Washington (ANTARA News) – Pejabat Amerika Serikat (AS) beralih ke penggunaan tes DNA terhadap sekitar 30.000 anak yang ditahan dan masih terpisah dari orangtua imigran mereka, demikian disampaikan seorang pejabat teras pada Kamis (5/7) saat pemerintahan Presiden Donald Trump kesulitan mempertemukan kembali keluarga di pusat krisis perbatasan.

Prosedur kontroversial tersebut adalah bagian dari upaya pemerintah demi memenuhi batas waktu dari pengadilan untuk mempertemukan kembali anak-anak itu dengan orangtua mereka, dan dikeluarkan saat Trump sekali lagi menuntut aksi cepat dari Kongres guna memperbaiki undang-undang imigrasi negaranya.

"Kementerian Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan (Health and Human Services/HHS) sedang melakukan tes DNA untuk mengonfirmasi keturunan secara akurat dan cepat,” kata Menteri Kesehatan Alex Azar kepada reporter dalam sebuah panggilan konferensi.

"Timnya mengatakan prosedur tersebut adalah menyeka pipi yang tidak menyakitkan,” tambahnya.

Biasanya cara terakhir untuk mengidentifikasi imigran, jika akta kelahiran atau dokumen lain tidak ada, tes DNA digunakan untuk mempercepat proses demi memenuhi perintah hakim untuk mempertemukan kembali keluarga sebelum 26 Juli, dan sebelum Selasa depan bagi sekitar 100 anak di bawah lima tahun.

Namun, Azar menggambarkan proses itu dilakukan dengan rapi dan membantah tuduhan bahwa pemerintah Trump tidak mengetahui nasib beberapa anak di bawah umur.

“HHS (Departemen kesehatan dan layanan masyarakat AS) mengetahui identitas dan keberadaan setiap minor yang kami jamin,” ujarnya,

Ia menambahkan bahwa otoritas sedang berupaya mempertemukan kembali aak-anak dengan orangtuanya secepat mungkin.

Sekitar 11.800 anak di bawah umur saat ini berada di tahanan AS setelah menyeberang dari Meksiko, kata Azar.

Adapun 80 persen dari mereka adalah remaja, dan sebagian besar laki-laki yang memasuki Amerika Serikat sendiri.

Azar tidak memberikan angka pasti untuk jumlah total anak-anak yang ditahan yang telah dipisah dari orang tua mereka, hanya mengatakan bahwa angka itu adalah di bawah 3.000 anak di bawah umur dan bahwa mereka berada dalam perawatan sangat baik, dengan tiga kali makan ditambah camilan setiap hari dan latihan dan hiburan yang diawasi.

Pemerintah sebelumnya mengatakan bahwa lebih dari 2.000 anak di bawah umur yang terpisah tetap dalam perawatannya.

Azar mengatakan, reuni keluarga akan tetap berada di tahanan Departemen Keamanan Dalam Negeri karena kasus mereka diputuskan.

Hasil tes DNA hanya digunakan untuk secara akurat menghubungkan orang tua dengan anak-anak, demikian disampaikan Asisten Sekretaris HHS untuk Kesiapsiagaan dan Tanggapan Jonathan White.

"Ini bukan set data yang sangat luas yang kami padukan," katanya.

Tetapi para kritikus memperingatkan bahwa anak-anak yang sangat muda tidak dapat memberikan izin untuk tes semacam itu, di mana mereka katakan pada akhirnya dapat digunakan untuk pemantauan lebih lanjut, dan bahwa kebijakan tersebut menunjukkan bahwa pemerintah tidak pernah mendaftarkan orang dengan benar ketika mereka pertama kali ditahan.

"Sangat disayangkan mereka menggunakan kedok menyatukan anak-anak untuk mengumpulkan data yang lebih sensitif tentang anak-anak yang sangat muda," kata Jennifer Falcon dari RAICES, sebuah kelompok hak asasi manusia yang berbasis di Texas yang mewakili keluarga migran.

"Ini akan memungkinkan pemerintah untuk melakukan pengawasan terhadap anak-anak ini selama sisa hidup mereka," tambahnya.

Baca juga: Ribuan warga AS kembali protes Trump pisahkan keluarga imigran

Baca juga: Lebih dari 1.400 migran tewas di Laut Tengah tahun ini

Baca juga: 522 anak imigran AS dikembalikan ke keluarganya