Yenny Wahid bicara demokrasi di JFAC Jepang
6 Juli 2018 00:08 WIB
Direktur Wahid Foundation Yenny Wahid yang juga merupakan putri Presiden RI keempat Abdurrahman Wahid berfoto bersama Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe di sela simposium internasional yang diadakan Japan Foundation Asia Center (JFAC) di Tokyo, Jepang, Kamis. (Istimewa)
Jakarta (ANTARA News) - Direktur Wahid Foundation Yenny Wahid menyampaikan nilai-nilai demokrasi Indonesia saat menjadi pembicara dalam simposium internasional bertajuk ”Shared Values and Democracy in Asia” yang diadakan Japan Foundation Asia Center (JFAC) di Tokyo, Jepang, Kamis.
Forum yang dihadiri Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe ini, merupakan yang keempat kalinya diadakan sejak 2015 yang mempertemukan kalangan intelektual dan peneliti dari berbagai negara di Asia.
"Saya diundang untuk ikut memberikan sumbangan pemikiran berkaitan dengan topik seputar nilai-nilai kesamaan dan demokrasi yang sangat relevan sekaligus kritikal di dunia saat ini," ujar Yenny dalam kererangan yang diterima di Jakarta, Kamis malam.
Yenny mengatakan topik mengenai nilai-nilai kesamaan dan demokrasi selaras dengan aktivitas yayasan yang ia pimpin di Indonesia.
”JFAC menyelenggarakan simposium ini untuk melakukan dialog yang bertujuan mencapai pemahaman budaya bersama dan membangun landasan yang kuat untuk mengimplementasikan nilai-nilai persamaan dan demokrasi di Asia pada masa depan,” ujarnya.
Yenny mengatakan dalam penyelenggaraannya tahun ini, JFAC mengundang sejumlah pemimpin politik, pemimpin agama, dan peneliti dari negara-negara Asia. Mereka diundang untuk mendiskusikan nilai-nilai persamaan dan demokrasi dalam perspektif orang Asia, juga bagaimana negara-negara di Asia selama ini berevolusi untuk menjadi negara demokrasi modern.
Selain Yenny Wahid, turut hadir sejumlah pembicara lain yang berasal dari India, Jepang, Filipina, Korea, Cina, Thailand, Malaysia dan beberapa negara Asia lainnya.
”Dalam simposium ada sesi khusus yang membahas pencapaian dan tantangan terkait aktivitas pertukaran budaya antara Jepang dan Asia menuju kolaborasi masa depan,” kata Yenny.
Dalam forum ini, Yenny antara lain memperkenalkan Wahid Foundation sebagai yayasan yang selama ini aktif mempromosikan perdamaian dan keragaman di Indonesia, sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia dan demokrasi terbesar ketiga.
Yenny menuturkan Wahid Foundation didirikan untuk memperjuangkan visi kemanusiaan dari almarhum ayahnya, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Yenny menyampaikan sebagai mantan Presiden dan cucu pendiri Nahdlatul Ulama, organisasi Islam terbesar di Indonesia yang juga aktif mempromosikan nilai-nilai demokrasi, Gus Dur membayangkan masyarakat multikultural yang tumbuh subur di Indonesia.
”Wahid Foundation didirikan karena kami percaya demokrasi harus melindungi keragaman. Tidak ada contoh yang lebih besar dalam hal perlindungan keanekaragaman selain di Indonesia, yang merupakan rumah bagi lebih dari 300 kelompok etnis,” ujar Yenny.
Selaku Direktur Wahid Foundation, Yenny Wahid dikenal kerap diundang untuk berbicara di berbagai forum internasional. Sebelum di forum JFAC, Jepang, Yenny juga pernah diundang menjadi pembicara dalam pertemuan tingkat tinggi di Markas PBB di New York, AS, yang diselenggarakan oleh UN Women bekerjasama dengan United Nations Office of Counter Terrorism, Maret 2018 lalu.
Dalam forum di AS itu, Yenny antara lain berbicara tentang pelibatan perempuan di tingkat desa dalam upaya global menanggulangi bahaya radikalisme dan terorisme. Menurut Yenny, kalangan global tertarik dengan program Kampung Damai yang diinisiasi berbagai desa di Pulau Jawa.
