Kolaka (ANTARA News) - Demonstrasi yang melibatkan ratusan pendukung pasangan calon bupati dan wakil bupati Kolaka nomor urut dua Asmani Arif-Syahrul Beddu di halaman kantor bupati, Senin, berakhir ricuh.

Massa yang menuntut penjelasan Kepala Dinas Catatan Sipil terkait penemuan KTP elektronik ganda saat pencoblosan 27 Juni 2018 diduga untuk memenangkan salah satu pasangan calon.

Kericuhan terjadi saat kepala Dinas Catatan Sipil tidak menemui para pengunjuk rasa sehingga massa memaksa masuk ke kantor bupati dengan menjebol kawat berduri yang dipasang polisi.

Kapolres Kolaka AKBP Didik Supranoto yang mencoba menenangkan massa yang sudah mulai anarkis dengan melempar batu serta potongan kayu ke arah pihak keamanan, tidak digubris pendemo.

"Kami meminta jangan melakukan hal-hal yang bisa merugikan orang lain dan diri sendiri," teriak Kapolres Kolaka itu.

Melihat kondisi massa yang semakin brutal, Satuan Brimob Polda Sultra yang membantu pengamanan Dalmas Polres Kolaka mengeluarkan tembakan gas air mata di tengah kerumunan massa agar mereka keluar dari halaman kantor bupati.

Dalam aksi itu beberapa fasilitas milik Pemkab Kolaka rusak di antaranya enam buah lampu taman, kaca jendela penjagaan Satpol PP, kaca ruangan mesin ATM BRI dan BNI yang terletak di samping pos penjagaan Satpol PP.

Kericuhan ini terjadi akibat penemuan puluhan KTP elektronik oleh tim pemenangan pasangan Asmani Arif-Syahrul Beddu yang dibawa oleh oknum lurah saat pencoblosan.

"Kami minta kepada sentra Gakumdu agar segera menahan oknum lurah yang di duga telah melakukan pelanggaran pilkada," kata Erwin salah satu koordinator aksi menambahkan akan melakukan aksi yang sama dengan kekuatan massa yang lebih besar jika kasus ini tidak diproses hukum.