Bogor, Jawa Barat (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo dan Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim membahas solusi masalah gizi kronis pada anak-anak.

"Presiden Kim, fokus kami hari ini adalah untuk mengatasi masalah stunting yang dialami anak-anak," kata Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan Bogor, Rabu, saat melakukan courtesy call dengan Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim.

"Isu ini sangat penting bagi saya secara pribadi. Saya yakin publik, seperti juga Anda dan saya, berharap ada terobosan mengatasi hal ini. Kita semua tahu apa yang harus dilakukan tapi pertanyaannya bagaimana hal itu dapat bertahan lama," katanya.

Presiden mengemukakan cara-cara mengatasi masalah gizi pada anak dengan dukungan penggunaan teknologi dan pelibatan sektor swasta serta penyertaan masyarakat sipil.

"Kita hidup di abad ke-21, era penggunaan telepon pintar dan sosial media dan bahkan maraknya penggunaan pesawat drone dan kecerdasan buatan, yang saya yakin dapat menjadi mekanisme untuk mencari solusi stunting terhadap anak-anak ini karena teknologi itu pun sudah tersedia," jelas Presiden.

Dalam pembicaraan lewat telepon tersebut juga dibicarakan mengenai pelibatan sektor swasta dalam pembangunan.

"Saya khawatir bila kita terlalu bergantung pada pemerintah maka perkembangannya akan sangat lambat, tidak ada cara lain selain mengikutsertakan pihak swasta untuk menghasilkan upaya berkelanjutan yang inisiatifnya juga berasal dari masyarakat sendiri," kata Presiden Jokowi.

Selain membicarakan isu-isu sosial, Presiden Jokowi juga mengucapkan selamat ulang tahun kemerdekaan Amerika Serikat yang jatuh pada 4 Juli hari ini.

"Saya ingin menyampaikan Happy 4th July untuk Presiden Kim. Kami merasa terhormat Anda merayakan hari kemerdekaan Amerika Serikat di Jakarta pada pekan ini," kata Presiden.

Menurut WHO, di seluruh dunia, diperkirakan ada 178 juta anak di bawah usia lima tahun pertumbuhannya terhambat karena kekurangan gizi kronis.

Stunting adalah kondisi yang terjadi akibat masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu lama, umumnya karena asupan makan yang tidak sesuai kebutuhan gizi. Masalah ini terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun.

Sementara UNICEF mendefinisikan stunting sebagai persentase anak-anak usia 0 sampai 59 bulan dengan tinggi di bawah minus (stunting sedang dan berat) dan minus tiga (stunting kronis) diukur dari standar pertumbuhan anak keluaran WHO.

Baca juga: Bappenas: stunting bisa akibatkan bonus demografi sia-sia
Baca juga: Cara inklusif atasi ancaman stunting