New York (ANTARA News) - Harga minyak naik pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), dengan minyak mentah AS mencapai tingkat tertinggi 3,5 tahun, dipicu oleh kekhawatiran pasokan karena sanksi AS dapat menyebabkan penurunan besar dalam ekspor minyak mentah dari Iran.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus, naik 1,6 sen AS atau hampir satu persen, menjadi menetap pada 73,45 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. WTI mencapai 74,03 dolar AS per barel pada awal sesi, tertinggi sejak 26 November 2014.

Sementara itu, patokan internasional minyak mentah Brent untuk pengiriman Agustus, bertambah 0,23 dolar AS menjadi 77,85 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange, demikian dilansir Reuters.

Amerika Serikat pekan ini meminta negara-negara menghentikan impor minyak Iran mulai November.

Pada Kamis (28/6), para pejabat mengatakan mereka akan bekerja dengan negara-negara berdasarkan kasus per kasus. Tiongkok, pengimpor terbesar minyak Iran, belum berkomitmen pada posisi AS.

"Sanksi mencoba untuk mengisolasi Iran sedikit lebih banyak, dan itu berpotensi memotong lebih banyak minyak dari arena global secara keseluruhan," kata Mark Watkins, ahli strategi investasi regional di U.S. Bank Wealth Management.

"Jika Anda memiliki minyak Iran yang diambil dari pasar, maka Anda mengalami penurunan pasokan dan dengan segala cara, itu akan memberi tekanan lebih besar pada harga minyak untuk bergerak naik."

Harga minyak mengalamai kenaikan tahun ini akibat pengetatan kondisi pasar karena rekor permintaan dan pemotongan pasokan sukarela yang dipimpin oleh OPEC dan produsen lainnya termasuk Rusia.

Gangguan pasokan yang tidak direncanakan dari Kanada hingga Libya dan Venezuela juga telah mendukung harga minyak.

Minyak mentah AS berjangka memperpanjang kenaikannya setelah data menunjukkan persediaan di pusat pengiriman Cushing, Oklahoma, turun 3,1 juta barel dalam seminggu yang berakhir 26 Juni, kata para pedagang, mengutip data dari firma intelijen pasar Genscape.

Premium WTI bulan depan untuk bulan kedua naik setelah data dan mencapai sesi tertinggi 1,81 dolar AS, sementara diskon minyak mentah AS terhadap Brent menyempit ke tingkat terkecil dalam tiga bulan di 3,92 dolar AS per barel.

"Anda melihat spread di depan untuk minyak mentah, dan ini adalah kontrak bulan depan yang telah pecah, hampir seperti ini adalah reaksi spontan terhadap headline versus tren kenaikan struktural jangka panjang yang masih utuh," kata Brian LaRose, analis teknikal senior di ICAP-TA.

Tidak semua indikator mengarah ke pasar yang selalu ketat. Produksi minyak mentah AS mendekati 11 juta barel per hari (bph), dan Arab Saudi mengharapkan untuk mencapai posisi itu dalam beberapa bulan mendatang juga.

Namun para analis mengatakan pasar memiliki sedikit kapasitas cadangan untuk menghadapi gangguan lebih lanjut.

"Dengan persediaan masih menurun dan kapasitas cadangan rendah, ada sangat sedikit perlindungan untuk gangguan pasokan yang disebabkan oleh meningkatnya risiko geopolitik," kata bank ANZ, seperti dikutip dari laporan Reuters.

(UU.A026)