Sebelumnya lagi, pada Februari 2016, Yenny tercatat pernah menjadi pembicara dalam forum gelaran Kuwait Council for Cultural and Art, membahas topik seputar Islam dan peran wanita Muslim, serta menjadi pembicara dalam sebuah konferensi tentang agama dan politik di Western Sidney University, Australia, November 2017.
Forum yang dihadiri Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe ini, merupakan yang keempat kalinya diadakan sejak 2015 yang mempertemukan kalangan intelektual dan peneliti dari berbagai negara di Asia.
"Saya diundang untuk ikut memberikan sumbangan pemikiran berkaitan dengan topik seputar nilai-nilai kesamaan dan demokrasi yang sangat relevan sekaligus kritikal di dunia saat ini," ujar Yenny dalam kererangan yang diterima di Jakarta, Kamis malam.
Yenny mengatakan topik mengenai nilai-nilai kesamaan dan demokrasi selaras dengan aktivitas yayasan yang ia pimpin di Indonesia.
”JFAC menyelenggarakan simposium ini untuk melakukan dialog yang bertujuan mencapai pemahaman budaya bersama dan membangun landasan yang kuat untuk mengimplementasikan nilai-nilai persamaan dan demokrasi di Asia pada masa depan,” ujarnya.
Yenny mengatakan dalam penyelenggaraannya tahun ini, JFAC mengundang sejumlah pemimpin politik, pemimpin agama, dan peneliti dari negara-negara Asia. Mereka diundang untuk mendiskusikan nilai-nilai persamaan dan demokrasi dalam perspektif orang Asia, juga bagaimana negara-negara di Asia selama ini berevolusi untuk menjadi negara demokrasi modern.
Selain Yenny Wahid, turut hadir sejumlah pembicara lain yang berasal dari India, Jepang, Filipina, Korea, Cina, Thailand, Malaysia dan beberapa negara Asia lainnya.
”Dalam simposium ada sesi khusus yang membahas pencapaian dan tantangan terkait aktivitas pertukaran budaya antara Jepang dan Asia menuju kolaborasi masa depan,” kata Yenny.
Dalam forum ini, Yenny antara lain memperkenalkan Wahid Foundation sebagai yayasan yang selama ini aktif mempromosikan perdamaian dan keragaman di Indonesia, sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia dan demokrasi terbesar ketiga.
Yenny menuturkan Wahid Foundation didirikan untuk memperjuangkan visi kemanusiaan dari almarhum ayahnya, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Yenny menyampaikan sebagai mantan Presiden dan cucu pendiri Nahdlatul Ulama, organisasi Islam terbesar di Indonesia yang juga aktif mempromosikan nilai-nilai demokrasi, Gus Dur membayangkan masyarakat multikultural yang tumbuh subur di Indonesia.
”Wahid Foundation didirikan karena kami percaya demokrasi harus melindungi keragaman. Tidak ada contoh yang lebih besar dalam hal perlindungan keanekaragaman selain di Indonesia, yang merupakan rumah bagi lebih dari 300 kelompok etnis,” ujar Yenny.
Selaku Direktur Wahid Foundation, Yenny Wahid dikenal kerap diundang untuk berbicara di berbagai forum internasional. Sebelum di forum JFAC, Jepang, Yenny juga pernah diundang menjadi pembicara dalam pertemuan tingkat tinggi di Markas PBB di New York, AS, yang diselenggarakan oleh UN Women bekerjasama dengan United Nations Office of Counter Terrorism, Maret 2018 lalu.
Dalam forum di AS itu, Yenny antara lain berbicara tentang pelibatan perempuan di tingkat desa dalam upaya global menanggulangi bahaya radikalisme dan terorisme. Menurut Yenny, kalangan global tertarik dengan program Kampung Damai yang diinisiasi berbagai desa di Pulau Jawa.
Sebelumnya lagi, pada Februari 2016, Yenny tercatat pernah menjadi pembicara dalam forum gelaran Kuwait Council for Cultural and Art, membahas topik seputar Islam dan peran wanita Muslim, serta menjadi pembicara dalam sebuah konferensi tentang agama dan politik di Western Sidney University, Australia, November 2017.
Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018
Tags: