Hasil e-Smart IKM, produsen mesin cuci Semarang beromzet Rp200 juta
11 Juli 2018 18:11 WIB
Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM) Gati Wibawaningsih. (ANTARA News/ Biro Humas Kementerian Perindustrian)
Jakarta (ANTARA News) - Produsen mesin cuci di Semarang, yang merupakan peserta dari Program e-Smart Industri Kecil Menengah (IKM), mampu meraih omzet Rp200 juta.
“Kami berkomitmen untuk terus fokus meningkatkan produktivitas dan daya saing IKM nasional supaya mampu bersaing dengan produk impor yang sekarang mulai menguasai pasar online," kata Dirjen IKM Kemenperin Gati Wibawaningsih melalui keterangannya di Jakarta, Rabu.
Lebih lanjut, menurut Gati, pihaknya mendorong pelaku IKM di Tanah Air agar juga menerapkan industri 4.0 melalui pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam proses produksinya guna mencapai efisiensi yang maksimal dan menghasilkan produk berkualitas.
“Upaya ini tentu akan menumbuhkan inovasi-inovasi produk unggulan dari para pelaku IKM kita,” tegasnya.
Contohnya, CV Mutiara Cemerlang, salah satu IKM yang memproduksi mesin cuci dari sentra logam Bugangan, Semarang ini tengah merasakan manfaatnya setelah mendapatkan bantuan fasilitas mesin dan alat produksi dari Ditjen IKM Kemenperin pada April lalu.
Produktivitasnya kini meningkat hingga dua kali lipat, yang semula memproduksi lima unit mesin cuci menjadi sembilan unit per bulannya.
“Selain itu, hasil produksinya mereka sekarang lebih berkualitas, bahkan berani diadu dengan produk dari China, karena sistem teknologinya sudah canggih,” ungkap Gati.
CV Mutiara Cemerlang, usaha yang dimiliki Nashirin ini termasuk salah satu peserta workshop e-Smart IKM yang digelar di Semarang.
Pada program tersebut, diikuti sebanyak 50 pelaku IKM sektor logam, mesin, elektronika dan alat angkut (LMEA) dari Semarang, Banyumas, Pati, Kudus, dan wilayah sekitarnya. Mereka memperoleh pelajaran dan pelatihan mengenai berbisnis online melalui sarana e-Smart IKM.
“Kami sudah bekerja sama dengan Bukalapak, Blibli, Tokopedia, Shopee, dan Blanja.com. Program ini diharapkan agar IKM kita mampu membuka akses pasar dan mengelola dengan baik pemasaran online-nya sehingga berkelanjutan,” jelas Gati.
Sementara itu, Nashirin menceritakan, usahanya dirintis sejak tahun 2010 dengan modal pengalaman kerja sebelumnya pada tahun 2007 sebagai karyawan dari perusahaan asing yang memproduksi mesin cuci.
“Jadi, dari pengalaman itu, saya berusaha membuat mesin laundry yang diadopsi dari sistem teknologi Eropa dan Amerika, tetapi menggunakan bahan baku lokal karena lebih murah dan mudah didapatkan,” ungkapnya.
Dalam proses produksinya, Nashirin melibatkan tenaga kerja sebanyak 13 orang. Semua bahan bakunya didapatkan dari Semarang atau hampir 90 persen unit material produknya dari dalam negeri.
Produk mesin cuci Nashirin sudah terjual 60 persen ke wilayah Jawa Tengah, dan sisanya ke Lombok, Bali, Sumatera, Kalimantan, dan Papua dengan omzet mencapai Rp200 juta per bulan.
Nashirin menambahkan, usahanya mendirikan rumah laundry membutuhkan waktu satu tahun lebih untuk melakukan riset dan merancang mesinnya dengan kualitas yang bagus.
“Ternyata cost produksi mesin laundry kami ini jika dibandingkan dengan produk luar, hitungannya sama. Sedangkan, kalau dari segi konsumsi listrik, mesin cuci kami jauh lebih irit karena pakai teknologi inverter,” ujarnya.
Bahkan, dari sisi harga, produk Nashirin juga lebih murah. “Kalau produk luar, dengan kapasitas mesin drying 140Kg, harganya mencapai Rp160 juta. Sedangkan, produk kami dibanderol Rp55-60 juta, itu pun kami sudah untung lumayan,” imbuhnya.
Hingga saat ini, Nashirin sudah memproduksi peralatan laundry sebanyak 817 unit, yang terdiri dari mesin washer, barrier washer, dryer, extractor, flatwork ironers, dan utility press.
“Kami memproduksi mesin dryer dari kapasitas 16 Kg, 20 Kg, 40 Kg, hingga 120 Kg. Kami juga ada pressing ironer yang biasa dipakai di hotel atau rumah sakit untuk sprei dan pillow case,” sebutnya.
Nashirin berharap, melalui program e-Smart IKM, produknya akan semakin dikenal banyak orang dan mampu mengalahkan produk impor.
“Saat ini, kami juga sedang mendaftarkan ke Kemenperin agar produk kami memiliki label Standar Nasional Indonesia (SNI),” lanjutnya.
Dalam program e-Smart IKM, Kemenperin memfasilitasi pula pemberian sertifikasi SNI dan hak paten merek. Tujuannya agar produk IKM nasional dapat lebih berdaya saing di pasar domestik maupun global.
