Kemenlhk akan bangun pusat daur ulang sampah di NTT
18 Juni 2018 10:16 WIB
Ilustrasi - Sampah didaur ulang menjadi produk-produk kreatif untuk kemudian diperlihatkan selama peresmian Gerakan Indonesia Bersih di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, 2014 (ANTARA/Jafar)
Kupang (ANTARA News) - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KemenLHK) akan membangun pusat daur ulang sampah di Labuan Bajo, ujung barat Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), untuk mengatasi permasalahan sampah di daerah itu.
"Dalam hubungan dengan permasalahan sampah, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan akan membangun pusat daur ulang," kata Kepala Bidang Promosi Wisata Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT, Eden Klakik kepada Antara di Kupang, Senin, terkait masalah sampah di Labuan Bajo.
Menurut dia, pembangunan pusat daur ulang juga akan dilanjutkan dengan pendampingan pengelolaan sampah di Labuan Bajo dan TN Komodo, permodelan pengelolaan sampah pulau di Pulau Messa dan pengadaan kapal sampah.
Dia menjelaskan, masalah sampah di Labuan Bajo menjadi persoalan serius yang terus-menerus disoroti wisatawan, para pelaku usaha, dan pemerintah pusat.
"Produksi sampah di Kota Labuan Bajo tercatat sampai saat ini mencapai 112 meter kubik per hari dengan jenis yang beragam," katanya.
Artinya, permasalahan di daerah wisata yang sudah mendunia dengan ikon satwa komodo (Varanus komodoensis) dan merupakan salah satu keajaiban dunia itu menjadi perhatian serius pemerintah, katanya.
Secara terpisah, Kepala Otoritas TNK Sudiyono mencatat produksi sampah di dalam kawasan TNK mencapai 650 kilogram lebih per hari, di antaranya 27 persen sampah plastik, 29 persen sampah kertas, 1 persen sampah kaca atau gelas, 1 persen sisa makanan, dan 41 persen sampah residu atau sisa bangunan dari aktivitas konstruksi.
Dalam analisis Otoritas TNK kata dia, timbunan sampah terbanyak terdapat di Pulau Komodo, yaitu Desa Komodo dan Wisata Loh Liang serta Pulau Rinca di Desa Pasir Panjang dan Wisata Loh Buaya.
Upaya penanganan sampah di lokasi wisata, seperti Loh Liang dan Loh Buaya, sejauh ini dilakukan dengan cara ditimbun untuk jenis sampah organik.
Sementara itu, penanganan sampah di lokasi wisata, seperti Pulau Padar dan Gili Lawa, yang belum terdapat pos pengamanan masih dilakukan secara reguler melalui kegiatan bersih pantai.
Menurut dia, sampah di kawasan TNK memang terus bertambah seiring dengan meningkatnya arus kunjungan wisatawan.
"Kondisi ini sering menjadi sorotan para wisatawan maupun pelaku-pelaku usaha pariwisata, serta pemerintah pusat," kata Sudiyono menambahkan.
"Dalam hubungan dengan permasalahan sampah, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan akan membangun pusat daur ulang," kata Kepala Bidang Promosi Wisata Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT, Eden Klakik kepada Antara di Kupang, Senin, terkait masalah sampah di Labuan Bajo.
Menurut dia, pembangunan pusat daur ulang juga akan dilanjutkan dengan pendampingan pengelolaan sampah di Labuan Bajo dan TN Komodo, permodelan pengelolaan sampah pulau di Pulau Messa dan pengadaan kapal sampah.
Dia menjelaskan, masalah sampah di Labuan Bajo menjadi persoalan serius yang terus-menerus disoroti wisatawan, para pelaku usaha, dan pemerintah pusat.
"Produksi sampah di Kota Labuan Bajo tercatat sampai saat ini mencapai 112 meter kubik per hari dengan jenis yang beragam," katanya.
Artinya, permasalahan di daerah wisata yang sudah mendunia dengan ikon satwa komodo (Varanus komodoensis) dan merupakan salah satu keajaiban dunia itu menjadi perhatian serius pemerintah, katanya.
Secara terpisah, Kepala Otoritas TNK Sudiyono mencatat produksi sampah di dalam kawasan TNK mencapai 650 kilogram lebih per hari, di antaranya 27 persen sampah plastik, 29 persen sampah kertas, 1 persen sampah kaca atau gelas, 1 persen sisa makanan, dan 41 persen sampah residu atau sisa bangunan dari aktivitas konstruksi.
Dalam analisis Otoritas TNK kata dia, timbunan sampah terbanyak terdapat di Pulau Komodo, yaitu Desa Komodo dan Wisata Loh Liang serta Pulau Rinca di Desa Pasir Panjang dan Wisata Loh Buaya.
Upaya penanganan sampah di lokasi wisata, seperti Loh Liang dan Loh Buaya, sejauh ini dilakukan dengan cara ditimbun untuk jenis sampah organik.
Sementara itu, penanganan sampah di lokasi wisata, seperti Pulau Padar dan Gili Lawa, yang belum terdapat pos pengamanan masih dilakukan secara reguler melalui kegiatan bersih pantai.
Menurut dia, sampah di kawasan TNK memang terus bertambah seiring dengan meningkatnya arus kunjungan wisatawan.
"Kondisi ini sering menjadi sorotan para wisatawan maupun pelaku-pelaku usaha pariwisata, serta pemerintah pusat," kata Sudiyono menambahkan.
Pewarta: Bernadus Tokan
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018
Tags: