Beijing (ANTARA News) - Badai Maria yang melanda wilayah tenggara China, Rabu (11/7), telah menimbulkan kerugian ekonomi sedikitnya 490 juta RMB (Rp1,05 triliun).

Badai yang membawa angin berkecepatan 151 kilometer per jam itu juga memaksa 580 ribu orang di Provinsi Fujian dan Provinsi Zhejiang mengungsi, demikian Badan Nasional Pengendalian Banjir dan Penanganan Kekeringan China (SFCDRH), Kamis.

Badan Meteorologi setempat telah mengeluarkan peringatan bertanda merah yang artinya peringatan bahaya atas badai kedelapan sepanjang tahun ini.

Pepohonan bertumbangan, sejumlah kapal nelayan rusak, dan jalanan utama terputus di Kabupaten Lianjiang, yang merupakan sentra perikanan di Fujian, akibat bencana tersebut, demikian China Daily melaporkan.

Pemprov Fujian telah memerintahkan kapal-kapal nelayan kembali ke dermaga, demikian pula dengan para pekerja di lepas pantai, sejak Selasa (10/7) pukul 18.00 waktu setempat (17.00 WIB).

Badai tersebut disertai hujan deras dengan intensitas 238 milimeter di kedua provinsi itu.

Ketinggian gelombang di Shacheng, Fujian, mencapai 4,4 meter, tertinggi sejak 1956.

Ratusan perjalanan rangkaian kereta api tujuan kota-kota di Fujian dihentikan dan 178 jadwal penerbangan di Bandar Udara Internasional Changle, Fuzhou, juga dibatalkan.

Badai Maria memasuki wilayah Provinsi Jiangxi pada Rabu (11/7) malam dengan kekuatan yang mulai menurun.

Namun hujan deras di Provinsi Sichuan menimbulkan jatuhnya korban jiwa. Tiga anggota keluarga di Desa Nianzi, Kabupaten Qingchuan, ditemukan tewas akibat hujan yang menyebabkan tanah longsor, demikian keterangan Wang Wei, seorang petugas bagian informasi Pemerintah Kabupaten Qingchuan.