Nelayan Aceh Barat takut gunakan kapal bantuan
5 Juli 2018 07:35 WIB
Dokumentasi Seorang pekerja berada di atas kapal KM Nelayan 2017 bantuan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) di Desa Kuala Langsa, Langsa, Aceh, Kamis (1/3/2018). (ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas)
Meulaboh, Aceh (ANTARA News) - Nelayan di Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh tidak bersedia menggunakan armada kapal motor bantuan Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP), karena tidak terbiasa memakai kapal berbahan dari fiber.
Tokoh nelayan Aceh Barat, Abu Samah di Meulaboh, Rabu mengatakan, armada bantuan KKP yang sudah sampai untuk beberapa kelompok nelayan di daerah setempat belum dioperasikan karena nelayan takut akan risiko dan keselamatan.
"Sepesifkasi kapal juga tidak sesuai dengan model dan gaya melaut kelompok nelayan ada di Aceh Barat. Kalau nelayan daerah kita, kapal yang biasa digunakan terbuat dari papan atau kayu, bukan berbahan fiber, itu yang membuat khawatir," jelasnya.
KKP menyalurkan bantuan beberapa unit armada kapal motor kepada koperasi-koperasi nelayan di daerah setempat dan telah sampai ke daerah itu pada April 2018, namun belum dioperasionalkan karena beberapa kendala di lapangan.
Sebagai salah satu ketua kelompok penerima manfaat, Abu Samah, menuturkan, nelayan belum berani menggunakan kapal tersebut karena dinilai tidak sesuai bahan pembuatan kapal tersebut yang membuat mereka lebih khawatir.
Ia menerangkan, nelayan juga masih menunggu bantuan alat penangkapan ikan (API) dari Kementrian KP yang akan diserahkan bersamaan dengan kapal tersebut, namun saat ini bantuan alat tangkap itu belum sampai kepada kelompok usaha nelayan itu.
"Selain karena spesifikasi kapal, kami juga sampai sekarang masih menunggu alat tangkapnya, bagaimana kita hendak melaut kalau alat tangkap tidak ada, katanya bantuan ini komplit dengan alat tangkap berupa jaring yang sesuai anjuran," jelasnya.
Lebih lanjut disampaikan, dua unit kapal dari 10 unit yang berbahan dasar fiber/roving (Serar Kasar) dikelola oleh kelompok Sejahtera asal Kecamatan Mereubo tersebut hanya terparkir d iatas lumpur pinggiran Sungai Mereubo dan terbengkalai tanpa perawatan.
Selain itu, jika dioperasikan para nelayan takut hanya mengeluarkan modal yang lebih besar daripada hasil yang dibawa pulang nantinya, sebab kapal tersebut tidak bisa berlayar dengan jarak tempuh yang biasanya mereka gunakan.
Tokoh nelayan Aceh Barat, Abu Samah di Meulaboh, Rabu mengatakan, armada bantuan KKP yang sudah sampai untuk beberapa kelompok nelayan di daerah setempat belum dioperasikan karena nelayan takut akan risiko dan keselamatan.
"Sepesifkasi kapal juga tidak sesuai dengan model dan gaya melaut kelompok nelayan ada di Aceh Barat. Kalau nelayan daerah kita, kapal yang biasa digunakan terbuat dari papan atau kayu, bukan berbahan fiber, itu yang membuat khawatir," jelasnya.
KKP menyalurkan bantuan beberapa unit armada kapal motor kepada koperasi-koperasi nelayan di daerah setempat dan telah sampai ke daerah itu pada April 2018, namun belum dioperasionalkan karena beberapa kendala di lapangan.
Sebagai salah satu ketua kelompok penerima manfaat, Abu Samah, menuturkan, nelayan belum berani menggunakan kapal tersebut karena dinilai tidak sesuai bahan pembuatan kapal tersebut yang membuat mereka lebih khawatir.
Ia menerangkan, nelayan juga masih menunggu bantuan alat penangkapan ikan (API) dari Kementrian KP yang akan diserahkan bersamaan dengan kapal tersebut, namun saat ini bantuan alat tangkap itu belum sampai kepada kelompok usaha nelayan itu.
"Selain karena spesifikasi kapal, kami juga sampai sekarang masih menunggu alat tangkapnya, bagaimana kita hendak melaut kalau alat tangkap tidak ada, katanya bantuan ini komplit dengan alat tangkap berupa jaring yang sesuai anjuran," jelasnya.
Lebih lanjut disampaikan, dua unit kapal dari 10 unit yang berbahan dasar fiber/roving (Serar Kasar) dikelola oleh kelompok Sejahtera asal Kecamatan Mereubo tersebut hanya terparkir d iatas lumpur pinggiran Sungai Mereubo dan terbengkalai tanpa perawatan.
Selain itu, jika dioperasikan para nelayan takut hanya mengeluarkan modal yang lebih besar daripada hasil yang dibawa pulang nantinya, sebab kapal tersebut tidak bisa berlayar dengan jarak tempuh yang biasanya mereka gunakan.
Pewarta: Anwar
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018
Tags: