Mukomuko (ANTARA News) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, terpaksa meminjam tempat tidur untuk mengantisipasi bertambahnya jumlah pasien demam berdarah dengue (DBD) di Kecamatan Pondok Suguh.

"Kami meminjam sebanyak dua tempat tidur beserta fasilitas oksigen ke RSUD setempat. Selanjutnya tempat tidur itu akan dikirim ke puskesmas perawatan di Kecamatan Pondok Suguh," kata Kabid Farmasi dan Sumber Daya Kesehatan Dinkes Mukomuko, Jhoni di Mukomuko, Sabtu.

Sebanyak 26 orang warga di Kecamatan Pondok Suguh yang terserang penyakit DBD selama bulan Juni, atau meningkat drastis dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Ia menyatakan, instansinya meminjam dua tempat tidur kepada RSUD setempat untuk persiapan apabila terjadi penambahan kasus DBD di wilayah tersebut.

"Kalau sekarang ini jumlah tempat tidur di puskesmas itu masih mencukupi untuk merawat pasien DBD di Kecamatan Pondok Suguh. Dua tempat tidur ini untuk persiapan apabila terjadi penambahan kasus DBD di wilayah itu," ujarnya.

Ia menyatakan, puskesmas perawatan di Kecamatan Pondok Suguh tidak bisa meminjam tempat tidur kepada puskesmas perawatan dan rawat jalan yang berada dekat dengan puskesmas tersebut karena keterbatasan sarana di puskesmas tersebut.

Mereka tidak bisa meminjam tempat tidur kepada puskesmas perawatan di wilayah Kecamatan Ipuh karena tempat tidur di puskesmas tersebut terbatas. Puskesmas tersebut masih menggunakannya untuk merawat pasiennya.

Kabid Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Dinkes Mukomuko, Nen Widiyarti sebelumnya mengatakan instansinya melakukan fogging massal setelah ditemukan membludaknya kasus DBD di Kecamatan Pondok Suguh.

Petugas instansi itu yang biasanya melakukan pengasapan sebanyak 20 rumah untuk setiap kasus DBD, tetapi kini petugas melakukan pengasapan hampir sebagian besar desa di Kecamatan Pondok Suguh.

Menurutnya, kasus DBD di satu kecamatan itu meningkat drastis diduga karena pengaruh pergantian cuaca atau pancaroba setelah lebaran tahun ini.

Selain itu, menurutnya, peningkatan kasus DBD di wilayah itu kasus penyakit impor dari daerah lain, atau dari warga setempat yang baru pulang dari luar daerah.

Karena, katanya, berdasarkan hasil penyelidikan dan epidemiologi (PE) DBD tidak ditemukan adanya jentik nyamuk Aedes aegypti di wilayah tersebut.

Baca juga: 49 warga Mukomuko positif terjangkit DBD