Pengamat: makin lama upaya unifikasi Korea kian sulit
16 Juni 2018 23:17 WIB
Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mengucapkan selamat tinggal kepada pemimpin Korea Utara Kim Jong Un saat ia pergi meninggalkan konferensi tingkat tinggi di desa gencatan senjata Panmunjom, Korea Utara, dalam foto yang disiarkan oleh Istana Kepresidenan Blue House, Sabtu (26/5/2018). (The Presidential Blue House/Handout via REUTERS)
Jakarta (ANTARA News) - Pakar Hubungan Internasional UGM Yogyakarta Siti Daulah Khoiriati menilai bahwa proses unifikasi atau penyatuan dua Korea akan menjadi sulit jika memakan waktu yang terlalu lama.
"Semakin lama semakin sulit ya. Generasi muda Korea sudah tidak terlalu memikirkan untuk bersatu karena lahir di masa damai, tidak mengalami situasi Korea sewaktu perang," ujar Siti saat dihubungi Antara di Jakarta, Sabtu.
Selain itu, pemuda di Korea Selatan juga mendapat doktrin dari pemerintah bahwa Korea Utara merupakan pihak yang jahat dan menakutkan.
Akibatnya, tambahnya, pemuda di Selatan memandang Utara bukan sebagai saudara dan bukan bagian yang terpisahkan dari Korea.
Meskipun kini pemerintah Korea Selatan kembali menanamkan pemahaman dan berusaha agar kedua masyarakat dua Korea saling mengenal melalui kebijakan politik dan pertukaran budaya, namun hasilnya kurang mendapat tanggapan baik dari generasi muda.
"Mereka mau memahami, tetapi tidak untuk kembali bersatu. Kecuali mungkin para generasi tua yang dulu terpisah dengan anggota keluarganya. Mereka masih punya harapan agar bisa bersatu kembali," katanya.
Baca juga: Korea Utara-Korea Selatan adakan pembicaraan militer
Belum lagi tidak adanya kemudahan akses mobilisasi dari atau ke masing-masing Korea, yang biasanya harus masuk terlebih dahulu ke Jepang sebelum ke Korea Utara atau Selatan.
Sebelumnya pada hari Kamis (14/6), Korea Utara dan Korea Selatan mengadakan pembicaraan militer untuk pertama kali dalam lebih dari satu dasawarsa.
Pertemuan itu dilakukan dua perwira tinggi berbintang dua dari kedua pihak hanya dua hari setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengutarakan rencananya menghentikan pelatihan bersama dengan Korea Selatan.
Terakhir kali kedua Korea mengadakan pembicaraan militer pada 2007.
Kim Do-gyun, negosiator utama Korea Selatan yang bertanggung jawab atas kebijakan Korea Utara di kementerian pertahanan, mengatakan kepada wartawan sebelum berangkat ke DMZ bahwa ia dan Ahn akan mencari cara untuk meredakan ketegangan militer dan jadwal pertemuan tingkat menteri.
Hasil dari pertemuan itu diharapkan membahas rencana pendirian sambungan komunikasi militer kedua negara tersebut.
Baca juga: Pertemuan Kim-Trump buktikan Putin benar soal Korea Utara
"Semakin lama semakin sulit ya. Generasi muda Korea sudah tidak terlalu memikirkan untuk bersatu karena lahir di masa damai, tidak mengalami situasi Korea sewaktu perang," ujar Siti saat dihubungi Antara di Jakarta, Sabtu.
Selain itu, pemuda di Korea Selatan juga mendapat doktrin dari pemerintah bahwa Korea Utara merupakan pihak yang jahat dan menakutkan.
Akibatnya, tambahnya, pemuda di Selatan memandang Utara bukan sebagai saudara dan bukan bagian yang terpisahkan dari Korea.
Meskipun kini pemerintah Korea Selatan kembali menanamkan pemahaman dan berusaha agar kedua masyarakat dua Korea saling mengenal melalui kebijakan politik dan pertukaran budaya, namun hasilnya kurang mendapat tanggapan baik dari generasi muda.
"Mereka mau memahami, tetapi tidak untuk kembali bersatu. Kecuali mungkin para generasi tua yang dulu terpisah dengan anggota keluarganya. Mereka masih punya harapan agar bisa bersatu kembali," katanya.
Baca juga: Korea Utara-Korea Selatan adakan pembicaraan militer
Belum lagi tidak adanya kemudahan akses mobilisasi dari atau ke masing-masing Korea, yang biasanya harus masuk terlebih dahulu ke Jepang sebelum ke Korea Utara atau Selatan.
Sebelumnya pada hari Kamis (14/6), Korea Utara dan Korea Selatan mengadakan pembicaraan militer untuk pertama kali dalam lebih dari satu dasawarsa.
Pertemuan itu dilakukan dua perwira tinggi berbintang dua dari kedua pihak hanya dua hari setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengutarakan rencananya menghentikan pelatihan bersama dengan Korea Selatan.
Terakhir kali kedua Korea mengadakan pembicaraan militer pada 2007.
Kim Do-gyun, negosiator utama Korea Selatan yang bertanggung jawab atas kebijakan Korea Utara di kementerian pertahanan, mengatakan kepada wartawan sebelum berangkat ke DMZ bahwa ia dan Ahn akan mencari cara untuk meredakan ketegangan militer dan jadwal pertemuan tingkat menteri.
Hasil dari pertemuan itu diharapkan membahas rencana pendirian sambungan komunikasi militer kedua negara tersebut.
Baca juga: Pertemuan Kim-Trump buktikan Putin benar soal Korea Utara
Pewarta: Roy Rosa Bachtiar
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018
Tags: