Ribuan warga AS kembali protes Trump pisahkan keluarga imigran
1 Juli 2018 05:13 WIB
Seorang demonstran berpakaian seperti Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berjalan bersama aktivis imigrasi dalam aksi menyerukan "akhiri penahanan keluarga" dan menentang kebijakan imigrasi pemerintahan Trump, di Washington DC, Ibu Kota AS, Kamis (28/6/2018). (REUTERS/Jonathan Ernst)
Washington (ANTARA News) - Puluhan ribu warga Amerika Serikat (AS) turun ke jalan dan kembali berdemonstrasi di seluruh negeri untuk menentang kebijakan imigrasi "tak ada toleransi" memisahkan imigran orang tua dengan anak-anaknya yang diterapkan pemerintahan Donald Trump.
Kebijakan itu telah membuat lebih dari 2.000 anak dipisahkan dari keluarga mereka, yang melintasi perbatasan secara ilegal, demikian laporan kantor berita Xinhua China.
Cuaca sangat panas mewarnai pusat kota Washington D.C. pada Sabtu (30/6), namun hal itu tidak menghentikan ribuan pengunjuk rasa membanjiri Lapangan Lafayette, yang menghadap ke sisi utara Gedung Putih. Demonstrasi serupa telah terjadi beberapa kalidi sejumlah tempat di AS pasca-penerapan kebijakan imigrasi ala Trump.
Baca juga: Bono U2 minta legislator AS hentikan pemisahan keluarga imigran
Mereka meneriakkan "Kami peduli, jaga kesatuan keluarga" dan slogan-slogan lainnya bernada mengecam kebijakan keras Presiden AS Donald Trump.
Di negara bagian New Jersey, ratusan orang berkerumun di sepanjang jalan, beberapa kilometer dari kompleks Lapangan Golf National Gold milik Trump, tempat sang presiden dan keluarganya sedang menghabiskan akhir pekan.
Para pemrotes mengacungkan papan-papan dengan berbagai tulisan, antara lain yang berbunyi "Bahkan keluarga Trump berhak berkumpul" dan "Anda tahu di mana anak-anak kami?"
Penyelenggara demonstrasi mengatakan sekitar 630 aksi unjuk rasa "Families Belong Together" telah direncanakan berlangsung di seantero negeri dan Washington D.C. dijadikan tempat utama pelaksanaan. Aksi-aksi itu mengimbau masyarakat untuk tampil menentang kebijakan-kebijakan imigrasi Trump yang kontroversial.
Menurut kebijakan "tak ada toleransi" yang ditetapkan Trump, semua imigran yang tiba di wilayah AS secara ilegal harus diserahkan untuk diadili dan ditahan di bawah otoritas federal.
Kebijakan itu juga menetapkan bahwa anak-anak, yang tiba bersama orang tua mereka, akan secara terpisah diserahkan kepada Departeman Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS, tempat mereka diawasi oleh anggota-anggota keluarga lainnya, diberi tempat penampungan, atau dibawa ke rumah-rumah yatim piatu.
Sebagai hasil dari kebijakan garis keras itu, foto-foto anak-anak yang terlihat bingung dan dipisahkan dari keluarga-keluarga mereka beredar secara luas hingga menyulut kemarahan di dalam dan luar negeri.
Trump, yang menghadapi reaksi keras di dalam dan luar negeri, pada 20 Juni menandatangani keputusan presiden untuk menarik kebijakannya memisahkan keluarga, termasuk anak-anak. Namun, ia tidak mengacuhkan batasan waktu sah soal penahanan anak-anak.
Pemerintahan Trump pada Jumat mengumumkan bahwa pihaknya sekarang akan tetap menyatukan para keluarga selama lebih dari 20 hari.
Menurut catatan Pemerintah AS, lebih dari 2.300 anak telah dipisahkan dari keluarga-keluarga mereka setelah secara ilegal melintasi perbatasan di selatan antara AS dan Meksiko, dari 5 Mei hingga 9 Juni 2018.
