Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Pariwisata (Kemenpar) mengaktifkan tim crisis center merespons erupsi Gunung Agung di Bali sekaligus mengantisipasi dampak negatifnya terhadap pariwisata Pulau Dewata.

"Kami mengaktifkan tim crisis center dan juga berkoordinasi dengan stakeholder di Bali, terkait upaya dan penanganan saat ini," kata Kepala Biro Komunikasi Publik Kementerian Pariwisata Guntur Sakti di Jakarta, Jumat.

Ia mengatakan, tim crisis center Kemenpar akan terus melakukan pemantauan dan pelaporan terkait aktivitas pariwisata sekaligus memberikan kepastian keamanan bagi wisatawan.

Pihaknya sekaligus menempatkan penganggung jawab (person in charge/PIC) di lokasi-lokasi strategis yang mudah diakses wisatawan sebagai bentuk pelayanan pemerintah kepada wisatawan di Bali.

"Kami memantau dari semua lini termasuk sebaran pemberitaan di media," katanya.

Tercatat, erupsi Gunung Agung di Bali telah diberitakan dalam 66 berita dari 39 media nasional dan lokal, 22 orang, dan 16 influencers.

Pantauan dari pihaknya, sebanyak 108 informasi yang tersebar terkait erupsi Gunung Agung adalah netral, 62 informasi/berita bernada positif, dan sebanyak 80 sisanya bernuansa negatif.

"Dari sisi ekosistem pariwisata memang harus diantisipasi untuk jangka pendek karena penerbangan dari dan ke Bali untuk hari ini dibatalkan sampai jam 19.00 malam," katanya.

Gunung Agung di Bali mengalami erupsi pada 28 Juni 2018 pada sekitar pukul 18.00 WITA dengan tinggi kolom abu 1.500 - 2.000 m di atas puncak atau sekitar 3.142 mdpl dan arah angin ke barat.

Sampai saat ini status Gunung Agung pada level III (siaga) dengan imbauan PVMBG tidak ada pendakian dan aktivitas wisata radius 4 km.

Selain itu masyarakat di aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung juga diminta waspada terhadap ancaman banjir lahar.

Baca juga: Erupsi Gunung Agung membuat Ngurah Rai dievaluasi setiap dua jam

Baca juga: Sejumlah penumpang memilih bertahan di Bandara Bali