Masjid tua Muna dibanjiri wisatawan
16 Juni 2018 08:35 WIB
Kitab suci Alquran yang ditulis dengan tangan tersimpan di museum, Kendari, Sulawesi Tenggara, Jumat (2/6/2017). Alquran ini pernah digunakan di masjid tua di Kabupaten Muna, Kecamatan Tongkuno pada abad XVII Masehi. (ANTARA FOTO/Jojon)
Muna (ANTARA News) - Masyarakat Muna, Sulawesi Tenggara (Sultra) melakukan wisata religi di masjid tua Kota Wuna di kota lama yang masuk wilayah Kecamatan Tongkuno.
Pantauan Antara, di Muna, Sabtu, pascalebaran masyarakat dari berbagai wilayah kecamatan di Muna maupun dari kabupaten pemekaran Muna Barat, sejak pagi pukul 06.00 Wita hingga kini dengan mengendarai angkutan roda empat dan roda dua menuju ke masjid tua itu.
Perjalanan dengan menempuh kurang dari 10 kilometer dari kecamatan Kabawao atau lebih dari satu jam dari Kota Raha itu, oleh masyarakat yang berkunjung tidak luput dengan membawa bekal makanan seperti lapa-lapa, telur dan laukpauk lainnya, serta kue tradisional cucur dan pisang goreng.
"Selagi masih hari pagi perjalanan menuju masjid tua ini masih sepi dari hiruk pikuk kendaaraan. Kalau sudah agak kesiangan dipastikan akan macet," kata La Ode Hera (45), warga kecamatan Parigi Muna.
Masjid tua di pusat kota Muna, yang bernama Masjid Al Munajat konon berdiri sejak tahun 1716 ada di Tongkuno dengan ukuran ?6X10 meter.
"Sederhana memang, tapi masjid itu sangat terkenal di zamannya, dan sudah beberapa kali direnovasi saat jaman kerajaan La Ode Dika era 1930-an ke atas dan jaman bupati ?La Ode Kaimoeddin dan Maula Daud," ujar La Ode Idhjam tokoh masyarakat setempat.
Masjid tua yang biasa juga disebut "masjid Wuna" hingga kini masih disakralkan itu memiliki beberapa simbol. Di sudut bangunan terdapat empat buah tiang serta satu tiang penyanggah yang berada di tengah.
Kemudian, lima buah tiang adalah simbol salat lima waktu. Tak banyak ornamen-ornamen peninggalan kerajaan sebab masjid sudah direnovasi.
Pantauan Antara, di Muna, Sabtu, pascalebaran masyarakat dari berbagai wilayah kecamatan di Muna maupun dari kabupaten pemekaran Muna Barat, sejak pagi pukul 06.00 Wita hingga kini dengan mengendarai angkutan roda empat dan roda dua menuju ke masjid tua itu.
Perjalanan dengan menempuh kurang dari 10 kilometer dari kecamatan Kabawao atau lebih dari satu jam dari Kota Raha itu, oleh masyarakat yang berkunjung tidak luput dengan membawa bekal makanan seperti lapa-lapa, telur dan laukpauk lainnya, serta kue tradisional cucur dan pisang goreng.
"Selagi masih hari pagi perjalanan menuju masjid tua ini masih sepi dari hiruk pikuk kendaaraan. Kalau sudah agak kesiangan dipastikan akan macet," kata La Ode Hera (45), warga kecamatan Parigi Muna.
Masjid tua di pusat kota Muna, yang bernama Masjid Al Munajat konon berdiri sejak tahun 1716 ada di Tongkuno dengan ukuran ?6X10 meter.
"Sederhana memang, tapi masjid itu sangat terkenal di zamannya, dan sudah beberapa kali direnovasi saat jaman kerajaan La Ode Dika era 1930-an ke atas dan jaman bupati ?La Ode Kaimoeddin dan Maula Daud," ujar La Ode Idhjam tokoh masyarakat setempat.
Masjid tua yang biasa juga disebut "masjid Wuna" hingga kini masih disakralkan itu memiliki beberapa simbol. Di sudut bangunan terdapat empat buah tiang serta satu tiang penyanggah yang berada di tengah.
Kemudian, lima buah tiang adalah simbol salat lima waktu. Tak banyak ornamen-ornamen peninggalan kerajaan sebab masjid sudah direnovasi.
Pewarta: Abdul Azis Senong
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2018
Tags: