Jakarta (ANTARA News) - Harga saham-saham di Bursa Efek Jakarta (BEJ), Rabu sesi pagi, ditutup jatuh karena sebagian besar investor mengambil posisi jual setelah melihat perkembangan negatif di bursa Wall Street maupun regional, sementara sebagian lagi mengambil posisi aman menunggu data inflasi Juli yang diumumkan siang ini. Tekanan jual bertubi-tubi yang dialami saham-saham unggulan sejak perdagangan dibuka, telah mendorong IHSG BEJ anjlok 75,887 poin (3,23 persen) ke posisi 2.272,786, sedangkan indeks LQ45 terkoreksi tajam 17,746 poin (3,64 persen) ke level 469,844. Analis Riset PT Bapindo Bumi Sekuritas Harry Kurniawan mengatakan, tertekannya bursa AS Wall Street Selasa malam yang diikuti dengan kondisi serupa di bursa regional telah menjadi rekomendasi kuat pelaku pasar di bursa Jakarta untuk mengambil posisi jual. Bursa AS Dow Jones ditutup anjlok 146,31 poin atau 1,1 persen menjadi 13.211,99 karena tertekan aksi jual saham unggulan setelah data terbaru pasar perumahan AS kurang menggembirakan. Sentimen dari Wall Street itu memicu saham-saham di bursa regional juga melemah, di Tokyo misalnya indeks Nikkei 225 sesi pagi Rabu ditutup turun 193,31 poin menjadi 17.055,58 dan Indeks Hang Seng Hongkong terkoreksi 205,46 poin menjadi 22.981,47 Menurut Harry, sebenarnya nyaris tidak ada berita negatif dari dalam negeri yang membuat indeks BEJ tertekan, bahkan angka inflasi yang akan diumumkan Rabu siang ini diyakini pasar relatif bagus dan terkendali. Demikian juga dengan kinerja emiten yang berakhir 30 Juni 2007 juga menunjukkan kinerja yang membaik. Dengan kondisi dan berita positif mengenai inflasi yang sebentar lagi diumumkan, pelaku pasar yakin melemahnya saham-saham di bursa Jakarta tidak akan berlangsung lama. Saham-saham unggulan yang berperan besar terhadap penurunan indeks BEJ antara lain Telkom (TLKM) yang melemah Rp450 menjadi Rp10.750, Aneka Tambang (ANTM) terkoreksi Rp75 ke posisi Rp2.625, Tambang Timah (TINS) tertekan Rp550 ke level Rp13.550 dan Bank Mandiri (BMRI) turun Rp175 ke harga Rp3.350.(*)