Komunitas Nol Sampah siap gelar aksi di Sungai Wonorejo-pantai Surabaya
2 Juli 2018 19:36 WIB
Warga mencari sampah plastik di kawasan pesisir Jakarta, Senin (2/7/2018). Keberadaan sampah di kawasan pesisir utara Jakarta yang sebagian besar bersumber dari limbah domestik merupakan salah satu masalah Ibu Kota yang belum dapat dituntaskan. (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)
Surabaya (ANTARA News) - Komunitas Nol Sampah akan menggelar aksi kebersihan dengan mengambil sampah plastik tas kresek di pinggiran sungai Wonorejo menuju pantai Surabaya Timur pada Selasa (3/7).
Ketua Komunitas Nol Sampah, Wawan Some, di Surabaya, Senin, mengatakan aksi yang bertepatan dengan peringatan hari tanpa tas kresek se dunia tersebut digelar sebagai bentuk keprihatinan banyaknya tas kresek berserakan di mana-mana.
"Kami harus membersihkan akar mangrove dan anak mangrove dari kresek itu setiap minggunya selama dua tahun," katanya.
Menurut dia, banyaknya sampah plastik tas kresek yang dibuang sembarangan di aliran sungai berdampak sangat buruk bagi lingkungan. Sebab, lanjut dia, selain butuh waktu lama untuk mengurai sampah plastik, keberadaannya cukup mengganggu pertumbuhan hutan mangrove.
"Sampah-sampah tas kresek ini menutupi anak atau tunas mangrove yang baru tumbuh. Kalau dibiarkan terus tertutupi maka dampaknya mangrove muda ini akan mati karena tak bisa bebas tumbuh normal," ujarnya.
Wawan Some menjelaskan selama ini dirinya dibantu anggota Komunitas Nol Sampah, seminggu sekali melakukan pembersihan sampah tas kresek itu. Setiap aksi memulung dilakukan, didapat banyak tas kresek bekas yang nyantol di ujung tunas mangrove.
Tentunya, lanjut dia, hal itu akan membahayakan dan mengancam pertumbuhan mangrove. Jika sampai dua tahun terus tertutupi sampah tas kresek maka dipastikan mangrove itu akan mati.
"Selain tak dapat penyinaran matahari juga pernafasannya akan terhalang," katanya.
Ia mengatakan data yang ada setiap orang rata-rata membuang 700 tas kresek plastik setiap tahunnya. Kalau di Surabaya ada tiga juta penduduk, ditaksir ada 2,1 miliar sampah kresek dibuang.
"Karena kurang dari 10 persen sampah tersebut yang bisa didaur ulang," ujarnya.
(A052/R010)
Ketua Komunitas Nol Sampah, Wawan Some, di Surabaya, Senin, mengatakan aksi yang bertepatan dengan peringatan hari tanpa tas kresek se dunia tersebut digelar sebagai bentuk keprihatinan banyaknya tas kresek berserakan di mana-mana.
"Kami harus membersihkan akar mangrove dan anak mangrove dari kresek itu setiap minggunya selama dua tahun," katanya.
Menurut dia, banyaknya sampah plastik tas kresek yang dibuang sembarangan di aliran sungai berdampak sangat buruk bagi lingkungan. Sebab, lanjut dia, selain butuh waktu lama untuk mengurai sampah plastik, keberadaannya cukup mengganggu pertumbuhan hutan mangrove.
"Sampah-sampah tas kresek ini menutupi anak atau tunas mangrove yang baru tumbuh. Kalau dibiarkan terus tertutupi maka dampaknya mangrove muda ini akan mati karena tak bisa bebas tumbuh normal," ujarnya.
Wawan Some menjelaskan selama ini dirinya dibantu anggota Komunitas Nol Sampah, seminggu sekali melakukan pembersihan sampah tas kresek itu. Setiap aksi memulung dilakukan, didapat banyak tas kresek bekas yang nyantol di ujung tunas mangrove.
Tentunya, lanjut dia, hal itu akan membahayakan dan mengancam pertumbuhan mangrove. Jika sampai dua tahun terus tertutupi sampah tas kresek maka dipastikan mangrove itu akan mati.
"Selain tak dapat penyinaran matahari juga pernafasannya akan terhalang," katanya.
Ia mengatakan data yang ada setiap orang rata-rata membuang 700 tas kresek plastik setiap tahunnya. Kalau di Surabaya ada tiga juta penduduk, ditaksir ada 2,1 miliar sampah kresek dibuang.
"Karena kurang dari 10 persen sampah tersebut yang bisa didaur ulang," ujarnya.
(A052/R010)
Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018
Tags: