London (ANTARA News) - Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Universitas Zurich (UZH) melakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) kerjasama pendidikan dan penelitian orangutan yang dilakukan Rektor IPB Dr Arif Satria dengan Prorektor UZH Prof. Dr. Michael Schaepman, di Bern, Swiss.

Penandatangan MoU antara IPB dengan Universitas Zurich (UZH) disaksikan Duta Besar RI untuk Konfederasi Swiss dan Keharyapatihan Liechtenstein, Dr. Muliaman Hadad dilakukan disela-sela lawatan Rektor IPB Dr Arif Satria dalam rangka penjajakan kerjasama dengan mitra stategis di beberapa negara Eropa.

Pensosbud KBRI Bern Sasanti Nordewa kepada Antara London, Selasa, menyebutkan Naskah Kesepahaman kerjasama yang ditandatangani bersama dengan Prorektor UZH, Prof. Dr. Michael Schaepman, ini berlaku untuk periode 2018-2022 bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi kedua institusi termasuk mahasiswa IPB dan UZH untuk berpartisipasi aktif di berbagai kegiatan yang dicanangkan kedua belah pihak. Naskah Kesepahaman ini merupakan perpanjangan dari kerjasama pendidikan dan penelitian yang sudah dibina IPB dengan UZH sejak tahun 2010.

Kerjasama yang terbina sejak tahun 2017 menghasilkan deklarasi ilmiah penemuan jenis baru kera besar yang disebut sebagai orangutan Tapanuli atau Pongo Tapanuliensis, yang ditemukan di Batang Toru, Sumatera. "Ini merupakan pencapaian yang signifikan bagi dunia pendidikan, penelitian, dan dunia ilmiah pada umumnya," ujar Rektor IPB.

Hasil penelitian juga mendapat perhatian dari masyarakat Swiss yang sangat peduli dengan kelestarian lingkungan.

Di bawah nota kesepahaman baru ini, Rektor IPB berharap kerjasama keduanya semakin kuat, fokus kerjasama penelitian Orang Utan dapat diperluas, dan semakin banyak mahasiswa dari kedua pihak terlibat khususnya di bidang penelitian pengelolaan habitat berbasis sains bagi orangutan di Sumatera dan Kalimantan.

Pada kesempatan itu Dubes RI Muliaman Hadad mengusulkan pentingnya perluasan kerjasama Indonesia - Swiss di bidang lain, contohnya pengembangan inkubator untuk Usaha Kecil dan Menengah (UKM), mengingat UKM Swiss cukup berhasil sebagai salah satu roda penggerak ekonomi terbesar di negara itu. Dubes mencontohkan kerjasama pendirian Swiss Small and Medium sized Enterprise Research Centre yang dilakukan Swiss dengan Republik Rakyat Tiongkok (RRT).

Dubes berharap Indonesia juga dapat melakukan kerjasama serupa dengan Swiss, dan untuk merealisasikan hal itu, baru-baru ini KBRI Bern melakukan negosiasi awal dengan University of Applied Sciences and Arts Northwestern Switzerland (FHNW).

"Harapan kita, dengan berdirinya pusat penelitian UKM Swiss Indonesia ini, UKM Indonesia dapat belajar memecahkan masalah yang dihadapi seperti manajemen internal UKM, pengelolaan finansial, dan sebagainya," ujarnya.

Universitas Zurich merupakan universitas terbesar di Swiss dengan jumlah 90.000 tenaga pengajar dan pegawai serta 26.000 mahasiswa, 4.000 di antaranya mahasiswa asing, termasuk dari Indonesia. Dari jumlah total mahasiswa tersebut, 1.200 di antaranya mahasiswa tingkat Doktoral di bidang penelitian ilmu pengetahuan.