Addis Ababa (ANTARA News) - Anggota Uni Afrika (AU) berjanji untuk menggerahkan lebih banyak tentara ke misi penjaga perdamaian yang telah disetujui-PBB di Darfur, tempat kekerasan kesukuan baru menyebabkan puluhan ribu orang tewas. Para duta besar untuk badan Afrika raya itu berkumpul Kamis di markasbesarnya di Addis Ababa untuk menambah tentara pada pasukan tersebut, yang menghadapi tugas yang menakutkan, untuk menstabilkan wilayah Sudan yang dilanda-perang itu. "Jawaban yang kami dapat dari anggota kami membesarkan hati. Banyak yang telah berjanji untuk mengirim tentara; Burkina Faso, Nigeria, Mesir, Ethiopia, Kamerun, Mauritania dan banyak lainnya yang telah berjanji," Said Djinnit, komisaris AU untuk perdamaian dan keamanan, mengatakan pada wartawan. Pertemuan itu terjadi di tengah kekerasan antar-suku di Darfur selatan yang menyebabkan sedikitnya 140 orang tewas. Dalam kekerasan terakhir, seorang pemimpin suku mengatakan Kamis bahwa 65 orang telah tewas dan 25 yang lain luka-luka pada hari kedua bentrokan antara suku Rzigat Aballa dan Torjam. Ke 7.000 penjaga perdamaian AU sekarang akan digantikan oleh tentara "cangkokan" AU dan PBB, menyusul persetujuan dengan suara bulat oleh Dewan Keamanan PBB akan pengerahan itu Selasa lalu. Pasukan baru itu akan menjadi operasi keamanan terbesar di dunia, dengan sekitar 26.000 tentara dan polisi yang diberi mandat untuk melindungi warga sipil di Darfur dan mendukung perjanjian perdamaian yang hampir mati yang ditandatangani tahun lalu. Resolusi PBB itu mensahkan pengerahan yang mengatakan misi baru itu "akan memiliki karakter Afrika yang menonjol dan tentara itu akan, sejauh mungkin, bersumber dari negara-negara Afrika". Namun negara-negara pertama yang menyampaikan ketertarikan untuk mengirim tentara adalah seperti Swedia, Norwegia, Perancis dan Belanda. Uni Eropa, yang telah memberikan lebih dari 250 juta dolar pada pasukan AU, mengatakan akan mempertimbangkan sumbangan militer. Rwanda dan Nigeria merupakan bagian terbesar dari kesatuan Afrika sekarang ini dan telah berjanji beberapa bulan lalu untuk mengirim lebih banyak tentara ke wilayah yang menemui kesulitan itu. Pada Rabu, Nigeria menawarkan untuk mengirim batalion keempat dari sekitar 700 tentara ke Darfur. Rwanda berjanji untuk mengerahkan brigade keempat ke Darfur. "Diperkirakan kesatuan tentara Rwanda yang akan datang ke misi penjaga perdamaian itu akan berangkat ke Darfur antara Agustus hingga Oktober," kata seorang komandan tentara Rwanda kepada AFP. Malawi dan Senegal, yang telah memiliki satu batalion masing-masing dalam pasukan sekarang ini, mengatakan mereka telah mempertimbangkan untuk mengirim tentara lagi. Afrika Selatan, yang memiliki 600 orang dalam pasukan itu, sedang mempertimbangkan untuk mengirim lagi, pejabat dari negara itu mengatakan. Menteri Negara untuk Urusan Luar Negeri Sudan Mutref Sadiq mengatakan resolusi PBB itu memberikan "dasar yang baik" bagi operasi penjaga perdamaian tersebut, sementara menekankan bahwa kepemimpinan akan "dihasilkan dari Afrika". Pasukan AU yang kurang dana telah berjuang untuk membayar gaji tentara dan AU mengharapkan kehadiran PBB dalam misi baru itu akan memberikan jaminan yang atraktif bagi sumbangan baru itu. Sementara tidak membuat janji langsung ke Darfur, negara lainnya telah mengirim tentara ke Pasukan Kesiagaan Afrika, yang diperkirakan jumlahnya akhirnya akan mencapai 25.000 tentara. Pengerahan di Darfur sebagai bagian dari pasukan baru itu akan dibicarakan dalam pertemuan puncak Masyarakat Pembangunan Afrika Selatan yang akan mulai di Lusaka 16 Agustus. Sedikitnya 200.000 orang tewas dan lebih dari dua juta orang terlantar akibat dampak gabungan dari perang dan kelaparan sejak keluhan pemberontak Darfur akan pengabaian terhadap wilayah tersebut meningkat terhadap Khartoum Februari 2003. (*)