Mentan ingin bantaran Banjir Kanal Timur ditanami sayuran
14 Juli 2018 11:48 WIB
Sejumlah petugas dari Suku Dinas Kebersihan membersihkan tanaman liar di bantaran Banjir Kanal Timur (BKT), Jakarta Timur (10/7/2017). Kegiatan tersebut dilakukan untuk menjaga kebersihan kawasan tersebut. (ANTARA FOTO/Syailendra Hafiz)
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mendorong agar masyarakat dapat memanfaatkan lahan di bantaran sungai Banjir Kanal Timur sebagai ladang pertanian untuk menanam cabai dan sayur-sayuran.
Dalam kunjungan kerjanya ke bantaran sungai Banjir Kanal Timur (BKT), Jakarta, Sabtu, Menteri Amran menyebutkan terdapat potensi lahan pertanian sepanjang 25 kilometer atau seluas 50 hektare yang dapat dikelola menjadi Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL).
"Bisa dibayangkan ini panjangnya 25 kilometer, kalau ditanami cabai semua bisa mensuplai 30 sampai 50 persen untuk DKI Jakarta. Daripada hanya rumput mengganggu, butuh tenaga kerja untuk membersihkan," kata Amran.
Ia menjelaskan dengan kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan lahan kosong di sungai BKT, masyarakat dapat memenuhi sendiri kebutuhan cabai dan sayuran sehingga stabilitas harga dapat terjaga.
Bantaran sungai BKT ini menjadi KRPL percontohan di daerah perkotaan, khususnya Jakarta. Nantinya, lahan di bantaran sungai akan dipercantik dengan cabai dan berbagai sayuran, mulai dari kangkung, terong, tomat dan bayam.
Kementerian Pertanian pun memberikan bantuan bibit sayuran, alat dan mesin pertanian seperti pompa air, alat semprot dan cultivator.
Amran menambahkan jika lahan bantaran sungai BKT dikelola dengan serius, pasokan sayur-sayuran di Jakarta dapat ditingkatkan.
"Kalau dihitung, pinggir sungai ini 50 hektare, jika produksi 10 ton per hektare, bisa menghasilkan cabai hingga 500 ton. Ini akan menjadi percontohan, nanti akan masuk di daerah lain," ungkapnya.
Menurut Amran, keuntungan dari KRPL ini selain masyarakat dapat menambah penghasilan dari penjualan cabai dan sayuran, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tidak perlu lagi mengerahkan tenaga kerja untuk membersihkan alang-alang rumput pinggir sungai.
Selain itu, dengan pemanfaatan KRPL, harga cabai dapat lebih stabil karena pasokan cabai dan sayuran tersedia. Pada tahun lalu, Kementerian Pertanian telah mewujudkan 1.500 KRPL di berbagai wilayah Indonesia.
Dalam kunjungan kerjanya ke bantaran sungai Banjir Kanal Timur (BKT), Jakarta, Sabtu, Menteri Amran menyebutkan terdapat potensi lahan pertanian sepanjang 25 kilometer atau seluas 50 hektare yang dapat dikelola menjadi Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL).
"Bisa dibayangkan ini panjangnya 25 kilometer, kalau ditanami cabai semua bisa mensuplai 30 sampai 50 persen untuk DKI Jakarta. Daripada hanya rumput mengganggu, butuh tenaga kerja untuk membersihkan," kata Amran.
Ia menjelaskan dengan kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan lahan kosong di sungai BKT, masyarakat dapat memenuhi sendiri kebutuhan cabai dan sayuran sehingga stabilitas harga dapat terjaga.
Bantaran sungai BKT ini menjadi KRPL percontohan di daerah perkotaan, khususnya Jakarta. Nantinya, lahan di bantaran sungai akan dipercantik dengan cabai dan berbagai sayuran, mulai dari kangkung, terong, tomat dan bayam.
Kementerian Pertanian pun memberikan bantuan bibit sayuran, alat dan mesin pertanian seperti pompa air, alat semprot dan cultivator.
Amran menambahkan jika lahan bantaran sungai BKT dikelola dengan serius, pasokan sayur-sayuran di Jakarta dapat ditingkatkan.
"Kalau dihitung, pinggir sungai ini 50 hektare, jika produksi 10 ton per hektare, bisa menghasilkan cabai hingga 500 ton. Ini akan menjadi percontohan, nanti akan masuk di daerah lain," ungkapnya.
Menurut Amran, keuntungan dari KRPL ini selain masyarakat dapat menambah penghasilan dari penjualan cabai dan sayuran, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tidak perlu lagi mengerahkan tenaga kerja untuk membersihkan alang-alang rumput pinggir sungai.
Selain itu, dengan pemanfaatan KRPL, harga cabai dapat lebih stabil karena pasokan cabai dan sayuran tersedia. Pada tahun lalu, Kementerian Pertanian telah mewujudkan 1.500 KRPL di berbagai wilayah Indonesia.
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018
Tags: