Laporan dari Tiongkok
Indonesia dukung China promosikan sarang walet
14 Juli 2018 18:40 WIB
Saleh Muksin (42), seorang pengusaha sarang burung walet menunjukkan sarang walet yang baru dipanen di perumahan BTN Sweta, Mataram, NTB. (FOTO ANTARA/Ahmad Subaidi)
Beijing (ANTARA News) - Indonesia mendukung langkah China mempromosikan sarang burung walet guna meningkatkan ekspor Indonesia ke negara pasar terbesar dunia untuk sarang walet ini.
"Indonesia merupakan sumber sarang burung walet terbesar di dunia, sedangkan China menjadi konsumen terbesar secara global," kata Duta Besar RI untuk China Djauhari Oratmangun dalam Konferensi Tahunan ke-4 Sarang Burung Walet yang diselenggarakan oleh China Agriculture Wholesale Market Association (CAWA) dan Bird`s Nest Credit Alliance of Registration and Certification, di Beijing, Sabtu.
Dalam konferensi yang mengambil tema "Shared Vision, Shared Prosperity--A Regulated Market Creates Development" itu, Dubes menyatakan keseriusan pemerintah Indonesia dan China dalam mengelola perdagangan sarang burung walet sebagaimana tercermin dalam pembicaraan Presiden Joko Widodo dengan Perdana Menteri Li Keqiang di Bogor pada bulan Mei lalu.
Konferensi tersebut dihadiri oleh ekportir dan importir sarang burung walet dari berbagai negara, pejabat Kementerian Perdagangan China, Bea Cukai China, dan perwakilan beberapa negara yang terlibat perdagangan sarang burung walet.
Saat ini, Indonesia merupakan penghasil sarang burung walet terbesar di dunia diikuti oleh Malaysia, Thailand, dan Vietnam.
Pada 2017, pasar terbesar sarang burung walet Indonesia adalah Hong Kong dan China dengan total nilai 235,1 juta dolar AS.
Sarang burung walet Indonesia masuk ke daratan Tiongkok secara langsung dan tidak langsung melalui pihak ketiga, seperti Hong Kong, Malaysia, dan Singapura.
Dengan demikian, ketiga negara tersebut selain merupakan pasar juga sebagai pesaing bagi Indonesia untuk produk sarang burung walet.
Baca juga: Kementan: Tiga syarat ekspor sarang walet ke Tiongkok
Indonesia dan China telah menandatangani "Protocol of Inspection, Quarantine, and Hygiene Requirements" untuk impor produk sarang burung walet pada 2012.
Pada November 2014, enam eksportir sarang burung walet dari Indonesia mendapatkan sertifikasi sehingga mampu mendongkrak nilai ekspor sarang burung walet ke China menjadi 22,3 juta dolar AS pada 2015 dan menjadi 102,9 juta dolar AS pada 2017.
Hingga Juli 2018, terdapat 21 industri pengolahan sarang burung walet dari Indonesia yang telah mendapatkan sertifikasi dari Badan Sertifikasi dan Adminitrasi Akreditasi China (CNCA).
Baca juga: Indonesia maksimalkan konferensi sarang burung di Xiamen
Di China, konsumen sarang burung walet adalah kaum perempuan, terutama yang sedang hamil, dan termasuk salah satu jenis makanan termahal.
Sarang burung walet mengandung nilai gizi yang tinggi dengan komposisi utamanya adalah protein, asam amino, berbagai mineral, dan antioksidan.
Saat ini sudah banyak produk turunan sarang burung walet, seperti makanan olahan dan bahan kosmetik.
"Dengan harga tinggi sekali pun (Rp35 juta per kilogram), konsumsi sarang burung walet di Tiongkok tetaplah tinggi. Tiongkok mengonsumsi 80 persen sarang burung walet global. Betapa pangsa pasar yang sangat besar," kata Dubes Djauhari.
Baca juga: Perusahaan China-Indonesia bangun resor ekologi walet
"Indonesia merupakan sumber sarang burung walet terbesar di dunia, sedangkan China menjadi konsumen terbesar secara global," kata Duta Besar RI untuk China Djauhari Oratmangun dalam Konferensi Tahunan ke-4 Sarang Burung Walet yang diselenggarakan oleh China Agriculture Wholesale Market Association (CAWA) dan Bird`s Nest Credit Alliance of Registration and Certification, di Beijing, Sabtu.
Dalam konferensi yang mengambil tema "Shared Vision, Shared Prosperity--A Regulated Market Creates Development" itu, Dubes menyatakan keseriusan pemerintah Indonesia dan China dalam mengelola perdagangan sarang burung walet sebagaimana tercermin dalam pembicaraan Presiden Joko Widodo dengan Perdana Menteri Li Keqiang di Bogor pada bulan Mei lalu.
Konferensi tersebut dihadiri oleh ekportir dan importir sarang burung walet dari berbagai negara, pejabat Kementerian Perdagangan China, Bea Cukai China, dan perwakilan beberapa negara yang terlibat perdagangan sarang burung walet.
Saat ini, Indonesia merupakan penghasil sarang burung walet terbesar di dunia diikuti oleh Malaysia, Thailand, dan Vietnam.
Pada 2017, pasar terbesar sarang burung walet Indonesia adalah Hong Kong dan China dengan total nilai 235,1 juta dolar AS.
Sarang burung walet Indonesia masuk ke daratan Tiongkok secara langsung dan tidak langsung melalui pihak ketiga, seperti Hong Kong, Malaysia, dan Singapura.
Dengan demikian, ketiga negara tersebut selain merupakan pasar juga sebagai pesaing bagi Indonesia untuk produk sarang burung walet.
Baca juga: Kementan: Tiga syarat ekspor sarang walet ke Tiongkok
Indonesia dan China telah menandatangani "Protocol of Inspection, Quarantine, and Hygiene Requirements" untuk impor produk sarang burung walet pada 2012.
Pada November 2014, enam eksportir sarang burung walet dari Indonesia mendapatkan sertifikasi sehingga mampu mendongkrak nilai ekspor sarang burung walet ke China menjadi 22,3 juta dolar AS pada 2015 dan menjadi 102,9 juta dolar AS pada 2017.
Hingga Juli 2018, terdapat 21 industri pengolahan sarang burung walet dari Indonesia yang telah mendapatkan sertifikasi dari Badan Sertifikasi dan Adminitrasi Akreditasi China (CNCA).
Baca juga: Indonesia maksimalkan konferensi sarang burung di Xiamen
Di China, konsumen sarang burung walet adalah kaum perempuan, terutama yang sedang hamil, dan termasuk salah satu jenis makanan termahal.
Sarang burung walet mengandung nilai gizi yang tinggi dengan komposisi utamanya adalah protein, asam amino, berbagai mineral, dan antioksidan.
Saat ini sudah banyak produk turunan sarang burung walet, seperti makanan olahan dan bahan kosmetik.
"Dengan harga tinggi sekali pun (Rp35 juta per kilogram), konsumsi sarang burung walet di Tiongkok tetaplah tinggi. Tiongkok mengonsumsi 80 persen sarang burung walet global. Betapa pangsa pasar yang sangat besar," kata Dubes Djauhari.
Baca juga: Perusahaan China-Indonesia bangun resor ekologi walet
Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018
Tags: