Jakarta (Antara News) -- Dalam rangka memperingati Hari Sastra Indonesia yang jatuh pada tanggal 3 Juli 2018, PT Balai Pustaka (Persero) meresmikan Istana Peradaban Balai Pustaka di kantor pusat Balai Pustaka di Jakarta, Selasa.


Direktur utama Balai Pustaka Achmad Fachrodji mengatakan, Istana Peradaban Balai Pustaka adalah salah satu bentuk komitmen perusahaan pelat merah ini untuk menghadirkan platform kesusasteraan satu atap di Indonesia.




"Sastra adalah cerminan peradaban sebuah bangsa. Oleh karena itu, kami sebagai garda terdepan dalam melestarikan sastra Indonesia mempersembahkan fasilitas ini untuk masyarakat Indonesia," ujar pria yang akrab disapa Oji ini.




Istana Peradaban Balai Pustaka meliputi tiga fasilitas yakni Sanggar Sastra, Ruang Komunitas dan Kafe Sastra, dan Wisata Edukasi dan Perpustakaan Heritage Balai Pustaka.




Sanggar Sastra, yang telah terlebih dahulu diresmikan pada 2017, bertujuan untuk tak hanya melestarikan sastra dan seni Indonesia, tapi juga untuk melahirkan bibit-bibit baru sastrawan Indonesia.




Sementara itu, Ruang Komunitas dan Kafe Sastra dirancang sebagai tempat berkumpul dan jejaring para sastrawan dan masyarakat umum. Kafe ini pun menyediakan berbagai kopi Indonesia seperti Gayo, Toraja, dan Flores.




Adapun Wisata Edukasi dan Perpustakaan Heritage Balai Pustaka adalah wahan untuk memperkenalkan dan mendekatkan generasi muda kepada kekayaan intelektual dan budaya bangsa.




Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno mengungkapkan, peresmian istana ini tak hanya bukti kebangkitan BP, tapi juga kesusasteraan Indonesia secara keseluruhan.




"Kekuatan sebuah bangsa juga tak terlepas dari kemampuan mereka mengelola soft power-nya. Salah satu soft power yang Indonesia punya adalah sastra," tutur Fajar. 




Selain peresmian Istana Peradaban Balai Pustaka, turut dilakukan peluncuran empat buku, yakni: Kerja di Jaman Now karya Direktur Keuangan Perum LKBN Antara Nina Kurnia Dewi; Arran karya Yasmine P.N.; Leaders Behind SOE; dan Kono, Kene, Konco karya Bagus Rumbogo.