Industri baja keluhkan peraturan kuota impor
28 Juni 2018 23:12 WIB
Arsip: Pekerja membantu bongkar muat gulungan besi baja di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (4/4/2018). Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia berharap pertumbuhan konsumsi baja pada tahun 2018 mencapai tujuh persen atau setara 14,5 juta ton jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
Jakarta (ANTARA News) - Industri baja, PT Tira Austenite Tbk mengeluhkan kebijakan pemerintah tentang kuota impor oleh Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengingat bahan bakunya berasal dari luar negeri.
"Memang menjadi kendala bagi kami, karena pada 2016 itu berakhir kebijakan impor dan muncul kebijakan baru," kata Direktur Utama PT Tira Austenite Tbk, Selo Winardi, di Jakarta, Kamis.
Pada Februari 2018 impor baja diatur oleh Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 22 tahun 2018 tentang Ketentuan Impor Besi atau Baja Paduan dan Produk Turunannya, yang merupakan revisi dari Permendag Nomor 82 Tahun 2016.
Menurut dia, ekonomi dunia yang lesu berimbas pada perekonomian Indonesia yang kurang bergairah. Hal itu berakibat dari rendahnya permintaan pasar atas material baja berkualitas tinggi.
"Ditambah lagi perubahan peraturan impor dari pemetintah yang mengatur tentang kuota impor," kata Selo.
Upaya yang dilakukannya untuk mengatasi hal itu, ?kata dia, pihaknya melakukan inovasi-inovasi agar peraturan kuota impor ini tidak membuat perusahaannya terus merugi.
"Kita lebih akurasi akan kebutuhan pasar. Kita maksimalkan belanja mendekati kuota impor berakhir, sehingga kita memiliki stok yang cukup," tutur Selo.
Menurut dia, bahan baku baja yang diimpor itu berasal dari Jepang (ASIA) dan Eropa. Ia mengaku material baja dari China dan India juga menjadi kendala bagi perusahaannya yang bergerak di bidang baja.
"Adanya alternatif sourcing material baja dari China dan India yang mempunyai harga jual lebih murah dibandingkan produk asal Eropa namun dengan kualitas lebih rendah menjadi salah satu kendala yang dihadapi perseroan," ujarnya.?
Pada akhirnya pun, perusahaannya menjelaskan kepada pelanggan bahwa produk baja yang dimilikinya berkualitas tinggi.
"Kita juga terima produk China, tapi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan," ujarnya.
Selain mengedukasi pelanggan tentang kualitas produk baja yang lebih baik dengan harga yang kompetitif, perseroan juga meningkatkan kualitas pelayanan, pengiriman dan layanan purna jual.
Perseroan ini menggeluti empat bidang bisnis, yaitu divisi baja khusus, seperti tool steel, wear plate, stainless steel, dan machinery steel.
Bisnis lainnya adalah pemasaran dan penjualan produk gas.
"Memang menjadi kendala bagi kami, karena pada 2016 itu berakhir kebijakan impor dan muncul kebijakan baru," kata Direktur Utama PT Tira Austenite Tbk, Selo Winardi, di Jakarta, Kamis.
Pada Februari 2018 impor baja diatur oleh Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 22 tahun 2018 tentang Ketentuan Impor Besi atau Baja Paduan dan Produk Turunannya, yang merupakan revisi dari Permendag Nomor 82 Tahun 2016.
Menurut dia, ekonomi dunia yang lesu berimbas pada perekonomian Indonesia yang kurang bergairah. Hal itu berakibat dari rendahnya permintaan pasar atas material baja berkualitas tinggi.
"Ditambah lagi perubahan peraturan impor dari pemetintah yang mengatur tentang kuota impor," kata Selo.
Upaya yang dilakukannya untuk mengatasi hal itu, ?kata dia, pihaknya melakukan inovasi-inovasi agar peraturan kuota impor ini tidak membuat perusahaannya terus merugi.
"Kita lebih akurasi akan kebutuhan pasar. Kita maksimalkan belanja mendekati kuota impor berakhir, sehingga kita memiliki stok yang cukup," tutur Selo.
Menurut dia, bahan baku baja yang diimpor itu berasal dari Jepang (ASIA) dan Eropa. Ia mengaku material baja dari China dan India juga menjadi kendala bagi perusahaannya yang bergerak di bidang baja.
"Adanya alternatif sourcing material baja dari China dan India yang mempunyai harga jual lebih murah dibandingkan produk asal Eropa namun dengan kualitas lebih rendah menjadi salah satu kendala yang dihadapi perseroan," ujarnya.?
Pada akhirnya pun, perusahaannya menjelaskan kepada pelanggan bahwa produk baja yang dimilikinya berkualitas tinggi.
"Kita juga terima produk China, tapi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan," ujarnya.
Selain mengedukasi pelanggan tentang kualitas produk baja yang lebih baik dengan harga yang kompetitif, perseroan juga meningkatkan kualitas pelayanan, pengiriman dan layanan purna jual.
Perseroan ini menggeluti empat bidang bisnis, yaitu divisi baja khusus, seperti tool steel, wear plate, stainless steel, dan machinery steel.
Bisnis lainnya adalah pemasaran dan penjualan produk gas.
Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018
Tags: