Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa sore, ditutup melemah sebesar 20 poin menjadi Rp14.179 dibandingkan posisi sebelumnya Rp14.159 per dolar AS.

Analis Pasar Uang Bank Mandiri Rully Arya Wisnubroto di Jakarta, Selasa, mengatakan, depresiasi Rupiah masih dominan dipengaruhi faktor eksternal yaitu terkait potensi perang dagang AS dan Tiongkok.

"Memang sentimen perang dagang beberapa hari ini yang mendominasi. Dan juga perubahan forecast FOMC," ujar Rully.

Selain itu, pelemahan Rupiah terhadap dolar AS belum mampu ditopang oleh sentimen domestik yang masih terbatas.

Pasar masih menunggu apakah Bank Indonesia akan kembali menaikkan suku bunga acuan atau BI 7-Days Reverse Repo Rate atau tidak.

"Akan menunggu Rapat Dewan Gubernur Kamis-Jumat besok. Kemungkinan akan naik 25 basis poin," kata Rully.

Dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) sendiri pada Selasa, tercatat nilai tukar rupiah bergerak melemah ke posisi Rp14.163 dibandingkan posisi sebelumnya Rp14.105 per dolar AS.

Baca juga: Sentimen eskternal masih kuat, IHSG BEI melemah 33,43 poin

Baca juga: Menteri Keuangan jelaskan soal pelemahan rupiah

Baca juga: China melunakkan kebijakan "Made in China 2025"

Senada dengan rupiah, Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa sore ditutup melemah sebesar 33,43 poin menjadi 5.825,65, seiring dengan masih kuatnya sentimen eksternal.

Sentimen eksternal terutama terkait rencana The Fed yang akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak 2 kali lagi pada tahun ini. Hal tersebut diikuti oleh meningkatnya tensi perang dagang antara AS dengan Tiongkok dan beberapa negara lainnya.