Baca juga: Gedung Putih tuduh Demokrat dan media ekploitasi foto balita
Baca juga: 51 warga Indonesia pelarian 1998 terancam dideportasi dari AS
Baca juga: Trump ingin tembok perbatasan cekal anak-anak
Kebijakan itu telah membuat lebih dari 2.000 anak dipisahkan dari keluarga mereka, yang melintasi perbatasan secara ilegal, demikian laporan kantor berita Xinhua China.
Cuaca sangat panas mewarnai pusat kota Washington D.C. pada Sabtu (30/6), namun hal itu tidak menghentikan ribuan pengunjuk rasa membanjiri Lapangan Lafayette, yang menghadap ke sisi utara Gedung Putih. Demonstrasi serupa telah terjadi beberapa kalidi sejumlah tempat di AS pasca-penerapan kebijakan imigrasi ala Trump.
Baca juga: Bono U2 minta legislator AS hentikan pemisahan keluarga imigran
Mereka meneriakkan "Kami peduli, jaga kesatuan keluarga" dan slogan-slogan lainnya bernada mengecam kebijakan keras Presiden AS Donald Trump.
Di negara bagian New Jersey, ratusan orang berkerumun di sepanjang jalan, beberapa kilometer dari kompleks Lapangan Golf National Gold milik Trump, tempat sang presiden dan keluarganya sedang menghabiskan akhir pekan.
Para pemrotes mengacungkan papan-papan dengan berbagai tulisan, antara lain yang berbunyi "Bahkan keluarga Trump berhak berkumpul" dan "Anda tahu di mana anak-anak kami?"
Penyelenggara demonstrasi mengatakan sekitar 630 aksi unjuk rasa "Families Belong Together" telah direncanakan berlangsung di seantero negeri dan Washington D.C. dijadikan tempat utama pelaksanaan. Aksi-aksi itu mengimbau masyarakat untuk tampil menentang kebijakan-kebijakan imigrasi Trump yang kontroversial.
Menurut kebijakan "tak ada toleransi" yang ditetapkan Trump, semua imigran yang tiba di wilayah AS secara ilegal harus diserahkan untuk diadili dan ditahan di bawah otoritas federal.
Kebijakan itu juga menetapkan bahwa anak-anak, yang tiba bersama orang tua mereka, akan secara terpisah diserahkan kepada Departeman Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS, tempat mereka diawasi oleh anggota-anggota keluarga lainnya, diberi tempat penampungan, atau dibawa ke rumah-rumah yatim piatu.
Sebagai hasil dari kebijakan garis keras itu, foto-foto anak-anak yang terlihat bingung dan dipisahkan dari keluarga-keluarga mereka beredar secara luas hingga menyulut kemarahan di dalam dan luar negeri.
Trump, yang menghadapi reaksi keras di dalam dan luar negeri, pada 20 Juni menandatangani keputusan presiden untuk menarik kebijakannya memisahkan keluarga, termasuk anak-anak. Namun, ia tidak mengacuhkan batasan waktu sah soal penahanan anak-anak.
Pemerintahan Trump pada Jumat mengumumkan bahwa pihaknya sekarang akan tetap menyatukan para keluarga selama lebih dari 20 hari.
Menurut catatan Pemerintah AS, lebih dari 2.300 anak telah dipisahkan dari keluarga-keluarga mereka setelah secara ilegal melintasi perbatasan di selatan antara AS dan Meksiko, dari 5 Mei hingga 9 Juni 2018.
Baca juga: Gedung Putih tuduh Demokrat dan media ekploitasi foto balita
Baca juga: 51 warga Indonesia pelarian 1998 terancam dideportasi dari AS
Baca juga: Trump ingin tembok perbatasan cekal anak-anak
Pewarta: -
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2018
Tags: