Sektor perkebunan penyumbang kemiskinan terbesar di Riau
3 Juli 2018 21:44 WIB
Dokumentasi Perkebunan kelapa sawit dan permukiman terlihat dari udara di kawasan Taman Nasional Tesso Nilo, Provinsi Riau, Rabu (29/4/2015). Berdasarkan data WWF dan Balai Taman Nasional Tesso Nilo, sekitar 60 ribu hektar dari total luas kawasan taman nasional, yang mencapai 83 ribu hektare, tidak lagi berupa hutan karena tingginya aksi perambahan yang mengalihfungsikan hutan menjadi kebun kelapa sawit dan permukiman. (ANTARA FOTO/FB Anggoro)
Pekanbaru (ANTARA News) - Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) mengungkapkan bahwa sektor perkebunan menjadi penyumbang terbesar angka kemiskinan di Provinsi Riau karena harga komoditas murah dan tidak pasti.
Perwakilan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) Muhammad Arif Tasrif di Pekanbaru, Selasa, menyatakan data TNP2K menyebutkan tiga mata pencarian terbesar sebagai penyumbang angka kemiskinan di Provinsi Riau yakni perkebunan sebanyak 156.277 jiwa, bangunan atau konstruksi sebesar 25.965 jiwa, dan pemulung 22.461 jiwa.
Kampar menempati urutan pertama sebagai kabupaten/kota yang masyarakat dengan mata pencarian bidang perkebunan terbanyak di Provinsi Riau sebanyak 28.454 jiwa disusul Indragiri Hilir 19.472 jiwa dan Rokan Hilir 19.279 jiwa.
"Kita harapkan pemerintah dapat mencari solusi yang terbaik untuk para petani kita," ujarnya.
Sebagaimana di ketahui saat ini harga komoditi perkebunan, salah satunya yaitu karet yang selalu mengalami ketidakstabilan harga, berkisar antara Rp 4.000,- hingga Rp 6.500,- di kalangan petani karet.
Akibatnya, daya beli masyarakat turun, sehingga dapat meningkatkan angka kemiskinan di Provinsi Riau.
Anggota DPRD Riau Mansyur HS lebih menyoroti sektor perikanan menjadi penyumbang terbesar angka kemiskinan di kawasan setempat dan pihaknya mendorong program-program peningkatan kesejahteraan nelayan.
"Secara umum, nelayan di Riau menjadi penyumbang terbesar angka kemiskinan. Ada banyak faktornya, seperti risiko kecelakaan, cuaca buruk, pencemaran perairan, sehingga mereka tidak bisa melaut atau mencari ikan yang menjadi mata pencaharian mereka," ujarnya.
Untuk itu, Mansyur mengatakan pihaknya berupaya untuk menghilangkan kemiskinan pada nelayan dan pembudidaya ikan dengan program-program peningkatan kesejahteraan nelayan.
"Ada program asuransi program pemerintah pusat yang khusus nelayan ikan tangkap, kita di Riau membuat asuransi juga untuk pembudidaya ikan kolam," sebutnya.
Ditambahkan Mansyur, selain fasilitas asuransi, nantinya nelayan dan pembudidaya ikan nantinya juga akan mendapatkan kemudahan mendapatkan kredit, kemudahan mendapatkan benih dan juga pakan ikan.
"Akan ada kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan bantuan benih, subsidi pakan seperti halnya bantuan yang diberikan kepada para petani maka kepada nelayan juga akan mendapatkan bantuan serupa," sambung Politisi PKS Riau itu.
Perwakilan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) Muhammad Arif Tasrif di Pekanbaru, Selasa, menyatakan data TNP2K menyebutkan tiga mata pencarian terbesar sebagai penyumbang angka kemiskinan di Provinsi Riau yakni perkebunan sebanyak 156.277 jiwa, bangunan atau konstruksi sebesar 25.965 jiwa, dan pemulung 22.461 jiwa.
Kampar menempati urutan pertama sebagai kabupaten/kota yang masyarakat dengan mata pencarian bidang perkebunan terbanyak di Provinsi Riau sebanyak 28.454 jiwa disusul Indragiri Hilir 19.472 jiwa dan Rokan Hilir 19.279 jiwa.
"Kita harapkan pemerintah dapat mencari solusi yang terbaik untuk para petani kita," ujarnya.
Sebagaimana di ketahui saat ini harga komoditi perkebunan, salah satunya yaitu karet yang selalu mengalami ketidakstabilan harga, berkisar antara Rp 4.000,- hingga Rp 6.500,- di kalangan petani karet.
Akibatnya, daya beli masyarakat turun, sehingga dapat meningkatkan angka kemiskinan di Provinsi Riau.
Anggota DPRD Riau Mansyur HS lebih menyoroti sektor perikanan menjadi penyumbang terbesar angka kemiskinan di kawasan setempat dan pihaknya mendorong program-program peningkatan kesejahteraan nelayan.
"Secara umum, nelayan di Riau menjadi penyumbang terbesar angka kemiskinan. Ada banyak faktornya, seperti risiko kecelakaan, cuaca buruk, pencemaran perairan, sehingga mereka tidak bisa melaut atau mencari ikan yang menjadi mata pencaharian mereka," ujarnya.
Untuk itu, Mansyur mengatakan pihaknya berupaya untuk menghilangkan kemiskinan pada nelayan dan pembudidaya ikan dengan program-program peningkatan kesejahteraan nelayan.
"Ada program asuransi program pemerintah pusat yang khusus nelayan ikan tangkap, kita di Riau membuat asuransi juga untuk pembudidaya ikan kolam," sebutnya.
Ditambahkan Mansyur, selain fasilitas asuransi, nantinya nelayan dan pembudidaya ikan nantinya juga akan mendapatkan kemudahan mendapatkan kredit, kemudahan mendapatkan benih dan juga pakan ikan.
"Akan ada kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan bantuan benih, subsidi pakan seperti halnya bantuan yang diberikan kepada para petani maka kepada nelayan juga akan mendapatkan bantuan serupa," sambung Politisi PKS Riau itu.
Pewarta: Abdul Razak dan Budi Indrawan
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018
Tags: