“Saya butuh 20 persen, seperti saya katakan tadi, saya tidak punya partai. Yang dimaksudkan dibutuhkan itu soal pemilunya, dan itu sulit bagi saya. Jadi, sekali lagi saya ingin cukuplah, sekarang gilirannya yang muda-muda,” ujar mantan Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Golongan Karya (Golkar) itu, usai menjadi pembicara dalam Jakarta Foreign Correspondents Club (JFCC) di Hotel Ayana Midplaza Jakarta, Kamis.
Terkait keinginan Partai Demokrat untuk meminang M. Jusuf Kalla sebagai calon presiden alternatif, ia pun mengatakan hal itu belum menjadi pertimbangan dan mengaku ingin beristirahat dari dunia politik.
“Itu soal lain, tapi saya ingin istirahat,” katanya.
Partai Demokrat sempat mengemukakan untuk mempertimbangkan M. Jusuf Kalla (JK) diusung dalam Pilpres 2019. Partai Demokrat membuka peluang diskusi di internal partai untuk meminang JK.
Bahkan, Wapres M. Jusuf Kalla dan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yang Presiden RI periode 2004--2009 dan 2009--2014, ditenggarai membicarakan hal itu saat mereka bertemu pada Senin malam (25/6).
Baca juga: JK silaturahim ke SBY
Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Hinca Panjaitan mengatakan dalam pertemuan tersebut tidak menutup kemungkinan untuk memunculkan wacana pasangan M. Jusuf Kalla dan Agus Harimurti Yudhoyono (JK-AHY) untuk Pilpres 2019.
Pengalaman kepemimpinan SBY-JK sebagai pasangan Presiden dan Wapres RI dalam memimpin Kabinet Indonesia Bersatu pada 2004--2009 menjadi salah satu pertimbangan untuk Partai Demokrat menggandeng kembali M. Jusuf Kalla, dan didampingi AHY, putra sulung SBY, sebagai pasangan Presiden dan Wapres 2019--2024.
Baca juga: Jusuf Kalla silaturahmi ke BJ Habibie