Untuk itu, IKM di dalam negeri didorong untuk menjaga mutu bahan baku hingga teknologi mesin dan peralatan yang akan digunakan, termasuk terus meningkatkan kompetensi tenaga kerjanya.
“Kami berkomitmen untuk terus fokus meningkatkan produktivitas dan daya saing IKM nasional supaya mampu bersaing dengan produk impor yang sekarang mulai menguasai pasar online," kata Dirjen IKM Kemenperin Gati Wibawaningsih melalui keterangannya di Jakarta, Rabu.
Lebih lanjut, menurut Gati, pihaknya mendorong pelaku IKM di Tanah Air agar juga menerapkan industri 4.0 melalui pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam proses produksinya guna mencapai efisiensi yang maksimal dan menghasilkan produk berkualitas.
“Upaya ini tentu akan menumbuhkan inovasi-inovasi produk unggulan dari para pelaku IKM kita,” tegasnya.
Contohnya, CV Mutiara Cemerlang, salah satu IKM yang memproduksi mesin cuci dari sentra logam Bugangan, Semarang ini tengah merasakan manfaatnya setelah mendapatkan bantuan fasilitas mesin dan alat produksi dari Ditjen IKM Kemenperin pada April lalu.
Produktivitasnya kini meningkat hingga dua kali lipat, yang semula memproduksi lima unit mesin cuci menjadi sembilan unit per bulannya.
“Selain itu, hasil produksinya mereka sekarang lebih berkualitas, bahkan berani diadu dengan produk dari China, karena sistem teknologinya sudah canggih,” ungkap Gati.
CV Mutiara Cemerlang, usaha yang dimiliki Nashirin ini termasuk salah satu peserta workshop e-Smart IKM yang digelar di Semarang.
Pada program tersebut, diikuti sebanyak 50 pelaku IKM sektor logam, mesin, elektronika dan alat angkut (LMEA) dari Semarang, Banyumas, Pati, Kudus, dan wilayah sekitarnya. Mereka memperoleh pelajaran dan pelatihan mengenai berbisnis online melalui sarana e-Smart IKM.
“Kami sudah bekerja sama dengan Bukalapak, Blibli, Tokopedia, Shopee, dan Blanja.com. Program ini diharapkan agar IKM kita mampu membuka akses pasar dan mengelola dengan baik pemasaran online-nya sehingga berkelanjutan,” jelas Gati.
Sementara itu, Nashirin menceritakan, usahanya dirintis sejak tahun 2010 dengan modal pengalaman kerja sebelumnya pada tahun 2007 sebagai karyawan dari perusahaan asing yang memproduksi mesin cuci.
“Jadi, dari pengalaman itu, saya berusaha membuat mesin laundry yang diadopsi dari sistem teknologi Eropa dan Amerika, tetapi menggunakan bahan baku lokal karena lebih murah dan mudah didapatkan,” ungkapnya.
Dalam proses produksinya, Nashirin melibatkan tenaga kerja sebanyak 13 orang. Semua bahan bakunya didapatkan dari Semarang atau hampir 90 persen unit material produknya dari dalam negeri.
Produk mesin cuci Nashirin sudah terjual 60 persen ke wilayah Jawa Tengah, dan sisanya ke Lombok, Bali, Sumatera, Kalimantan, dan Papua dengan omzet mencapai Rp200 juta per bulan.
Nashirin menambahkan, usahanya mendirikan rumah laundry membutuhkan waktu satu tahun lebih untuk melakukan riset dan merancang mesinnya dengan kualitas yang bagus.
“Ternyata cost produksi mesin laundry kami ini jika dibandingkan dengan produk luar, hitungannya sama. Sedangkan, kalau dari segi konsumsi listrik, mesin cuci kami jauh lebih irit karena pakai teknologi inverter,” ujarnya.
Bahkan, dari sisi harga, produk Nashirin juga lebih murah. “Kalau produk luar, dengan kapasitas mesin drying 140Kg, harganya mencapai Rp160 juta. Sedangkan, produk kami dibanderol Rp55-60 juta, itu pun kami sudah untung lumayan,” imbuhnya.
Hingga saat ini, Nashirin sudah memproduksi peralatan laundry sebanyak 817 unit, yang terdiri dari mesin washer, barrier washer, dryer, extractor, flatwork ironers, dan utility press.
“Kami memproduksi mesin dryer dari kapasitas 16 Kg, 20 Kg, 40 Kg, hingga 120 Kg. Kami juga ada pressing ironer yang biasa dipakai di hotel atau rumah sakit untuk sprei dan pillow case,” sebutnya.
Nashirin berharap, melalui program e-Smart IKM, produknya akan semakin dikenal banyak orang dan mampu mengalahkan produk impor.
“Saat ini, kami juga sedang mendaftarkan ke Kemenperin agar produk kami memiliki label Standar Nasional Indonesia (SNI),” lanjutnya.
Dalam program e-Smart IKM, Kemenperin memfasilitasi pula pemberian sertifikasi SNI dan hak paten merek. Tujuannya agar produk IKM nasional dapat lebih berdaya saing di pasar domestik maupun global.
Untuk itu, IKM di dalam negeri didorong untuk menjaga mutu bahan baku hingga teknologi mesin dan peralatan yang akan digunakan, termasuk terus meningkatkan kompetensi tenaga kerjanya.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018
Tags: