Banyuwangi (ANTARA News) - Menteri BUMN Rini Soemarno mengatakan perusahaan milik negara yang dalam operasionalnya menggunakan valuta asing siap menggunakan fasilitas lindung nilai (hedging), menyusul melemahnya kembali nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

"Pada dasarnya kita ada instrumen `hedging` yang bisa digunakan antar BUMN melalui fasilitas swap, untuk membantu pengelolaan risiko keuangan," kata Rini Soemarno, saat melakukan kunjungan kerjanya di Jember dan Banyuwangi, Jawa Timur, Minggu.

Menurut Rini, dalam melakukan lindung nilai harus dilihat dari sisi BUMN yang melakukan ekspor maupun impor karena memang membutuhkan dan menerima devisa dalam bentuk valuta asing.

Adapun produk-produk transaksi lindung nilai meliputi forward, swap, option, cross currency swap dan interest rate swap.

Ia menjelaskan, salah satu BUMN yang menggunakan valas dalam jumlah besar setiap hari yaitu PT Pertamina (Persero) yang mencapai sekitar 150 juta dolar AS atau setara dengan sekitar Rp2,5 triliun.

Selanjutnya, BUMN yang menerima pendapatan dalam valuta asing, antara lain PT Aneka Tambang Tbk (Persero), PT Bukit Asam Tbk (Persero), PT Timah Tbk (Persero), PT PGN Tbk (Persero), PT Pupuk Indonesia Tbk (Persero), PT Pelindo II (Persero) dan Garuda Indonesia.

"Fasilitas hedging bagi BUMN yang membutukan valas untuk keperluan impor, tetapi di sisi lain juga banyak BUMN yang mendapatkan dolar dari hasil ekspor. Ini bisa dimanfaatkan untuk mengcover kebutuhan valas dalam negeri," ujarnya.

Meski begitu, Rini tidak menyebutkan berapa lama kemapuan pemerintah dalam menyediakan fasilitas hedging tersebut yang dimaksud.

Ia hanya menjelaskan bahwa, skenario lindung nilai sudah pernah dijalankan BUMN pada tahun 2016, ketika nilai tukar rupiah terhadap dolar AS merosot tajam hingga ke level Rp14.500.

"Ini kan kita lihat berapa lama penguatan dolar AS. Saat ini rupiah melemah, tapi satu saat juga pasti menguat," tegasnya.

Ia menambahkan, bahwa yang perlu dijaga saat ini adalah kemampuan BUMN secara kelompok bisnis untuk saling mendukung, sehingga diharapkan kinerja keuangan bisa tetap sehat.

Dalam beberapa bulan terakhir nilai tukar rupiah cenderung melemah, bahkan sempat menyentuh level terendah sejak pertengahan Desember 2015.

Nilai tukar rupiah pada perdangangan antarbak di Jakarta, Jumat (29/6) ditransaksikan pada level Rp14.330 per dolar AS.

Meski begitu, Bank Indonesia memandang pelemahan nilai rupiah terutama setelah libur panjang Lebaran 2018 masih dapat "dimaklumi" karena kencangnya tekanan pasar keuangan menyusul ekspektasi empat kali kenaikan suku bunga The Federal Reserve.