New York (ANTARA News) - Harga minyak berbalik naik kuat pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), di tengah laporan bahwa Departemen Luar Negeri AS mengatakan akan mengharuskan perusahaan-perusahaan untuk memotong semua impor minyak dari Iran hingga nol pada November.

Perusahaan yang membeli minyak mentah Iran harus benar-benar memotong ekspor tersebut pada awal November atau mereka akan menghadapi sanksi AS yang sangat kuat, seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri mengatakan pada Selasa (26/6), menurut CNBC.

Departemen Luar Negeri telah menyampaikan pesan itu kepada para diplomat Eropa dalam pembicaraan baru-baru ini, pejabat itu menambahkan.

Sementara itu, harga minyak juga mendapat dukungan dari penutupan di fasilitas ladang minyak terbesar Kanada dan kekhawatiran tentang ekspor minyak mentah Libya karena perkembangan dalam konflik yang sedang berlangsung di negara itu.

Patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus, melompat 2,45 dolar AS menjadi menetap di 70,53 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Sementara itu, patokan internasional, minyak mentah Brent untuk pengiriman Agustus, bertambah 1,58 dolar AS menjadi ditutup di 76,31 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

Baca juga: Harga minyak jatuh setelah OPEC putuskan naikkan produksi