Ramallah, Palestina (ANTARA News) - Juru bicara presiden Palestina pada Selasa (26/6) memperingatkan bahwa kesepakatan perdamaian Amerika Serikat (AS) menggunakan proyek bantuan Jalur Gaza untuk memecah-belah rakyat Palestina, dan kembali menyampaikan penolakan Palestina terhadap rancangan itu.

Nabil Abu Rudeineh dalam satu pernyataan mengecam bahwa pemerintah AS berusaha menghilangkan masalah Yerusalem dan pengungsi dari meja perundingan menurut siaran kantor berita resmi Palestina, WAFA.

"Amerika Serikat mengira tindakannya, demikian juga aksinya membatalkan kesepakatan nuklir dengan Iran, akan membuka jalan bagi kesepakatan tersebut, yang ditolak oleh Palestina, Arab dan masyarakat internasional," kata Abu Rudeineh.

Juru bicara presiden Palestina itu mengutip pernyataan Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Mikhail Bogdanov, dan mengatakan Washington tak bisa menyelesaikan konflik Israel-Palestina sendirian saja.

Presiden Palestina Mahmoud Abbas menuntut "mekanisme internasional untuk mencapai penyelesaian, bukan kendali sepihak Amerika yang akan mengabadikan pendudukan Israel," kata Abu Rudeineh sebagaimana dilaporkan Xinhua.

Ia juga memperingatkan dampak penggunaan politik Jalur Gaza atau bantuan kemanusiaan dan promosi gagasan melalui pejabat Israel, "baik itu mengenai pembangunan pelabuhan atau yang lain, (yang berada) di luar penyelesaian politik menyeluruh dengan landasan resolusi-resolusi internasional", mengatakan tindakan-tindakan tersebut mengabaikan kenyataan yang bisa meledak.

Pada Senin, media Israel mewartakan bahwa Menteri Pertahanan Israel Avigdor Lieberman telah menyetujui satu kesepakatan yang akan "meningkatkan kondisi ekonomi di Jalur Gaza melalui serangkaian proyek, termasuk pembangunan pelabuhan bagi rakyat Palestina di Siprus".

Laporan itu mengatakan satu tim akan memulai pekerjaan dalam waktu tiga pekan untuk melaksanakan rencana tersebut dalam waktu tiga bulan, dan menyatakan itu akan meliputi satu mekanisme anti-penyelundupan Israel.

Ia menambahkan, Israel siap membantu AS melaksanakan berbagai proyek "guna meningkatkan perekonomian Gaza sebelum pengungkapan kesepakatan perdamaian Presiden AS Donald Trump --yang telah dikenal sebagai "kesepakatan abad ini".

Pekan lalu, Penasehat Senior Trump, Jared Kushner, dan Wakil Khusus bagi Perundingan Internasional Jason Greenblatt mengakhiri kunjungan regional setelah bertemu dengan para pemimpin Israel dan Arab tanpa bertemu dengan para pejabat Palestina.

Otoritas Palestina telah memboikot pemerintah AS sejak Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan memindahkan kedutaan besar AS di Israel dari tel Aviv ke Yerusalem.(Uu.C003)

Baca juga:
Palestina inginkan proses perdamaian serius dengan dasar penyelesaian dua-negara
Abbas sebut rencana perdamaian Trump "tamparan di muka"