu.
Pada kesempatan tersebut, Dubes Salman menyampaikan salam hangat Presiden Joko Widodo kepada Presiden Masisi dan rakyat Botswana. Ia juga menegaskan komitmen Presiden Joko Widodo untuk terus meningkatkan kerjasama bilateral yang lebih produktif antara Indonesia dan Botswana.
Dubes Salman menyampaikan bahwa Presiden Masisi mengagumi Indonesia yang mampu menjaga pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen di tengah situasi global yang tidak menentu.
Presiden Masisi juga berharap agar Indonesia dapat berperan aktif dalam upaya Botswana memperkuat pembangunan yang berkelanjutan. Ia mengutarakan bahwa tantangan yang dihadapi negaranya saat ini adalah mengatasi pengangguran, terutama pengangguran pemuda dan diversifikasi ekonomi.
Usai menyampaikan surat kepercayaan secara resmi, Dubes Salman mendapat kesempatan untuk berbincang dengan Presiden Masisi.
Kepada Presiden Botswana itu, Dubes Salman menyatakan kesiapannya untuk bekerja dengan kalangan pemerintah, swasta, dan masyarakat madani Botswana guna lebih memperkuat kerja sama di semua bidang, terutama dengan meningkatkan kinerja diplomasi ekonomi.
Saat ini hubungan dagang kedua negara masih jauh dari memadai, hanya berkisar 350 ribu dolar AS. Ekonomi Botswana bertumpu pada pariwisata, peternakan dan hasil pertambangan, terutama berlian.
Namun Botswana juga merupakan negara pelintasan bagi arus perdagangan ke negara-negara Afrika lainnya, seperti Zambia dan Republik Demokratik Kongo, hingga Afrika Tengah yang kaya dengan sumber daya alam dan beragam komoditas pertanian. Dengan demikian, pembangunan infrastuktur ekonomi menjadi perhatian besar Pemerintah Botswana.
Dubes Salman lebih lanjut menyampaikan bahwa Indonesia memiliki pengalaman dan kemampuan dalam pembangunan infrastuktur, termasuk dry-port, bandara, dan pembangkit listrik yang sangat diperlukan Botswana.
Indonesia pun berharap agar Botswana dapat berpartisipasi terkait rencana pemerintah menyelenggarakan Indonesia Africa Infrastructure Dialogue pada tahun 2019.
Pada kunjungan kerja ke Gaborone, Botswana kali ini Dubes Salman, yang didampingi oleh Atase Pertahanan RI Pretoria, Kepala Indonesian Trade Promotion Centre (ITPC) Johannesburg, serta Fungsi Protokol dan Konsuler KBRI Pretoria, juga melaksanakan sejumlah agenda kegiatan yaitu, pertemuan dengan komunitas bisnis dan pengusaha Botswana dalam rangka promosi perdagangan dan diplomasi ekonomi, serta pertemuan dengan masyarakat Indonesia di Botswana.
Dubes Salman bersama delegasi bertemu dengan komunitas bisnis Botswana, di antaranya dengan President Business Botswana (BB), Gobusamang Keebine dan CEO BB Norman Molele, serta mengadakan temu bisnis dengan sekitar 25 pengusaha Botswana.
Ia menyampaikan harapan dan upaya peningkatan kerja sama perdagangan dan investasi RI-Botswana serta membuka peluang kerja sama di bidang infrastruktur, seperti pembangunan dry port.
Botswana juga diharapkan untuk hadir pada Pameran Trade Expo Indonesia (TEI) ke-33 di Jakarta pada tanggal 22-24 Oktober 2018. Banyak pengusaha Botswana yang hadir menyatakan berminat untuk datang pada TEI 2018 dan menjajaki peluang kemitraan.
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2018
Tags: