Jakarta (ANTARA News) - Semakin kuatnya tekanan ekonomi global yang mendepresiasi kurs rupiah hingga Rp14.200 per dolar AS pada hari ini, akan membuat Bank Indonesia kembali menaikkan suku bunga acuan menjadi lima persen pada 29 Juni esok, kata seorang pimpinan perbankan.

"Memang ini kondisi yang penuh ketidakpastian dan tantangan," kata Presiden Direktur PT. OCBC NISP Tbk Parwati Surjaudaja kepada Antara di Jakarta, Kamis.

Tekanan ekonomi eskternal, menurut Parwati, semakin kencang di pertengahan tahun ini karena konsensus pelaku pasar global yang semakin meyakini empat kali kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS The Fed tahun ini. Selain itu perang dagang antara China dan AS juga semakin memanas dan membuat pasar keuangan global dibayangi ketidakpastian.

Di sisi lain, Gubernur BI Perry Warjiyo sudah beberapa kali melontarkan pernyataan bernada "hawkish" atau pernyataan yang mengarah ke kenaikan suku bunga. Pimpinan bank sentral itu telah aktif berkomunikasi dengan pasar bahwa kebijakan BI saat ini memprioritaskan stabilitas di atas pertumbuhan (stability over growth) untuk jangka pendek.

"Sehingga kemungkinan BI untuk menaikkan suku bunga acuan Rupiah sekali lagi sebesar 0,25 persen cukup besar peluangnya," ujar Parwati.

Dalam tempo satu bulan di bawah kepemimpinan Perry Warjiyo, BI mengoptimalkan setiap instrumen kebijakan moneter untuk mememelihara stabilitas rupiah.

Komunikasi terhadap pelaku pasar turut menjadi salah satu penyempurnaan kebijakan moneter BI untuk menghindari kekeliruan ekspetasi pergerakkan kurs rupiah. Jika ekspetasi pasar keliru, maka nilai tukar rupiah bisa semakin goyah.

Tahun ini, BI telah menaikkan suku bunga acuan 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 50 basis poin menjadi 4,75 persen. Kenaikan suku bunga dilakukan dalam tempo dua pekan, di mana yang terakhir kali diputuskan dalam RDG ekstra di luar RDG rutin.

Menurut Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira, selain menaikkan suku bunga acuan, BI juga harus mengeluarkan kebijakan khusus untuk mencegah dampak pengetatan moneter ke pertumbuhan kredit perbankan.

"Bunga acuan akan naik 25bps, tapi proyeksinya bisa naik 4-5 kali di tahun ini," kata Bhima.

Bank Sentral menargetkan pertumbuhan kredit perbankan di 10-12 persen (year on year/yoy) tahun ini.

Bank Indonesia akan mengumumkan hasil RDG Juni pada 29 Juni 2018, esok.